{"title":"Dualisme Pemikiran Sufistik Ibn Taymiyyah","authors":"Yunasril Ali","doi":"10.20871/KPJIPM.V4I2.65","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Abstrak : Ibn Taymiyyah, meski dikenal sebagai tokoh panutan radikalis salafi yang anti pembaharuan dan alergi tasawuf, ternyata merupakan inspirator kaum modernis dan juga seorang sufi. Bagaimana mungkin seorang yang anti tasawuf juga adalah seorang aktivis tasawuf ? Bagaimana posisi Ibn Taymiyyah seharusnya dipetakan? Bagaimana pula sikapnya yang terlihat kontradiktif ini dapat dijelasakan? Dengan mengkaji karya-karyanya dan mempertimbangkan pengalaman hidup Ibn Taymiyyah yang ditelisik melalui perspektif psikosufistik penulis akan menjawab persoalan tersebut. Tulisan ini menyatakan bahwa kritikan dan penolakannya atas jenis tasawuf tertentu ( nazharī-falsafī ) didasarkan kerancuan dalam pemaknaan istilah dan paradigma yang berbeda dari objek yang dikritiknya. Ditunjukkan pula sikapnya menjelang kematian —dalam kondisi batin terkondisikan sedemikian rupa sehingga bukannya dipenuhi diskursus ilmiah, ia tenggelam dalam taqarub dan perhatian penuh kepada Allah dan mencapai puncak pengalaman sufistik, fana— kendatipun kontradiktif, tidak lain merupakan perkembangan dari kesadaran religiusnya. Kata kunci : radikalis salafi, dualisme, fiqh al-qulūb, neo-sufisme, anti tasawuf, ḥulūl, ittiḥād, waḥdat al-wujūd. Abstract : Ibn Taymiyya, despite being well-kown as a figure of salafi-radicalists which are anti-reformism and oppose tasawuf, in fact is an inspiring figure for some modernist Muslims and is a sufi. How could it be possible for someone who criticizes tasawuf to be a sufi? How should Ibn Taymiyya be placed correctly in this regard? How could his contradictive attitude be explained? These questions will be discussed in paper through a careful study of his works and by investigating his life-experience from a psycho-sufistic perspective. This paper argues that his criticism to certain kind of tasawwuf, i.e., the naẓarī-falsafī, is often based on confusion in understanding terms and departs from different paradigm used by the object of his criticism. Finally this paper shows that the attitude he has, towards the end of his life—in an inwardly situated condition in such a manner so he is far from any discursive activities and totally drowning in the taqarrub and having full attention to God and achieving the peak of mystical experience, the annihilation— however contradicts to his early standpoint, is nothing but the continuation and growth of his religious maturity. Keywords : salafi-radicalist, dualism, fiqh al-qulūb, neo-sufism, tasawuf naẓarī-falsafī, anti tasawuf, ḥulūl, ittiḥād, waḥdat al-wujūd.","PeriodicalId":31008,"journal":{"name":"Kanz Philosophia A Journal for Islamic Philosophy and Mysticism","volume":"98 9","pages":"155-174"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2014-12-25","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Kanz Philosophia A Journal for Islamic Philosophy and Mysticism","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.20871/KPJIPM.V4I2.65","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
摘要
