阿亚安·希尔西·阿里《异教徒》中穆斯林的东方主义再思考

IF 0.6 0 RELIGION
Sadiya Abubakar Isa, Salleh Yaapar, Suzana Haji Muhammad
{"title":"阿亚安·希尔西·阿里《异教徒》中穆斯林的东方主义再思考","authors":"Sadiya Abubakar Isa, Salleh Yaapar, Suzana Haji Muhammad","doi":"10.18326/ijims.v9i2.241-265","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Edward Said’s Orientalism questions the Western representation of the Eastern ‘other’, especially the Arab Muslims. A misrepresentation that has always treated the orient with inferiority; as barbaric and backward compared to the refined, reasoning and advanced Occident. This form of representation is what Ayaan Hirsi Ali embarked on in her bestselling memoir Infidel (2007). It chronicles her geographical journey from Somalia to Saudi Arabia, Ethiopia, Kenya and the Netherlands, and her flight from Islam to Atheism. A belief system she finds more appealing to reasoning than Islam which is (according to her) backward and barbaric. Her steadfast criticism of Islam is vividly reflected in her memoir, which ascribes the oppression and tribulations of women to Islam, irrespective of geographical or cultural influence. Such claims are tantamount to feminist Orientalism of Muslim women, whose claims of liberating Muslim women and rescuing them from the oppressive Islam cannot be overemphasized. This paper argues that the practices of misogyny are rooted in culture and not Islam. Thus, it investigates three main points which are central to the ‘Islam oppresses women’ debate: Female Genital Mutilation, Early and/or Forced Marriage and Women as sex objects. Edward Said’s Culture and Imperialism as a continuation of Orientalism, propose solutions to the identified problems in Orientalism, which is to unread the misrepresentations by identifying submerged details. Through a contrapuntal reading of Infidel (2007), this study counter-narrates the distortion of Islam by drawing upon authentic Islamic sources. Karya Edward Said Orientalisme mempertanyakan representasi Barat dari “yang lain” di Timur, terutama Muslim Arab. Sebuah penyajian yang keliru yang selalu memperlakukan “orient” dengan inferioritas, sebagai biadab dan terbelakang dibandingkan dengan “Occident”, penalaran dan kemajuan Barat. Bentuk representasi inilah yang memulai Ayaan Hirsi Ali dalam memoarnya yang terlaris, iInfidel (2007). Ini mencatat perjalanan geografisnya dari Somalia ke Arab Saudi, Ethiopia, Kenya, dan Belanda, dan pelariannya dari Islam ke Ateisme. Sebuah sistem kepercayaan yang ia temukan lebih menarik untuk dipertimbangkan daripada Islam yang (menurutnya) terbelakang dan biadab. Kritiknya yang teguh terhadap Islam tercermin dengan jelas dalam memoarnya, yang mengaitkan penindasan dan kesengsaraan wanita dengan Islam, terlepas dari pengaruh geografis atau budaya. Klaim semacam itu sama dengan Orientalisme feminis perempuan Muslim, yang klaimnya membebaskan perempuan Muslim dan menyelamatkan mereka dari Islam yang menindas tidak bisa terlalu ditekankan. Makalah ini berpendapat bahwa praktik misogini berakar pada budaya dan bukan Islam. Oleh karena itu, laporan ini menyelidiki tiga poin utama yang menjadi pusat perdebatan “Islam menindas wanita”: Mutilasi Alat Kelamin Wanita, Pernikahan Dini dan/atau Paksa dan Wanita sebagai objek seks. Karya Edward Said Culture and Imperialism sebagai kelanjutan dari Orientalisme, mengusulkan solusi untuk masalahmasalah yang diidentifikasi dalam Orientalisme, yakni untuk membaca kesalahan representasi dengan mengidentifikasi detail yang terendam. Melalui pembacaan kontrapuntal dari