Handi Prasetyo, Abdul Rahman Singkam, Hilman Fauzi, Muhammad Izzudin Al Qosam
{"title":"后院植物多样性与当地社会文化模式之间的关系","authors":"Handi Prasetyo, Abdul Rahman Singkam, Hilman Fauzi, Muhammad Izzudin Al Qosam","doi":"10.21776/ub.biotropika.2021.009.02.06","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Pekarangan merupakan ruang terbuka hijau yang berada di antara rumah atau gedung dan difungsikan sebagai lahan untuk menanam. Pekarangan dapat juga difungsikan sebagai tempat konservasi keanekaragaman hayati. Struktur tanaman pekarangan biasanya dipengaruhi faktor iklim, edafik, dan sosial budaya masyarakat sekitar. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan keanekaragaman tanaman pekarangan terhadap pola budaya masyarakat setempat. Pengumpulan data dilakukan melalui identifikasi spesies tanaman di lahan pekarangan dan penentuan nilai indeks kepentingan setiap spesies yang ditemukan. Pengambilan data dilakukan pada tiga daerah dengan pola budaya yang berbeda yaitu di Pematangsiantar untuk Suku Batak, di Ciracas Jakarta Timur untuk Suku Betawi, dan di Cibadak Sukabumi untuk Suku Sunda. Analisis data dilakukan dalam bentuk perhitungan nilai indeks keanekaragaman spesies Shannon-Wiener, indeks kemerataan (evenness), dan indeks kepentingan budaya (ICS). Hasil analisis menunjukkan nilai indeks keanekaragaman spesies tertinggi terdapat di Cibadak sebesar 2,48 sedangkan nilai kemerataan spesies tertinggi adalah di Ciracas dengan nilai sempurna yaitu 1. Nilai ICS tertinggi pada masing-masing lokasi adalah cokelat di Pematangsiantar dengan nilai 72, pepaya, jambu bol, dan mangga di Cibadak dengan nilai 21, dan kelapa di Ciracas dengan nilai 18. Spesies tanaman yang ditemukan di ketiga lokasi umumnya adalah tanaman budidaya, buah-buahan dan perkebunan. Fungsi tanaman pekarangan di Pematangsiantar terutama sebagai sumber pendapatan tambahan, di Cibadak sebagai sumber makanan tambahan, sedangkan di Ciracas terutama sebagai penghias rumah atau tempat berteduh.","PeriodicalId":9004,"journal":{"name":"Biotropika: Journal of Tropical Biology","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2021-08-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"4","resultStr":"{\"title\":\"Hubungan Antara Keanekaragaman Tanaman Pekarangan Dengan Pola Sosial Budaya Masyarakat Setempat\",\"authors\":\"Handi Prasetyo, Abdul Rahman Singkam, Hilman Fauzi, Muhammad Izzudin Al Qosam\",\"doi\":\"10.21776/ub.biotropika.2021.009.02.06\",\"DOIUrl\":null,\"url\":null,\"abstract\":\"Pekarangan merupakan ruang terbuka hijau yang berada di antara rumah atau gedung dan difungsikan sebagai lahan untuk menanam. Pekarangan dapat juga difungsikan sebagai tempat konservasi keanekaragaman hayati. Struktur tanaman pekarangan biasanya dipengaruhi faktor iklim, edafik, dan sosial budaya masyarakat sekitar. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan keanekaragaman tanaman pekarangan terhadap pola budaya masyarakat setempat. Pengumpulan data dilakukan melalui identifikasi spesies tanaman di lahan pekarangan dan penentuan nilai indeks kepentingan setiap spesies yang ditemukan. Pengambilan data dilakukan pada tiga daerah dengan pola budaya yang berbeda yaitu di Pematangsiantar untuk Suku Batak, di Ciracas Jakarta Timur untuk Suku Betawi, dan di Cibadak Sukabumi untuk Suku Sunda. Analisis data dilakukan dalam bentuk perhitungan nilai indeks keanekaragaman spesies Shannon-Wiener, indeks kemerataan (evenness), dan indeks kepentingan budaya (ICS). Hasil analisis