{"title":"太阳的定义的重建是意识语境的基础","authors":"Nasrulloh Nasrulloh","doi":"10.18860/UA.V14I3.2659","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Canonization of sunnah into hadith massively appears to deal with extremismand arbitrary interpretations that have been critical to the sunnah of the Prophet.It marks the end of the interpretation process of the sunnah, including ‘theliving sunnah’ because it was freely appreciated and interpreted by others andsubsequently was turned into a verbal form. At this stage comes the new movementpioneered by Imam Shafi’i who spread the dogma that the required one is thesunnah of the Prophet. The sunnah that has validity as a source of Islamiclaw is the provable one through verbal transmission mechanism (hadith). Thehistorical point of view shows difference, intersection and similarity between thehadith and sunnah. Tracing both the meaning of hadith and sunnah in depthwill change the mindset of understanding the hadith and sunnah.Kanonisasi sunnah ke dalam bentuk hadits muncul dalam skala besar untukmenghadapi ekstrimisme dan penafsiran sewenang-wenang yang sudah gawatterhadap sunnah Nabi. Ini menandai berakhirnya proses penafsiran terhadapsunnah Nabi, termasuk ‘sunnah yang hidup’ karena sunnah Nabi yang semulabebas dipahami dan ditafsirkan oleh generasi sahabat dan setelahnya sudahberubah bentuk menjadi verbal. Pada tahap ini muncullah gerakan baruyang dipelopori oleh Imam Syafi’i yang menyebarkan dogma bahwa sunnahyang harus dipegang adalah sunnah yang berasal dari Nabi. Sunnah yangmemiliki keabsahan sebagai sumber hukum islam adalah sunnah yang dapatdibuktikan berasal dari Nabi melalui mekanisme transmisi verbal (hadits).Dengan pendekatan sejarah, diketahui adanya perbedaan dan persinggunganserta kesamaan antara hadits dan sunnah. Dengan menelusuri kedua maknahadits dan sunnah secara mendalam akan merubah pola pikir pemahamanterhadap hadits dan sunnah.","PeriodicalId":30790,"journal":{"name":"Ulul Albab","volume":"14 1","pages":"15-28"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2014-07-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"2","resultStr":"{\"title\":\"Rekonstruksi definisi Sunnah sebagai pijakan kontekstualitas pemahaman Hadits\",\"authors\":\"Nasrulloh Nasrulloh\",\"doi\":\"10.18860/UA.V14I3.2659\",\"DOIUrl\":null,\"url\":null,\"abstract\":\"Canonization of sunnah into hadith massively appears to deal with extremismand arbitrary interpretations that have been critical to the sunnah of the Prophet.It marks the end of the interpretation process of the sunnah, including ‘theliving sunnah’ because it was freely appreciated and interpreted by others andsubsequently was turned into a verbal form. At this stage comes the new movementpioneered by Imam Shafi’i who spread the dogma that the required one is thesunnah of the Prophet. The sunnah that has validity as a source of Islamiclaw is the provable one through verbal transmission mechanism (hadith). Thehistorical point of view shows difference, intersection and similarity between thehadith and sunnah. Tracing both the meaning of hadith and sunnah in depthwill change the mindset of understanding the hadith and sunnah.Kanonisasi sunnah ke dalam bentuk hadits muncul dalam skala besar untukmenghadapi ekstrimisme dan penafsiran sewenang-wenang yang sudah gawatterhadap sunnah Nabi. Ini menandai berakhirnya proses penafsiran terhadapsunnah Nabi, termasuk ‘sunnah yang hidup’ karena sunnah Nabi yang semulabebas dipahami dan ditafsirkan oleh generasi sahabat dan setelahnya sudahberubah bentuk menjadi verbal. Pada tahap ini muncullah gerakan baruyang dipelopori oleh Imam Syafi’i yang menyebarkan dogma bahwa sunnahyang harus dipegang adalah sunnah yang berasal dari Nabi. Sunnah yangmemiliki keabsahan sebagai sumber hukum islam adalah sunnah yang dapatdibuktikan berasal dari Nabi melalui mekanisme transmisi verbal (hadits).Dengan pendekatan sejarah, diketahui adanya perbedaan dan persinggunganserta kesamaan antara hadits dan sunnah. Dengan menelusuri kedua maknahadits dan sunnah secara mendalam akan merubah pola pikir pemahamanterhadap hadits dan sunnah.