Fitri Rafianti, Arik Dwijayanto, Azharuddin Mohd Dali
{"title":"马来西亚爪哇穆斯林婚姻观的伊斯兰法与习惯法辩证法","authors":"Fitri Rafianti, Arik Dwijayanto, Azharuddin Mohd Dali","doi":"10.21154/justicia.v18i2.3126","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"In Malaysia, customary law, especially marriage, should follow Islamic laws. Customary law should not conflict with Islamic law. On the contrary, the Muslim community of Javanese descent in Malaysia can combine customary and Islamic laws balanced. They maintain Javanese marriage traditions by harmonizing Malay customs and Islamic marriage laws, such as rewang (helping each other), slametan (praying together), tunangan (engagement), ijaban (wedding), and nyumbang (donating). To contribute to previous studies, this article aims to critically examine the dialectic between customary and Islamic laws regarding the marriage tradition of the Javanese Muslim community in Selangor and Johor, Malaysia. The analysis results show that the dialectic of customary and Islamic laws concerning the concept of marriage for the Javanese Muslim community in Malaysia encourages negotiations so that customs in harmony with the Islamic law can be maintained, and conflicting traditions can be abandoned. The dialectic between customary and Islamic laws in the marriages of Javanese Muslim communities in Malaysia is closely related to social, economic, and traditional symbols of carrying out religious teachings, strengthening solidarity, and preserving tradition.Di Malaysia, keberadaan hukum adat harus mengikuti hukum Islam khususnya dalam tradisi perkawinan sehingga hukum adat tidak boleh bertentangan dengan hukum Islam. Berbeda dengan masyarakat Muslim Keturunan Jawa di Malaysia yang mampu memadukan hukum adat dan hukum Islam secara seimbang. Mereka mempertahankan tradisi perkawinan Jawa dengan memadukan adat Melayu dan hukum perkawinan Islam seperti rewang, slametan, tunangan, ijaban, dan nyumbang. Untuk berkontribusi pada kajian terdahulu, artikel ini bertujuan untuk mengkaji secara kritis dialektika antara hukum adat dan hukum Islam dalam tradisi perkawinan masyarakat Muslim Keturunan Jawa di Selangor dan Johor, Malaysia. Kajian dalam artikel ini menunjukkan bahwa dialektika hukum adat dan hukum Islam dalam konsep perkawinan masyarakat Muslim Keturunan Jawa di Malaysia mendorong terjadinya negosiasi sehingga adat yang selaras dengan hukum Islam tetap dipertahankan dan tradisi yang bertentangan ditinggalkan. Dialektika antara hukum adat dan hukum Islam dalam perkawinan masyarakat Muslim Keturunan Jawa di Malaysia sangat terkait erat dengan simbol sosial, ekonomi dan tradisi sebagai bagian dari menjalankan ajaran agama, memperkuat solidaritas dan melestarikan adat","PeriodicalId":31294,"journal":{"name":"Justicia Islamica","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2021-11-19","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"1","resultStr":"{\"title\":\"The Dialectics of Islamic Law and Customary Law on Marriage Concept of Javanese Muslim in Malaysia\",\"authors\":\"Fitri Rafianti, Arik Dwijayanto, Azharuddin Mohd Dali\",\"doi\":\"10.21154/justicia.v18i2.3126\",\"DOIUrl\":null,\"url\":null,\"abstract\":\"In Malaysia, customary law, especially marriage, should follow Islamic laws. Customary law should not conflict with Islamic law. On the contrary, the Muslim community of Javanese descent