{"title":"印度尼西亚三个省的PUSKESMAS的健康和安全工作的应用","authors":"Lusianawaty Tana, Fx Suharyanto Halim, Delima Delima, Vivi Lisdawati, Emiliana Tjitra","doi":"10.22435/BPK.V41I3","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Abstract Active pulmonary Tuberculosis (TB) cases and drug resistance Myco-baterium tuberculosis strain increase the risk of health workers who contact to TB patients. Primary Health Care (PHC) workers in Indonesia have the risk to be exposed to M. tuberculosis in workplace. This study aimed to evaluate the implementation of occupational health and safety concerning prevention of M. tuberculosis transmission in PHC and the obstacles. It was a cross sectional study in 50 microscopic referral PHCs (PRM) and PHCs with capability in microscopic examination (PPM) in Banten Province, Gorontalo Province, and South Kalimantan Province. Data collection was conducted in 2012 through interview and observatio n to obtain data on PHC characteristic, occupational health and safety implementation, the completeness of guidelines, and facilities. Occupational health and safety implementation on pulmonary TB prevention in PHCs had not fulfilled all the WHO M. tuberculosis transmission prevention guideline yet. Training on TB prevention for the PHC workers had been conducted . Only 58 % of PHCs implemented the program and 56 % had regular health check-up and TB screening activities. Health promotion equipments and facilities for occupational health and safety were still lacking in 26 % of PHCs. Personal Protection Equipments (PPE) such as gloves and disposable maskers were available in almost all PHCs (98 % and 96 %). General facilities and laboratory facilities were still lacking in 68 % and 40 % of PHCs (n=50), respectively. Conclusions : Occupational health and safety implementation in PRM/PPM need to be improved by completing the facilities of PHC, laboratory, and health promotion. Key words : Primary health care, occupational health and safety Abstrak Munculnya kasus TB paru aktif dan kedaruratan strain TB resisten obat, meningkatkan risiko bagi pekerja yang kontak dengan penderita TB. Pekerja puskesmas di Indonesia mempunyai risiko terpajan kuman TB dari lingkungan kerja. Penelitian bertujuan mengevaluasi penerapan kesehatan dan keselamatan kerja (K3) dalam pencegahan penularan Mycobaterium tuberculosis di puskesmas dan hambatannya. Disain cross sectional , pada 50 puskesmas (PRM/PPM puskesmas rujukan mikroskopis/puskesmas pelaksana mandiri) di provinsi Banten, Gorontalo, dan Kalimantan Selatan, tahun 2012, data dikumpulkan melalui wawancara dan pengamatan. Data yang dikumpulkan meliputi karakteristik puskesmas, penerapan K3, kelengkapan pedoman, sarana dan prasarana. Penerapan K3 dalam rangka pencegahan TB paru di puskesmas belum seluruhnya sesuai dengan Pedoman Pencegahan Penularan M . tuberculosis WHO. Pelatihan pekerja puskesmas terhadap pencegahan penularan TB telah dilaksanakan oleh puskesmas. Penerapan K3 yang masih kurang adalah pelaksanaan kegiatan yang perlu dilakukan dan pemeriksaan kesehatan berkala/skrining TB masing-masing pada 58 % dan 56 % puskesmas. Alat promosi kesehatan terkait K3 masih kurang pada 26 % puskesmas. Alat pelindung diri berupa sarung tangan dan masker tersedia pada hampir semua puskesmas 98% dan 96%. Sarana prasarana masih kurang pada 68 % puskesmas dan sarana prasarana laboratorium masih kurang pada 40 % puskesmas (n=50). Penerapan K3 di PRM/PPM perlu ditingkatkan