\",\"PeriodicalId\":30790,\"journal\":{\"name\":\"Ulul Albab\",\"volume\":\"14 1\",\"pages\":\"15-28\"},\"PeriodicalIF\":0.0000,\"publicationDate\":\"2014-07-29\",\"publicationTypes\":\"Journal Article\",\"fieldsOfStudy\":null,\"isOpenAccess\":false,\"openAccessPdf\":\"\",\"citationCount\":\"2\",\"resultStr\":null,\"platform\":\"Semanticscholar\",\"paperid\":null,\"PeriodicalName\":\"Ulul Albab\",\"FirstCategoryId\":\"1085\",\"ListUrlMain\":\"https://doi.org/10.18860/UA.V14I3.2659\",\"RegionNum\":0,\"RegionCategory\":null,\"ArticlePicture\":[],\"TitleCN\":null,\"AbstractTextCN\":null,\"PMCID\":null,\"EPubDate\":\"\",\"PubModel\":\"\",\"JCR\":\"\",\"JCRName\":\"\",\"Score\":null,\"Total\":0}","platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Ulul Albab","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.18860/UA.V14I3.2659","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 2
摘要
圣行被封为圣训似乎是在处理极端主义和武断的解释,这些解释对先知的圣行至关重要。它标志着圣训解释过程的结束,包括“活圣训”,因为它被他人自由地欣赏和解释,随后被转化为口头形式。在这个阶段,由伊玛目沙菲伊(Imam Shafi’i)开创的新运动开始了,他传播了一种教义,即必需的是先知的圣行。作为伊斯兰教法的有效来源的圣训是通过口头传播机制(圣训)证明的。历史的观点显示了圣训和圣训之间的差异、交集和相似之处。深入探究圣训和圣训的意义,将改变人们理解圣训和圣训的思维方式。Kanonisasi sunnah ke dalam bentuk hadits muncul dalam skala besar untukmenghadapi ekstrimisme dan penafsiran sewenang-wenang yang sudah gawatterhadap sunnah Nabi。我的意思是说,我的意思是说我的意思是说我的意思是说我的意思是说我的意思是说我的意思是说我的意思是说我的意思是说我的意思是说我的意思。篇tahap ini muncullah gerakan baruyang dipelopori oleh pokalchuk伊玛目Syafi“杨menyebarkan教条bahwa sunnahyang harus dipegang adalah sunnah杨berasal达里语的先知。Sunnah yangmemiliki keabsahan sebagai sumber hukum islam adalah Sunnah yang dapatdibuktikan berasal dari Nabi melalui mekanisme传播口头(习惯)。Dengan pendekatan sejarah, diketahui adanya perbedaah和dan persinggunganserta kesamaan antara haits dan sunnah。邓干menelusuri kedua maknahaits dan sunnah secara mendalam akan merubah polkir pemahamanterhadap haits dan sunnah。
Rekonstruksi definisi Sunnah sebagai pijakan kontekstualitas pemahaman Hadits
Canonization of sunnah into hadith massively appears to deal with extremismand arbitrary interpretations that have been critical to the sunnah of the Prophet.It marks the end of the interpretation process of the sunnah, including ‘theliving sunnah’ because it was freely appreciated and interpreted by others andsubsequently was turned into a verbal form. At this stage comes the new movementpioneered by Imam Shafi’i who spread the dogma that the required one is thesunnah of the Prophet. The sunnah that has validity as a source of Islamiclaw is the provable one through verbal transmission mechanism (hadith). Thehistorical point of view shows difference, intersection and similarity between thehadith and sunnah. Tracing both the meaning of hadith and sunnah in depthwill change the mindset of understanding the hadith and sunnah.Kanonisasi sunnah ke dalam bentuk hadits muncul dalam skala besar untukmenghadapi ekstrimisme dan penafsiran sewenang-wenang yang sudah gawatterhadap sunnah Nabi. Ini menandai berakhirnya proses penafsiran terhadapsunnah Nabi, termasuk ‘sunnah yang hidup’ karena sunnah Nabi yang semulabebas dipahami dan ditafsirkan oleh generasi sahabat dan setelahnya sudahberubah bentuk menjadi verbal. Pada tahap ini muncullah gerakan baruyang dipelopori oleh Imam Syafi’i yang menyebarkan dogma bahwa sunnahyang harus dipegang adalah sunnah yang berasal dari Nabi. Sunnah yangmemiliki keabsahan sebagai sumber hukum islam adalah sunnah yang dapatdibuktikan berasal dari Nabi melalui mekanisme transmisi verbal (hadits).Dengan pendekatan sejarah, diketahui adanya perbedaan dan persinggunganserta kesamaan antara hadits dan sunnah. Dengan menelusuri kedua maknahadits dan sunnah secara mendalam akan merubah pola pikir pemahamanterhadap hadits dan sunnah.