Infidel (2007), penelitian ini membaut kontra-narasi atas distorsi Islam dengan memanfaatkan sumbersumber Islam otentik. ","PeriodicalId":42170,"journal":{"name":"Indonesian Journal of Islam and Muslim Societies","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.6000,"publicationDate":"2019-12-25","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"1","resultStr":"{\"title\":\"Rethinking Orientalism of Muslims in Ayaan Hirsi Ali’s Infidel\",\"authors\":\"Sadiya Abubakar Isa, Salleh Yaapar, Suzana Haji Muhammad\",\"doi\":\"10.18326/ijims.v9i2.241-265\",\"DOIUrl\":null,\"url\":null,\"abstract\":\"Edward Said’s Orientalism questions the Western representation of the Eastern ‘other’, especially the Arab Muslims. A misrepresentation that has always treated the orient with inferiority; as barbaric and backward compared to the refined, reasoning and advanced Occident. This form of representation is what Ayaan Hirsi Ali embarked on in her bestselling memoir Infidel (2007). It chronicles her geographical journey from Somalia to Saudi Arabia, Ethiopia, Kenya and the Netherlands, and her flight from Islam to Atheism. A belief system she finds more appealing to reasoning than Islam which is (according to her) backward and barbaric. Her steadfast criticism of Islam is vividly reflected in her memoir, which ascribes the oppression and tribulations of women to Islam, irrespective of geographical or cultural influence. Such claims are tantamount to feminist Orientalism of Muslim women, whose claims of liberating Muslim women and rescuing them from the oppressive Islam cannot be overemphasized. This paper argues that the practices of misogyny are rooted in culture and not Islam. Thus, it investigates three main points which are central to the ‘Islam oppresses women’ debate: Female Genital Mutilation, Early and/or Forced Marriage and Women as sex objects. Edward Said’s Culture and Imperialism as a continuation of Orientalism, propose solutions to the identified problems in Orientalism, which is to unread the misrepresentations by identifying submerged details. Through a contrapuntal reading of Infidel (2007), this study counter-narrates the distortion of Islam by drawing upon authentic Islamic sources. Karya Edward Said Orientalisme mempertanyakan representasi Barat dari “yang lain” di Timur, terutama Muslim Arab. Sebuah penyajian yang keliru yang selalu memperlakukan “orient” dengan inferioritas, sebagai biadab dan terbelakang dibandingkan dengan “Occident”, penalaran dan kemajuan Barat. Bentuk representasi inilah yang memulai Ayaan Hirsi Ali dalam memoarnya yang terlaris, iInfidel (2007). Ini mencatat perjalanan geografisnya dari Somalia ke Arab Saudi, Ethiopia, Kenya, dan Belanda, dan pelariannya dari Islam ke Ateisme. Sebuah sistem kepercayaan yang ia temukan lebih menarik untuk dipertimbangkan daripada Islam yang (menurutnya) terbelakang dan biadab. Kritiknya yang teguh terhadap Islam tercermin dengan jelas dalam memoarnya, yang mengaitkan penindasan dan kesengsaraan wanita dengan Islam, terlepas dari pengaruh geografis atau budaya. Klaim semacam itu sama dengan Orientalisme feminis perempuan Muslim, yang klaimnya membebaskan perempuan Muslim dan menyelamatkan mereka dari Islam yang menindas tidak bisa terlalu ditekankan. Makalah ini berpendapat bahwa praktik misogini berakar pada budaya dan bukan Islam. Oleh karena itu, laporan ini menyelidiki tiga poin utama yang menjadi pusat perdebatan “Islam menindas wanita”: Mutilasi Alat Kelamin Wanita, Pernikahan Dini dan/atau Paksa dan Wanita