“Our Divine Ancestor Jesus Christ”: Performing Arts and Catholic Missiology in Bali

Abstract:The Society of the Divine Word (SVD) began the first Catholic mission to Bali in 1935. Several of the first missionaries sent were Dutch and American priests with training in ethnology and linguistics who employed their findings to missionize the Balinese. The resultant missiologies legitimized some aspects of local custom, notably recurring discourses of ancestral belonging that were commonly mapped onto Balinese music, dance, and theater. This article examines rare archival material—including the Bali Mass manuscript—to better understand the role of performing arts in the mutually informing history of Catholic- Hindu relations in Bali before and after Vatican II.Abstract:Serikat Sabda Allah (SVD) memulai misi Katolik pertama ke Bali pada tahun 1935. Beberapa misionaris pertama yang dikirim adalah imam- imam Belanda dan Amerika dengan pelatihan etnologi dan linguistik yang menggunakan temuan mereka untuk misionisasi orang Bali. Misiologi yang dihasilkan melegitimasi beberapa aspek adat lokal, terutama wacana berulang tentang leluhur yang biasanya dipetakan ke dalam musik, tari, dan teater lokal. Artikel ini mengkaji materi arsip langka—termasuk manuskrip “Misa Bali”—untuk lebih memahami peran seni pertunjukan dalam sejarah saling menginformasikan hubungan Katolik- Hindu di Bali sebelum dan sesudah Vatikan II.