{"title":"理解和使用被动语态和善意句的错误","authors":"Sri Iriantini, Vina Febriani Setiawan","doi":"10.26499/rnh.v10i1.1736","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Passive sentence is one of the universal language features that all languages have. In spite of its universality, every language have its own specific form of passive sentences. Japanese and Indonesian, for specific case, have their own rules regarding passive sentence constructions. Japanese passive constructions , are marked with the use of ‘jodoushi’ ( passive suffixes reru/rareru ) which inflectionally embedded to the roots (core verbs). Meanwhile, Indonesian passive sentences uses affixes di-, ter-, and ke-an. However, there is an interesting construction in Japanese benefactives , which semantically may convey passive meaning. Thus, they may appear as Indonesian passive sentences when being translated. This often leads Indonesian Japanese learners to misunderstand and misapply Japanese passive sentences . This study discusses errors in understanding and applying Japanese passive sentences produced by the 4 th and 6 th semeste rs of Japanese students of Universitas Kristen Maranatha Bandung. The study was conducted by giving passive and benefactive sentences to the students and asking them to choose which correct construction to use. Abstrak Bentuk kalimat pasif merupakan salah satu ciri universal yang dimiliki oleh bahasa yang ada. Oleh karena itu , semua bahasa mempunyai bentuk kalimat pasif. Bahasa Jepang dan bahasa Indonesia pun memiliki kalimat pasif. Bentuk kalimat pasif bahasa Jepang ditandai dengan penggunaan jodoushi (sufiks penanda bentuk pasif) reru/rareru yang secara inflektif melekat pada verba inti. Sementara itu , bentuk kalimat pasif bahasa Indonesia menggunakan afiks di- , ter - , dan ke-an . Namun, ada satu hal yang menarik . D i dalam bahasa Jepang terdapat struktur benefaktif yang secara semantis bermakna pasif sehingga jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi kalimat pasif. Hal i tu lah yang membuat pemelajar dari Indonesia sering salah memahami dan mengaplikasikan kalimat pasif dalam bahasa Jepang. Dalam p enelitian ini di bahas kesalahan pemelajar Indonesia semester 4 dan 6 di Universitas Kristen Maranatha dalam memahami dan mengaplikasikan kalimat pasif bahasa Jepang. Penelitian dilakukan dengan cara memberikan soal kalimat pasif dan kalimat benefaktif, lalu meminta mahasiswa memilih bentuk pasif ataukah benefaktif yang tepat digunakan","PeriodicalId":32409,"journal":{"name":"Ranah Jurnal Kajian Bahasa","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2021-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":"{\"title\":\"Kesalahan Pemahaman dan Pengaplikasian Kalimat Pasif dan Kalimat Benefaktif Bahasa Jepang\",\"authors\":\"Sri Iriantini, Vina Febriani Setiawan\",\"doi\":\"10.26499/rnh.v10i1.1736\",\"DOIUrl\":null,\"url\":null,\"abstract\":\"Passive sentence is one of the universal language features that all languages have. In spite of its universality, every language have its own specific form of passive sentences. Japanese and Indonesian, for specific case, have their own rules regarding passive sentence constructions. Japanese passive constructions , are marked with the use of ‘jodoushi’ ( passive suffixes reru/rareru ) which inflectionally embedded to the roots (core verbs). Meanwhile, Indonesian passive sentences uses affixes di-, ter-, and ke-an. However, there is an interesting construction in Japanese benefactives , which semantically may convey passive meaning. Thus, they may appear as Indonesian passive sentences when being translated. This often leads Indonesian Japanese learners to misunderstand and misapply Japanese passive sentences . This study discusses errors in understanding and applying Japanese passive sentences produced by the 4 th and 6 th semeste rs of Japanese students of Universitas Kristen Maranatha Bandung. The study was conducted by giving passive and benefactive sentences to the students and asking them to choose which correct construction to use. Abstrak Bentuk kalimat pasif merupakan salah satu ciri universal yang dimiliki oleh bahasa yang ada. Oleh karena itu , semua bahasa mempunyai bentuk kalimat pasif. Bahasa Jepang dan bahasa Indonesia pun memiliki kalimat