in Malaysia can combine customary and Islamic laws balanced. They maintain Javanese marriage traditions by harmonizing Malay customs and Islamic marriage laws, such as rewang (helping each other), slametan (praying together), tunangan (engagement), ijaban (wedding), and nyumbang (donating). To contribute to previous studies, this article aims to critically examine the dialectic between customary and Islamic laws regarding the marriage tradition of the Javanese Muslim community in Selangor and Johor, Malaysia. The analysis results show that the dialectic of customary and Islamic laws concerning the concept of marriage for the Javanese Muslim community in Malaysia encourages negotiations so that customs in harmony with the Islamic law can be maintained, and conflicting traditions can be abandoned. The dialectic between customary and Islamic laws in the marriages of Javanese Muslim communities in Malaysia is closely related to social, economic, and traditional symbols of carrying out religious teachings, strengthening solidarity, and preserving tradition.Di Malaysia, keberadaan hukum adat harus mengikuti hukum Islam khususnya dalam tradisi perkawinan sehingga hukum adat tidak boleh bertentangan dengan hukum Islam. Berbeda dengan masyarakat Muslim Keturunan Jawa di Malaysia yang mampu memadukan hukum adat dan hukum Islam secara seimbang. Mereka mempertahankan tradisi perkawinan Jawa dengan memadukan adat Melayu dan hukum perkawinan Islam seperti rewang, slametan, tunangan, ijaban, dan nyumbang. Untuk berkontribusi pada kajian terdahulu, artikel ini bertujuan untuk mengkaji secara kritis dialektika antara hukum adat dan hukum Islam dalam tradisi perkawinan masyarakat Muslim Keturunan Jawa di Selangor dan Johor, Malaysia. Kajian dalam artikel ini menunjukkan bahwa dialektika hukum adat dan hukum Islam dalam konsep perkawinan masyarakat Muslim Keturunan Jawa di Malaysia mendorong terjadinya negosiasi sehingga adat yang selaras dengan hukum Islam tetap dipertahankan dan tradisi yang bertentangan ditinggalkan. Dialektika antara hukum adat dan hukum Islam dalam perkawinan masyarakat Muslim Keturunan Jawa di Malaysia sangat terkait erat dengan simbol sosial, ekonomi dan tradisi sebagai bagian dari menjalankan ajaran agama, memperkuat solidaritas dan melestarikan adat\",\"PeriodicalId\":31294,\"journal\":{\"name\":\"Justicia Islamica\",\"volume\":\" \",\"pages\":\"\"},\"PeriodicalIF\":0.0000,\"publicationDate\":\"2021-11-19\",\"publicationTypes\":\"Journal Article\",\"fieldsOfStudy\":null,\"isOpenAccess\":false,\"openAccessPdf\":\"\",\"citationCount\":\"1\",\"resultStr\":null,\"platform\":\"Semanticscholar\",\"paperid\":null,\"PeriodicalName\":\"Justicia Islamica\",\"FirstCategoryId\":\"1085\",\"ListUrlMain\":\"https://doi.org/10.21154/justicia.v18i2.3126\",\"RegionNum\":0,\"RegionCategory\":null,\"ArticlePicture\":[],\"TitleCN\":null,\"AbstractTextCN\":null,\"PMCID\":null,\"EPubDate\":\"\",\"PubModel\":\"\",\"JCR\":\"\",\"JCRName\":\"\",\"Score\":null,\"Total\":0}","platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Justicia Islamica","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.21154/justicia.v18i2.3126","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 1
摘要