简介:伊本·泰米耶(Ibn Taymiyyah),虽然被称为反皈依伊斯兰教、反皈依伊斯兰教和塔萨乌夫过敏的激进榜样,但他是现代主义者和苏菲派的灵感来源。一个反tasawuf的人怎么可能也是一个激进分子tasawuf呢?Ibn Taymiyyah的位置应该是如何绘制的?他明显的矛盾态度怎么能解释呢?通过对他的作品的研究和考虑伊本·泰米耶的生活经历,作者将回答这个问题。这篇文章指出,批评和拒绝的某种tasawuf (nazharī-falsafī)建立pemaknaan术语中仍然存在一些困惑和不同的对象的脸范例。此外,他对死亡的态度也表现出来了——在一种自我制约的状态下,他没有被科学课程所淹没,而是陷入了迷信和对上帝的完全关注,并达到了世俗苏菲派经验的顶峰——这是一种矛盾的障碍,而不是宗教意识的发展。关键词:二元性,萨拉菲radikalis fiqh al-qul bū,neo-sufisme、反tasawufḥ申ūl, ittiḥād, dat waḥal-wujūd。伊本·泰米耶(Ibn Taymiyya):德斯维特被认为是反改革主义和保守主义的萨拉-激进主义者,事实上,这是现代穆斯林的灵感来源,也是苏菲派。一个可信的人怎么可能成为一个苏菲派呢?伊本·泰米亚在这个regard中应该如何设置正确?他的矛盾态度怎么能得到解释呢?这些问题将通过研究他的工作和研究他的精神苏菲的生活经验而在论文中被质疑。这篇文章对确定有点tasawwuf argues that his criticism,神盾局,《naẓarī-falsafī,经常是改编自从不同的一种混乱的谅解条款和departs过去由他criticism之对象。终于这份文件的节目《伦敦是他的态度,他已向生活——in an inwardly situated雾在这样一个态度,所以他在远离任何discursive活动和《taqarrub完全溺水玩得全峰》注意到上帝和achieving神秘体验,《湮灭》——但是对他早期standpoint contradicts continuation和增长》是湛蓝的,他的宗教成熟。安装:salafi-radicalist、dualism fiqh al-qul bū,neo-sufism tasawuf naẓarī-falsaf反tasawuf,ḥī,申ūl, ittiḥād, dat waḥal-wujūd。
Abstrak : Ibn Taymiyyah, meski dikenal sebagai tokoh panutan radikalis salafi yang anti pembaharuan dan alergi tasawuf, ternyata merupakan inspirator kaum modernis dan juga seorang sufi. Bagaimana mungkin seorang yang anti tasawuf juga adalah seorang aktivis tasawuf ? Bagaimana posisi Ibn Taymiyyah seharusnya dipetakan? Bagaimana pula sikapnya yang terlihat kontradiktif ini dapat dijelasakan? Dengan mengkaji karya-karyanya dan mempertimbangkan pengalaman hidup Ibn Taymiyyah yang ditelisik melalui perspektif psikosufistik penulis akan menjawab persoalan tersebut. Tulisan ini menyatakan bahwa kritikan dan penolakannya atas jenis tasawuf tertentu ( nazharī-falsafī ) didasarkan kerancuan dalam pemaknaan istilah dan paradigma yang berbeda dari objek yang dikritiknya. Ditunjukkan pula sikapnya menjelang kematian —dalam kondisi batin terkondisikan sedemikian rupa sehingga bukannya dipenuhi diskursus ilmiah, ia tenggelam dalam taqarub dan perhatian penuh kepada Allah dan mencapai puncak pengalaman sufistik, fana— kendatipun kontradiktif, tidak lain merupakan perkembangan dari kesadaran religiusnya. Kata kunci : radikalis salafi, dualisme, fiqh al-qulūb, neo-sufisme, anti tasawuf, ḥulūl, ittiḥād, waḥdat al-wujūd. Abstract : Ibn Taymiyya, despite being well-kown as a figure of salafi-radicalists which are anti-reformism and oppose tasawuf, in fact is an inspiring figure for some modernist Muslims and is a sufi. How could it be possible for someone who criticizes tasawuf to be a sufi? How should Ibn Taymiyya be placed correctly in this regard? How could his contradictive attitude be explained? These questions will be discussed in paper through a careful study of his works and by investigating his life-experience from a psycho-sufistic perspective. This paper argues that his criticism to certain kind of tasawwuf, i.e., the naẓarī-falsafī, is often based on confusion in understanding terms and departs from different paradigm used by the object of his criticism. Finally this paper shows that the attitude he has, towards the end of his life—in an inwardly situated condition in such a manner so he is far from any discursive activities and totally drowning in the taqarrub and having full attention to God and achieving the peak of mystical experience, the annihilation— however contradicts to his early standpoint, is nothing but the continuation and growth of his religious maturity. Keywords : salafi-radicalist, dualism, fiqh al-qulūb, neo-sufism, tasawuf naẓarī-falsafī, anti tasawuf, ḥulūl, ittiḥād, waḥdat al-wujūd.