menunjukkan nilai indeks keanekaragaman spesies tertinggi terdapat di Cibadak sebesar 2,48 sedangkan nilai kemerataan spesies tertinggi adalah di Ciracas dengan nilai sempurna yaitu 1. Nilai ICS tertinggi pada masing-masing lokasi adalah cokelat di Pematangsiantar dengan nilai 72, pepaya, jambu bol, dan mangga di Cibadak dengan nilai 21, dan kelapa di Ciracas dengan nilai 18. Spesies tanaman yang ditemukan di ketiga lokasi umumnya adalah tanaman budidaya, buah-buahan dan perkebunan. Fungsi tanaman pekarangan di Pematangsiantar terutama sebagai sumber pendapatan tambahan, di Cibadak sebagai sumber makanan tambahan, sedangkan di Ciracas terutama sebagai penghias rumah atau tempat berteduh.\",\"PeriodicalId\":9004,\"journal\":{\"name\":\"Biotropika: Journal of Tropical Biology\",\"volume\":null,\"pages\":null},\"PeriodicalIF\":0.0000,\"publicationDate\":\"2021-08-31\",\"publicationTypes\":\"Journal Article\",\"fieldsOfStudy\":null,\"isOpenAccess\":false,\"openAccessPdf\":\"\",\"citationCount\":\"4\",\"resultStr\":null,\"platform\":\"Semanticscholar\",\"paperid\":null,\"PeriodicalName\":\"Biotropika: Journal of Tropical Biology\",\"FirstCategoryId\":\"1085\",\"ListUrlMain\":\"https://doi.org/10.21776/ub.biotropika.2021.009.02.06\",\"RegionNum\":0,\"RegionCategory\":null,\"ArticlePicture\":[],\"TitleCN\":null,\"AbstractTextCN\":null,\"PMCID\":null,\"EPubDate\":\"\",\"PubModel\":\"\",\"JCR\":\"\",\"JCRName\":\"\",\"Score\":null,\"Total\":0}","platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Biotropika: Journal of Tropical Biology","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.21776/ub.biotropika.2021.009.02.06","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
Hubungan Antara Keanekaragaman Tanaman Pekarangan Dengan Pola Sosial Budaya Masyarakat Setempat
Pekarangan merupakan ruang terbuka hijau yang berada di antara rumah atau gedung dan difungsikan sebagai lahan untuk menanam. Pekarangan dapat juga difungsikan sebagai tempat konservasi keanekaragaman hayati. Struktur tanaman pekarangan biasanya dipengaruhi faktor iklim, edafik, dan sosial budaya masyarakat sekitar. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan keanekaragaman tanaman pekarangan terhadap pola budaya masyarakat setempat. Pengumpulan data dilakukan melalui identifikasi spesies tanaman di lahan pekarangan dan penentuan nilai indeks kepentingan setiap spesies yang ditemukan. Pengambilan data dilakukan pada tiga daerah dengan pola budaya yang berbeda yaitu di Pematangsiantar untuk Suku Batak, di Ciracas Jakarta Timur untuk Suku Betawi, dan di Cibadak Sukabumi untuk Suku Sunda. Analisis data dilakukan dalam bentuk perhitungan nilai indeks keanekaragaman spesies Shannon-Wiener, indeks kemerataan (evenness), dan indeks kepentingan budaya (ICS). Hasil analisis menunjukkan nilai indeks keanekaragaman spesies tertinggi terdapat di Cibadak sebesar 2,48 sedangkan nilai kemerataan spesies tertinggi adalah di Ciracas dengan nilai sempurna yaitu 1. Nilai ICS tertinggi pada masing-masing lokasi adalah cokelat di Pematangsiantar dengan nilai 72, pepaya, jambu bol, dan mangga di Cibadak dengan nilai 21, dan kelapa di Ciracas dengan nilai 18. Spesies tanaman yang ditemukan di ketiga lokasi umumnya adalah tanaman budidaya, buah-buahan dan perkebunan. Fungsi tanaman pekarangan di Pematangsiantar terutama sebagai sumber pendapatan tambahan, di Cibadak sebagai sumber makanan tambahan, sedangkan di Ciracas terutama sebagai penghias rumah atau tempat berteduh.