sebagai objek seks. Karya Edward Said Culture and Imperialism sebagai kelanjutan dari Orientalisme, mengusulkan solusi untuk masalahmasalah yang diidentifikasi dalam Orientalisme, yakni untuk membaca kesalahan representasi dengan mengidentifikasi detail yang terendam. Melalui pembacaan kontrapuntal dari Infidel (2007), penelitian ini membaut kontra-narasi atas distorsi Islam dengan memanfaatkan sumbersumber Islam otentik. \",\"PeriodicalId\":42170,\"journal\":{\"name\":\"Indonesian Journal of Islam and Muslim Societies\",\"volume\":\" \",\"pages\":\"\"},\"PeriodicalIF\":0.6000,\"publicationDate\":\"2019-12-25\",\"publicationTypes\":\"Journal Article\",\"fieldsOfStudy\":null,\"isOpenAccess\":false,\"openAccessPdf\":\"\",\"citationCount\":\"1\",\"resultStr\":null,\"platform\":\"Semanticscholar\",\"paperid\":null,\"PeriodicalName\":\"Indonesian Journal of Islam and Muslim Societies\",\"FirstCategoryId\":\"1085\",\"ListUrlMain\":\"https://doi.org/10.18326/ijims.v9i2.241-265\",\"RegionNum\":0,\"RegionCategory\":null,\"ArticlePicture\":[],\"TitleCN\":null,\"AbstractTextCN\":null,\"PMCID\":null,\"EPubDate\":\"\",\"PubModel\":\"\",\"JCR\":\"0\",\"JCRName\":\"RELIGION\",\"Score\":null,\"Total\":0}","platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Indonesian Journal of Islam and Muslim Societies","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.18326/ijims.v9i2.241-265","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"0","JCRName":"RELIGION","Score":null,"Total":0}
引用次数: 1

摘要

爱德华·赛义德的东方主义质疑西方对东方“他者”,尤其是阿拉伯穆斯林的代表性。一种总是以自卑的态度对待东方人的曲解;与优雅、理性和先进的西方人相比,野蛮和落后。这种表现形式正是Ayaan Hirsi Ali在其畅销回忆录《Infidel》(2007)中开始的。它记录了她从索马里到沙特阿拉伯、埃塞俄比亚、肯尼亚和荷兰的地理旅程,以及她从伊斯兰教到无神论的逃亡。在她看来,这种信仰体系比落后和野蛮的伊斯兰教更有吸引力。她的回忆录生动地反映了她对伊斯兰教的坚定批评,将妇女的压迫和苦难归因于伊斯兰教,无论其地理或文化影响如何。这种主张等同于穆斯林妇女的女权主义东方主义,其解放穆斯林妇女并将她们从压迫性伊斯兰教中拯救出来的主张再怎么强调也不为过。本文认为,厌女症的做法植根于文化而非伊斯兰教。因此,它调查了“伊斯兰压迫妇女”辩论的三个要点:切割女性生殖器、早婚和/或强迫婚姻以及妇女作为性对象。爱德华·赛义德的《文化与帝国主义》作为东方主义的延续,对东方主义中已发现的问题提出了解决方案,即通过识别被淹没的细节来解读虚假陈述。通过对《异教徒》(2007)的对位阅读,本研究通过引用真实的伊斯兰来源来反驳伊斯兰教的扭曲。爱德华·赛义德的东方主义作品质疑西方对东方“其他人”,尤其是阿拉伯穆斯林的代表性。这是一种困惑的教学,总是把“东方”视为自卑,与“西方”、决心和西方进步相比是野蛮和落后的。这是Ayaan Hirsi Ali在其上一本回忆录《iInfidel》(2007)中的代表作。它记录了他从索马里到沙特阿拉伯、埃塞俄比亚、肯尼亚和荷兰的地理旅程,以及他从伊斯兰教到无神论的逃亡。他发现这种信仰体系比落后野蛮的伊斯兰教更有吸引力。他对伊斯兰教的坚定批评清楚地反映在他的备忘录中,将对妇女的压迫和苦难与伊斯兰教联系起来,无论其地理或文化影响如何。这种主张与东方主义女权主义穆斯林女性相同,她们声称要解放穆斯林女性,将她们从伊斯兰暴力中拯救出来,再怎么努力也不为过。因此,这表明厌恶女性的做法植根于文化而非伊斯兰教。因此,本报告调查了“伊斯兰强奸妇女”辩论的核心三点:切割妇女工具、世界婚姻和(或)武力以及妇女作为性对象。爱德华·赛义德的《文化与帝国主义》作为东方主义的后续作品,提出了解决东方主义中发现的问题的方法,即通过识别最深层的细节来解读表征错误。通过对比阅读Infidel(2007),这项研究引用了使用真实伊斯兰来源对伊斯兰扭曲的反自恋。
本文章由计算机程序翻译,如有差异,请以英文原文为准。
Rethinking Orientalism of Muslims in Ayaan Hirsi Ali’s Infidel
Edward Said’s Orientalism questions the Western representation of the Eastern ‘other’, especially the Arab Muslims. A misrepresentation that has always treated the orient with inferiority; as barbaric and backward compared to the refined, reasoning and advanced Occident. This form of representation is what Ayaan Hirsi Ali embarked on in her bestselling memoir Infidel (2007). It chronicles her geographical journey from Somalia to Saudi Arabia, Ethiopia, Kenya and the Netherlands, and her flight from Islam to Atheism. A belief system she finds more appealing to reasoning than Islam which is (according to her) backward and barbaric. Her steadfast criticism of Islam is vividly reflected in her memoir, which ascribes the oppression and tribulations of women to Islam, irrespective of geographical or cultural influence. Such claims are tantamount to feminist Orientalism of Muslim women, whose claims of liberating