pasif. Bentuk kalimat pasif bahasa Jepang ditandai dengan penggunaan jodoushi (sufiks penanda bentuk pasif) reru/rareru yang secara inflektif melekat pada verba inti. Sementara itu , bentuk kalimat pasif bahasa Indonesia menggunakan afiks di- , ter - , dan ke-an . Namun, ada satu hal yang menarik . D i dalam bahasa Jepang terdapat struktur benefaktif yang secara semantis bermakna pasif sehingga jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi kalimat pasif. Hal i tu lah yang membuat pemelajar dari Indonesia sering salah memahami dan mengaplikasikan kalimat pasif dalam bahasa Jepang. Dalam p enelitian ini di bahas kesalahan pemelajar Indonesia semester 4 dan 6 di Universitas Kristen Maranatha dalam memahami dan mengaplikasikan kalimat pasif bahasa Jepang. Penelitian dilakukan dengan cara memberikan soal kalimat pasif dan kalimat benefaktif, lalu meminta mahasiswa memilih bentuk pasif ataukah benefaktif yang tepat digunakan\",\"PeriodicalId\":32409,\"journal\":{\"name\":\"Ranah Jurnal Kajian Bahasa\",\"volume\":\" \",\"pages\":\"\"},\"PeriodicalIF\":0.0000,\"publicationDate\":\"2021-06-30\",\"publicationTypes\":\"Journal Article\",\"fieldsOfStudy\":null,\"isOpenAccess\":false,\"openAccessPdf\":\"\",\"citationCount\":\"0\",\"resultStr\":null,\"platform\":\"Semanticscholar\",\"paperid\":null,\"PeriodicalName\":\"Ranah Jurnal Kajian Bahasa\",\"FirstCategoryId\":\"1085\",\"ListUrlMain\":\"https://doi.org/10.26499/rnh.v10i1.1736\",\"RegionNum\":0,\"RegionCategory\":null,\"ArticlePicture\":[],\"TitleCN\":null,\"AbstractTextCN\":null,\"PMCID\":null,\"EPubDate\":\"\",\"PubModel\":\"\",\"JCR\":\"\",\"JCRName\":\"\",\"Score\":null,\"Total\":0}","platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Ranah Jurnal Kajian Bahasa","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.26499/rnh.v10i1.1736","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
Kesalahan Pemahaman dan Pengaplikasian Kalimat Pasif dan Kalimat Benefaktif Bahasa Jepang
Passive sentence is one of the universal language features that all languages have. In spite of its universality, every language have its own specific form of passive sentences. Japanese and Indonesian, for specific case, have their own rules regarding passive sentence constructions. Japanese passive constructions , are marked with the use of ‘jodoushi’ ( passive suffixes reru/rareru ) which inflectionally embedded to the roots (core verbs). Meanwhile, Indonesian passive sentences uses affixes di-, ter-, and ke-an. However, there is an interesting construction in Japanese benefactives , which semantically may convey passive meaning. Thus, they may appear as Indonesian passive sentences when being translated. This often leads Indonesian Japanese learners to misunderstand and misapply Japanese passive sentences . This study discusses errors in understanding and applying Japanese passive sentences produced by the 4 th and 6 th semeste rs of Japanese students of Universitas Kristen Maranatha Bandung. The study was conducted by giving passive and benefactive sentences to the students and asking them to choose which correct construction to use. Abstrak Bentuk kalimat pasif merupakan salah satu ciri universal yang dimiliki oleh bahasa yang ada. Oleh karena itu , semua bahasa mempunyai bentuk kalimat pasif. Bahasa Jepang dan bahasa Indonesia pun memiliki kalimat pasif. Bentuk kalimat pasif bahasa Jepang ditandai dengan penggunaan jodoushi (sufiks penanda bentuk pasif) reru/rareru yang secara inflektif melekat pada verba inti. Sementara itu , bentuk kalimat pasif bahasa Indonesia menggunakan afiks di- , ter - , dan ke-an . Namun, ada satu hal yang menarik . D i dalam bahasa Jepang terdapat struktur benefaktif yang secara semantis bermakna pasif sehingga jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi kalimat pasif. Hal i tu lah yang membuat pemelajar dari Indonesia sering salah memahami dan mengaplikasikan kalimat pasif dalam bahasa Jepang. Dalam p enelitian ini di bahas kesalahan pemelajar Indonesia semester 4 dan 6 di Universitas Kristen Maranatha dalam memahami dan mengaplikasikan kalimat pasif bahasa Jepang. Penelitian dilakukan dengan cara memberikan soal kalimat pasif dan kalimat benefaktif, lalu meminta mahasiswa memilih bentuk pasif ataukah benefaktif yang tepat digunakan