{"title":"INTERPRETASI SURAH AL-MAIDAH AYAT 38","authors":"Muhammad Fajri","doi":"10.47454/itqan.v6i2.67","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Tulisan ini membahas penafsiran QS. Al-Maidah: 38 tentang hukum potong tangan bagi pelaku pencurian. Ayat ini akan dikaji dengan menggunakan pendekatan semiotika, karena lafal-lafal dalam ayat tersebut merupakan simbol yang perlu dilakukan interpretasi. Salah satu teori semiotika yang menarik untuk dikaji dalam tulisan ini adalah semiotika Michale Riffaterre, yang menawarkan metode pembacaan dua tingkat, yaitu pembacaan heuristik dan hermeneutik (retroaktif), disempurnakan dengan kajian hipogram (intertekstual). Menurutnya, dalam memahami dan mengungkap makna suatu karya sastra tidak cukup dengan pembacaan heuristik (makna menurut konvensi bahasa) saja, perlu dilanjutkan dengan pembacaan secara hermeneutik yang berdasarkan pada penafsiran agar mendapatkan pemaknaan lebih komprehensif. Adapun hasil dari pengaplikasian semiotika Michale Riffaterre terhadap QS. Al-Maidah: 38 adalah: lafal al-sāriqu wa al-sāriqatu dan faqṭa’u aidiyahumā, mengalami dinamika dan perkembangan dari masa ke masa. Lafal sariq dengan makna dasar “mencuri” mengalami penciptaan arti (creating of meaning) yang bisa dimaknai dengan “korupsi”, karena memliki unsur yang sama. Sedangkan lafal faqṭa’u aidiyahumā yang makna literalnya adalah potong tangan mengalami penggantian arti (displacing of meaning) dengan makna ta’zīr (seperti denda, penjara, atau pengasingan), karena ayat tersebut dipahami secara majāzi bukan pada lafal yang umum. Sehingga, pesan utama atau spirit yang terkandung dalam ayat tersebut bukanlah pada jenis hukumannya tetapi pada efek jera yang ditimbulkannya.\nKata kunci: Al-Maidah: 38, semiotik, heuristik-hermeneutik","PeriodicalId":53103,"journal":{"name":"Jurnal Studi AlQuran","volume":"59 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2020-12-24","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"1","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Jurnal Studi AlQuran","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.47454/itqan.v6i2.67","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 1
摘要
这篇论文讨论的是对QS的解释。关于小偷砍手的法律。这节经文将使用符号学的方法来研究,因为经文中的词距是一个解释的符号。这篇文章中有趣的符号学理论之一是Michale Riffaterre,它提供了一种两级阅读的方法,即口译和解释性阅读(回溯),通过对角线研究进行改进。他认为,仅仅通过通读(根据语言惯例的意思)来理解和揭示文学作品的意义是不够的,然后必须以解释性的方式进行解释性的阅读,以获得更全面的润色。至于迈克尔步枪对QS的符号学应用的结果。Al-Maidah 38是:al-s发音āriqu wa al-sāriqatu和faqṭa 'u aidiyahumā,体验到未来的动态和发展。具有“偷窃”基本意义的拉法sarq体验了一种有“腐败”的意义。而诗句faqṭa 'u aidiyahumā置换literalnya意思是剁手经历意义的(意义)和意义的displacing ta 'zīr(如罚款、监禁或流放),因为这些节地理解少校ā子不是一般的诗句。因此,这篇文章所包含的主要信息或精神不是关于惩罚的类型,而是关于它所带来的伤害。关键词:Al-Maidah: 38,符号学,heuristiutic
Tulisan ini membahas penafsiran QS. Al-Maidah: 38 tentang hukum potong tangan bagi pelaku pencurian. Ayat ini akan dikaji dengan menggunakan pendekatan semiotika, karena lafal-lafal dalam ayat tersebut merupakan simbol yang perlu dilakukan interpretasi. Salah satu teori semiotika yang menarik untuk dikaji dalam tulisan ini adalah semiotika Michale Riffaterre, yang menawarkan metode pembacaan dua tingkat, yaitu pembacaan heuristik dan hermeneutik (retroaktif), disempurnakan dengan kajian hipogram (intertekstual). Menurutnya, dalam memahami dan mengungkap makna suatu karya sastra tidak cukup dengan pembacaan heuristik (makna menurut konvensi bahasa) saja, perlu dilanjutkan dengan pembacaan secara hermeneutik yang berdasarkan pada penafsiran agar mendapatkan pemaknaan lebih komprehensif. Adapun hasil dari pengaplikasian semiotika Michale Riffaterre terhadap QS. Al-Maidah: 38 adalah: lafal al-sāriqu wa al-sāriqatu dan faqṭa’u aidiyahumā, mengalami dinamika dan perkembangan dari masa ke masa. Lafal sariq dengan makna dasar “mencuri” mengalami penciptaan arti (creating of meaning) yang bisa dimaknai dengan “korupsi”, karena memliki unsur yang sama. Sedangkan lafal faqṭa’u aidiyahumā yang makna literalnya adalah potong tangan mengalami penggantian arti (displacing of meaning) dengan makna ta’zīr (seperti denda, penjara, atau pengasingan), karena ayat tersebut dipahami secara majāzi bukan pada lafal yang umum. Sehingga, pesan utama atau spirit yang terkandung dalam ayat tersebut bukanlah pada jenis hukumannya tetapi pada efek jera yang ditimbulkannya.
Kata kunci: Al-Maidah: 38, semiotik, heuristik-hermeneutik