Muslim women and rescuing them from the oppressive Islam cannot be overemphasized. This paper argues that the practices of misogyny are rooted in culture and not Islam. Thus, it investigates three main points which are central to the ‘Islam oppresses women’ debate: Female Genital Mutilation, Early and/or Forced Marriage and Women as sex objects. Edward Said’s Culture and Imperialism as a continuation of Orientalism, propose solutions to the identified problems in Orientalism, which is to unread the misrepresentations by identifying submerged details. Through a contrapuntal reading of Infidel (2007), this study counter-narrates the distortion of Islam by drawing upon authentic Islamic sources. Karya Edward Said Orientalisme mempertanyakan representasi Barat dari “yang lain” di Timur, terutama Muslim Arab. Sebuah penyajian yang keliru yang selalu memperlakukan “orient” dengan inferioritas, sebagai biadab dan terbelakang dibandingkan dengan “Occident”, penalaran dan kemajuan Barat. Bentuk representasi inilah yang memulai Ayaan Hirsi Ali dalam memoarnya yang terlaris, iInfidel (2007). Ini mencatat perjalanan geografisnya dari Somalia ke Arab Saudi, Ethiopia, Kenya, dan Belanda, dan pelariannya dari Islam ke Ateisme. Sebuah sistem kepercayaan yang ia temukan lebih menarik untuk dipertimbangkan daripada Islam yang (menurutnya) terbelakang dan biadab. Kritiknya yang teguh terhadap Islam tercermin dengan jelas dalam memoarnya, yang mengaitkan penindasan dan kesengsaraan wanita dengan Islam, terlepas dari pengaruh geografis atau budaya. Klaim semacam itu sama dengan Orientalisme feminis perempuan Muslim, yang klaimnya membebaskan perempuan Muslim dan menyelamatkan mereka dari Islam yang menindas tidak bisa terlalu ditekankan. Makalah ini berpendapat bahwa praktik misogini berakar pada budaya dan bukan Islam. Oleh karena itu, laporan ini menyelidiki tiga poin utama yang menjadi pusat perdebatan “Islam menindas wanita”: Mutilasi Alat Kelamin Wanita, Pernikahan Dini dan/atau Paksa dan Wanita sebagai objek seks. Karya Edward Said Culture and Imperialism sebagai kelanjutan dari Orientalisme, mengusulkan solusi untuk masalahmasalah yang diidentifikasi dalam Orientalisme, yakni untuk membaca kesalahan representasi dengan mengidentifikasi detail yang terendam. Melalui pembacaan kontrapuntal dari Infidel (2007), penelitian ini membaut kontra-narasi atas distorsi Islam dengan memanfaatkan sumbersumber Islam otentik. 
求助全文
通过发布文献求助,成功后即可免费获取论文全文。 去求助
来源期刊
CiteScore
2.50
自引率
16.70%
发文量
8
审稿时长
24 weeks
期刊介绍: Indonesian Journal of Islam and Muslim Societies (IJIMS): This journal should coverage Islam both as a textual tradition with its own historical integrity and as a social reality which was dynamic and constantly changing. The journal also aims at bridging the gap between the textual and contextual approaches to Islamic Studies; and solving the dichotomy between ‘orthodox’ and ‘heterodox’ Islam. So, the journal invites the intersection of several disciplines and scholars. In other words, its contributors borrowed from a range of disciplines, including the humanities and social sciences.
×
引用
GB/T 7714-2015
复制
MLA
复制
APA
复制
导出至
BibTeX EndNote RefMan NoteFirst NoteExpress
×
提示
您的信息不完整,为了账户安全,请先补充。
现在去补充
×
提示
您因"违规操作"
具体请查看互助需知
我知道了
×
提示
确定
请完成安全验证×
copy
已复制链接
快去分享给好友吧!
我知道了
右上角分享
点击右上角分享
0
联系我们:info@booksci.cn Book学术提供免费学术资源搜索服务,方便国内外学者检索中英文文献。致力于提供最便捷和优质的服务体验。 Copyright © 2023 布克学术 All rights reserved.
京ICP备2023020795号-1
ghs 京公网安备 11010802042870号
Book学术文献互助
Book学术文献互助群
群 号:481959085
Book学术官方微信