dengan melengkapi sarana dan prasarana puskesmas dan laboratorium, serta alat promosi kesehatan. Kata kunci : puskesmas, kesehatan dan keselamatan kerja","PeriodicalId":41475,"journal":{"name":"Buletin Penelitian Kesehatan","volume":"41 1","pages":"142-151"},"PeriodicalIF":0.1000,"publicationDate":"2013-08-11","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"16","resultStr":"{\"title\":\"PENERAPAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA DI PUSKESMAS DI TIGA PROVINSI DI INDONESIA\",\"authors\":\"Lusianawaty Tana, Fx Suharyanto Halim, Delima Delima, Vivi Lisdawati, Emiliana Tjitra\",\"doi\":\"10.22435/BPK.V41I3\",\"DOIUrl\":null,\"url\":null,\"abstract\":\"Abstract Active pulmonary Tuberculosis (TB) cases and drug resistance Myco-baterium tuberculosis strain increase the risk of health workers who contact to TB patients. Primary Health Care (PHC) workers in Indonesia have the risk to be exposed to M. tuberculosis in workplace. This study aimed to evaluate the implementation of occupational health and safety concerning prevention of M. tuberculosis transmission in PHC and the obstacles. It was a cross sectional study in 50 microscopic referral PHCs (PRM) and PHCs with capability in microscopic examination (PPM) in Banten Province, Gorontalo Province, and South Kalimantan Province. Data collection was conducted in 2012 through interview and observatio n to obtain data on PHC characteristic, occupational health and safety implementation, the completeness of guidelines, and facilities. Occupational health and safety implementation on pulmonary TB prevention in PHCs had not fulfilled all the WHO M. tuberculosis transmission prevention guideline yet. Training on TB prevention for the PHC workers had been conducted . Only 58 % of PHCs implemented the program and 56 % had regular health check-up and TB screening activities. Health promotion equipments and facilities for occupational health and safety were still lacking in 26 % of PHCs. Personal Protection Equipments (PPE) such as gloves and disposable maskers were available in almost all PHCs (98 % and 96 %). General facilities and laboratory facilities were still lacking in 68 % and 40 % of PHCs (n=50), respectively. Conclusions : Occupational health and safety implementation in PRM/PPM need to be improved by completing the facilities of PHC, laboratory, and health promotion. Key words : Primary health care, occupational health and safety Abstrak Munculnya kasus TB paru aktif dan kedaruratan strain TB resisten obat, meningkatkan risiko bagi pekerja yang kontak dengan penderita TB. Pekerja puskesmas di Indonesia mempunyai risiko terpajan kuman TB dari lingkungan kerja. Penelitian bertujuan mengevaluasi penerapan kesehatan dan keselamatan kerja (K3) dalam pencegahan penularan Mycobaterium tuberculosis di puskesmas dan hambatannya. Disain cross sectional , pada 50 puskesmas (PRM/PPM puskesmas rujukan mikroskopis/puskesmas pelaksana mandiri) di provinsi Banten, Gorontalo, dan Kalimantan Selatan, tahun 2012, data dikumpulkan melalui wawancara dan pengamatan. Data yang dikumpulkan meliputi karakteristik puskesmas, penerapan K3, kelengkapan pedoman, sarana dan prasarana. Penerapan K3 dalam rangka pencegahan TB paru di puskesmas belum seluruhnya sesuai dengan Pedoman Pencegahan Penularan M . tuberculosis WHO. Pelatihan pekerja puskesmas terhadap pencegahan penularan TB telah dilaksanakan oleh puskesmas. Penerapan K3 yang masih kurang adalah pelaksanaan