在马来西亚,习惯法,尤其是婚姻法,应该遵循伊斯兰教法。习惯法不应与伊斯兰法相冲突。相反,马来西亚爪哇后裔的穆斯林社区可以将习惯法和伊斯兰法平衡地结合起来。他们通过协调马来习俗和伊斯兰婚姻法来保持爪哇人的婚姻传统,例如rewang(互相帮助),slametan(一起祈祷),tunangan(订婚),ijaban(婚礼)和nyumbang(捐赠)。为了对之前的研究有所贡献,本文旨在批判性地考察关于马来西亚雪兰莪和柔佛爪哇穆斯林社区婚姻传统的习惯法和伊斯兰法律之间的辩证关系。分析结果表明,马来西亚爪哇穆斯林社区婚姻观的习惯法与伊斯兰教法的辩证关系促使双方进行协商,从而保持与伊斯兰教法相协调的习俗,摒弃相互冲突的传统。马来西亚爪哇穆斯林社区婚姻法习惯法与伊斯兰教法之间的辩证关系,与社会、经济和执行宗教教义、加强团结、维护传统的传统象征密切相关。我是马来西亚人,我是马来西亚人,我是马来西亚人,我是马来西亚人,我是马来西亚人,我是马来西亚人,我是马来西亚人,我是马来西亚人,我是马来西亚人。马来西亚的穆斯林,我是马来西亚人,我是马来西亚人,我是马来西亚人,我是马来西亚人。Mereka mempertahankan tradisi perkawinan Jawa dengan memadukan adat Melayu dan hukum perkawinan Islam seperti rewang, slametan, tunangan, ijaban, dannyumbang。马来西亚,雪兰莪州,柔佛,马来西亚。Kajian dalam artikel ini menunjukkan bahwa dialektika hukum adat丹hukum伊斯兰dalam konsep perkawinan步伐穆斯林Keturunan Jawa di马来西亚mendorong terjadinya negosiasi sehingga adat杨selaras dengan hukum伊斯兰tetap dipertahankan丹杨tradisi bertentangan ditinggalkan。马来语:马来语:马来语:马来语:马来语:马来语:马来语:马来语:马来语:马来语:马来语:马来语:马来语
The Dialectics of Islamic Law and Customary Law on Marriage Concept of Javanese Muslim in Malaysia
In Malaysia, customary law, especially marriage, should follow Islamic laws. Customary law should not conflict with Islamic law. On the contrary, the Muslim community of Javanese descent in Malaysia can combine customary and Islamic laws balanced. They maintain Javanese marriage traditions by harmonizing Malay customs and Islamic marriage laws, such as rewang (helping each other), slametan (praying together), tunangan (engagement), ijaban (wedding), and nyumbang (donating). To contribute to previous studies, this article aims to critically examine the dialectic between customary and Islamic laws regarding the marriage tradition of the Javanese Muslim community in Selangor and Johor, Malaysia. The analysis results show that the dialectic of customary and Islamic laws concerning the concept of marriage for the Javanese Muslim community in Malaysia encourages negotiations so that customs in harmony with the Islamic law can be maintained, and conflicting traditions can be abandoned. The dialectic between customary and Islamic laws in the marriages of Javanese Muslim communities in Malaysia is closely related to social, economic, and traditional symbols of carrying out religious teachings, strengthening solidarity, and preserving tradition.Di Malaysia, keberadaan hukum adat harus mengikuti hukum Islam khususnya dalam tradisi perkawinan sehingga hukum adat tidak boleh bertentangan dengan hukum Islam. Berbeda dengan masyarakat Muslim Keturunan Jawa di Malaysia yang mampu memadukan hukum adat dan hukum Islam secara seimbang. Mereka mempertahankan tradisi perkawinan Jawa dengan memadukan adat Melayu dan hukum perkawinan Islam seperti rewang, slametan, tunangan, ijaban, dan nyumbang. Untuk berkontribusi pada kajian terdahulu, artikel ini bertujuan untuk mengkaji secara kritis dialektika antara hukum adat dan hukum Islam dalam tradisi perkawinan masyarakat Muslim Keturunan Jawa di Selangor dan Johor, Malaysia. Kajian dalam artikel ini menunjukkan bahwa dialektika hukum adat dan hukum Islam dalam konsep perkawinan masyarakat Muslim Keturunan Jawa di Malaysia mendorong terjadinya negosiasi sehingga adat yang selaras dengan hukum Islam tetap dipertahankan dan tradisi yang bertentangan ditinggalkan. Dialektika antara hukum adat dan hukum Islam dalam perkawinan masyarakat Muslim Keturunan Jawa di Malaysia sangat terkait erat dengan simbol sosial, ekonomi dan tradisi sebagai bagian dari menjalankan ajaran agama, memperkuat solidaritas dan melestarikan adat