kegiatan yang perlu dilakukan dan pemeriksaan kesehatan berkala/skrining TB masing-masing pada 58 % dan 56 % puskesmas. Alat promosi kesehatan terkait K3 masih kurang pada 26 % puskesmas. Alat pelindung diri berupa sarung tangan dan masker tersedia pada hampir semua puskesmas 98% dan 96%. Sarana prasarana masih kurang pada 68 % puskesmas dan sarana prasarana laboratorium masih kurang pada 40 % puskesmas (n=50). Penerapan K3 di PRM/PPM perlu ditingkatkan dengan melengkapi sarana dan prasarana puskesmas dan laboratorium, serta alat promosi kesehatan. Kata kunci : puskesmas, kesehatan dan keselamatan kerja\",\"PeriodicalId\":41475,\"journal\":{\"name\":\"Buletin Penelitian Kesehatan\",\"volume\":\"41 1\",\"pages\":\"142-151\"},\"PeriodicalIF\":0.1000,\"publicationDate\":\"2013-08-11\",\"publicationTypes\":\"Journal Article\",\"fieldsOfStudy\":null,\"isOpenAccess\":false,\"openAccessPdf\":\"\",\"citationCount\":\"16\",\"resultStr\":null,\"platform\":\"Semanticscholar\",\"paperid\":null,\"PeriodicalName\":\"Buletin Penelitian Kesehatan\",\"FirstCategoryId\":\"1085\",\"ListUrlMain\":\"https://doi.org/10.22435/BPK.V41I3\",\"RegionNum\":0,\"RegionCategory\":null,\"ArticlePicture\":[],\"TitleCN\":null,\"AbstractTextCN\":null,\"PMCID\":null,\"EPubDate\":\"\",\"PubModel\":\"\",\"JCR\":\"\",\"JCRName\":\"\",\"Score\":null,\"Total\":0}","platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Buletin Penelitian Kesehatan","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.22435/BPK.V41I3","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 16
摘要
活动性肺结核(TB)病例和耐药结核分枝杆菌菌株增加了卫生工作者接触结核病患者的风险。印度尼西亚初级卫生保健(PHC)工作人员有在工作场所接触结核分枝杆菌的风险。本研究旨在评估初级保健医院预防结核分枝杆菌传播的职业卫生与安全实施情况及存在的障碍。本文对万丹省、哥伦塔洛省和南加里曼丹省50家显微检查初级保健医院(PRM)和具有显微检查能力的初级保健医院(PPM)进行了横断面研究。2012年通过访谈和观察进行数据收集,以获得关于初级保健特点、职业健康和安全实施、指南完整性和设施的数据。初级保健医院预防肺结核的职业卫生安全实施尚未完全达到世卫组织预防结核杆菌传播的指导方针。对初级保健工作人员进行了结核病预防培训。只有58%的初级保健中心实施了该方案,56%的初级保健中心定期进行健康检查和结核病筛查活动。26%的初级保健中心仍然缺乏促进健康的设备和职业健康与安全设施。几乎所有初级保健中心(98%和96%)都提供手套和一次性口罩等个人防护装备。68%的初级保健中心缺乏一般设施,40%的初级保健中心缺乏实验室设施(n=50)。结论:PRM/PPM的职业健康安全实施需要通过完善初级保健、实验室设施和健康促进等措施来改善。【关键词】初级卫生保健,职业卫生安全【关键词】卫生保健,职业卫生安全】Pekerja puskesmas di Indonesia mempunyai risiko terpajan kuman TB dari lingkungan kerja。Penelitian bertujuan mengevaluasi penerapan kesehatan dan keselamatan kerja (K3) dalam penegahan penularan结核分枝杆菌di puskesmas dan hambatannya。2012年12月,印度尼西亚万丹省,哥伦塔洛,加里曼丹,斯里兰卡,数据dikumpulkan melalui wawankara dan pengamatan, 50 puskesmas rujukan mikroskopis/puskesmas pelaksana mandiri。数据yang dikumpulkan meliputi karakteristik puskesmas, penerapan K3, kelengkapan pedoman, sarana dan prasana。Penerapan K3 dalam rangka penegahan TB paru di puskesmas belum seluruhnya sesuai dengan penegahan Penularan M。结核病人。Pelatihan pekerja puskesmas terhadap penegahan penularan TB telah dilaksanakan oleh puskesmas。Penerapan K3 yang masih kurang adalah pelaksanaan kegiatan yang perlu dilakukan peremeriksaan kesehatan berkala/skrining TB masing-masing pada 58%和56% puskesmas。Alat promosi kesehatan terkait K3 masih kurang pata 26%的puskesmas。Alat pelindung diri berupa sarung tangan dan masker tersedia padhair semua puskesmas 98% dan 96%。Sarana prasana masih kurang pada 68% puskesmas和Sarana prasarana laboratorium masih kurang pada 40% puskesmas (n=50)。Penerapan K3 di PRM/PPM perlu ditingkatkan dengan melengkapi sarana dan prasarana puskesmas dan laboratorium, serta alatpromosi keshaan。Kata kunci: puskesmas, kesehatan, keselamatan kerja
PENERAPAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA DI PUSKESMAS DI TIGA PROVINSI DI INDONESIA
Abstract Active pulmonary Tuberculosis (TB) cases and drug resistance Myco-baterium tuberculosis strain increase the risk of health workers who contact to TB patients. Primary Health Care (PHC) workers in Indonesia have the risk to be exposed to M. tuberculosis in workplace. This study aimed to evaluate the implementation of occupational health and safety concerning prevention of M. tuberculosis transmission in PHC and the obstacles. It was a cross sectional study in 50 microscopic referral PHCs (PRM) and PHCs with capability in microscopic examination (PPM) in Banten Province, Gorontalo Province, and South Kalimantan Province. Data collection was conducted in 2012 through interview and observatio n to obtain data on PHC characteristic, occupational health and safety implementation, the completeness of guidelines, and facilities. Occupational health and safety implementation on pulmonary TB prevention in PHCs had not fulfilled all the WHO M. tuberculosis transmission prevention guideline yet. Training on TB prevention for the PHC workers had been conducted . Only 58 % of PHCs implemented the program and 56 % had regular health check-up and TB screening activities. Health promotion equipments and facilities for occupational health and safety were still lacking in 26 % of PHCs. Personal Protection Equipments (PPE) such as gloves and disposable maskers were available in almost all PHCs (98 % and 96 %). General facilities and laboratory facilities were still lacking in 68 % and 40 % of PHCs (n=50), respectively. Conclusions : Occupational health and safety implementation in PRM/PPM need to be improved by completing the facilities of PHC, laboratory, and health promotion. Key words : Primary health care, occupational health and safety Abstrak Munculnya kasus TB paru aktif dan kedaruratan strain TB resisten obat, meningkatkan risiko bagi pekerja yang kontak dengan penderita TB. Pekerja puskesmas di Indonesia mempunyai risiko terpajan kuman TB dari lingkungan kerja. Penelitian bertujuan mengevaluasi penerapan kesehatan dan keselamatan kerja (K3) dalam pencegahan penularan Mycobaterium tuberculosis di puskesmas dan hambatannya. Disain cross sectional , pada 50 puskesmas (PRM/PPM puskesmas rujukan mikroskopis/puskesmas pelaksana mandiri) di provinsi Banten, Gorontalo, dan Kalimantan Selatan, tahun 2012, data dikumpulkan melalui wawancara dan pengamatan. Data yang dikumpulkan meliputi karakteristik puskesmas, penerapan K3, kelengkapan pedoman, sarana dan prasarana. Penerapan K3 dalam rangka pencegahan TB paru di puskesmas belum seluruhnya sesuai dengan Pedoman Pencegahan Penularan M . tuberculosis WHO. Pelatihan pekerja puskesmas terhadap pencegahan penularan TB telah dilaksanakan oleh puskesmas. Penerapan K3 yang masih kurang adalah pelaksanaan kegiatan yang perlu dilakukan dan pemeriksaan kesehatan berkala/skrining TB masing-masing pada 58 % dan 56 % puskesmas. Alat promosi kesehatan terkait K3 masih kurang pada 26 % puskesmas. Alat pelindung diri berupa sarung tangan dan masker tersedia pada hampir semua puskesmas 98% dan 96%. Sarana prasarana masih kurang pada 68 % puskesmas dan sarana prasarana laboratorium masih kurang pada 40 % puskesmas (n=50). Penerapan K3 di PRM/PPM perlu ditingkatkan dengan melengkapi sarana dan prasarana puskesmas dan laboratorium, serta alat promosi kesehatan. Kata kunci : puskesmas, kesehatan dan keselamatan kerja