Muhammad Rakha Widiansyah, Ridha Dina Aulia, R. Darmawan
{"title":"酯化法预设计Gliserol工厂单硬脂酸酯","authors":"Muhammad Rakha Widiansyah, Ridha Dina Aulia, R. Darmawan","doi":"10.12962/j23373539.v12i1.103033","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Abstrak—Gliserol Monostearat (GMS) merupakan jenis surfaktan yang banyak digunakan sebagai agen pengemulsi pada industri makanan terutama di sektor kue (bakery) yang bertujuan untuk menjaga kestabilan suatu emulsi. GMS juga digunakan pada industri makanan sebagai thickener, emulsifying agent, pada industri farmasi dan kosmetik digunakan sebagai solvent, dan juga banyak digunakan dalam industri polimer yaitu plastik, karet, dan juga bahan pembuat ban. Namun, banyaknya kebutuhan GMS di Indonesia tidak didukung dengan adanya supply untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Menurut data dari BPS Indonesia, diketahui data impor untuk GMS di Indonesia dari tahun 2016 sampai 2020 mengalami peningkatan sebesar 23,8% per tahun. Saat ini, industri yang memproduksi surfaktan di Indonesia masih memakai bahan baku yang berasal dari minyak bumi dan tidak terbarukan. Surfaktan ini tidak ramah lingkungan dan dapat menimbulkan berbagai permasalahan kesehatan. Sehingga, dibutuhkan substitusi bahan baku surfaktan yang ramah lingkungan serta biodegradable, mengingat pemanfaatan surfaktan yang sangat luas dalam berbagai industri di Indonesia. Pabrik direncanakan beroperasi secara kontinyu 24 jam selama 330 hari per tahun dengan kapasitas produksi 6.081 ton/tahun dengan kebutuhan bahan baku utama berupa asam stearat sebanyak 5.742,2 ton/tahun dan gliserol sebanyak 1.896,1 ton/tahun. Untuk penentuan lokasi pabrik digunakan metode analytical hierarchy process (AHP) didapatkan hasil overall untuk Tangerang, Gresik, dan Medan adalah 5,341; 7,144; dan 7,515. Dapat disimpulkan pabrik direncanakan akan didirikan pada tahun 2024 di daerah Kawasan Industri Medan, Medan, Sumatera Utara. Proses pembuatan GMS dibagi menjadi 4 tahapan proses utama di antaranya tahap pretreatment, tahap esterifikasi, tahap pemurnian, dan tahap solidifikasi. Sumber dana investasi berasal dari modal sendiri sebesar 40% biaya investasi dan pinjaman sebesar 60% biaya investasi dengan bunga sebesar 8% per tahun. Berdasarkan perhitungan ekonomi, diperoleh NPV sebesar Rp931.514.220.331; IRR sebesar 21,436%; laju inflasi sebesar 1,87% per tahun, POT sebesar 4,14 tahun, dan period of construction selama 24 bulan.","PeriodicalId":17733,"journal":{"name":"Jurnal Teknik ITS","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2023-05-22","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":"{\"title\":\"Pra-Desain Pabrik Gliserol Monostearat dengan Metode Esterifikasi\",\"authors\":\"Muhammad Rakha Widiansyah, Ridha Dina Aulia, R. Darmawan\",\"doi\":\"10.12962/j23373539.v12i1.103033\",\"DOIUrl\":null,\"url\":null,\"abstract\":\"Abstrak—Gliserol Monostearat (GMS) merupakan jenis surfaktan yang banyak digunakan sebagai agen pengemulsi pada industri makanan terutama di sektor kue (bakery) yang bertujuan untuk menjaga kestabilan suatu emulsi. GMS juga digunakan pada industri makanan sebagai thickener, emulsifying agent, pada industri farmasi dan kosmetik digunakan sebagai solvent, dan juga banyak digunakan dalam industri polimer yaitu plastik, karet, dan juga bahan pembuat ban. Namun, banyaknya kebutuhan GMS di Indonesia tidak didukung dengan adanya supply untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Menurut data dari BPS Indonesia, diketahui data impor untuk GMS di Indonesia dari tahun 2016 sampai 2020 mengalami peningkatan sebesar 23,8% per tahun. Saat ini, industri yang memproduksi surfaktan di Indonesia masih memakai bahan baku yang berasal dari minyak bumi dan tidak terbarukan. Surfaktan ini tidak ramah lingkungan dan dapat menimbulkan berbagai permasalahan kesehatan. Sehingga, dibutuhkan substitusi bahan baku surfaktan yang ramah lingkungan serta biodegradable, mengingat pemanfaatan surfaktan yang sangat luas dalam berbagai industri di Indonesia. Pabrik direncanakan beroperasi secara kontinyu 24 jam selama 330 hari per tahun dengan kapasitas produksi 6.081 ton/tahun dengan kebutuhan bahan baku utama berupa asam stearat sebanyak 5.742,2 ton/tahun dan gliserol sebanyak 1.896,1 ton/tahun. Untuk penentuan lokasi pabrik digunakan metode analytical hierarchy process (AHP) didapatkan hasil overall untuk Tangerang, Gresik, dan Medan adalah 5,341; 7,144; dan 7,515. Dapat disimpulkan pabrik direncanakan akan didirikan pada tahun 2024 di daerah Kawasan Industri Medan, Medan, Sumatera Utara. Proses pembuatan GMS dibagi menjadi 4 tahapan proses utama di antaranya tahap pretreatment, tahap esterifikasi, tahap pemurnian, dan tahap solidifikasi. Sumber dana investasi berasal dari modal sendiri sebesar 40% biaya investasi dan pinjaman sebesar 60% biaya investasi dengan bunga sebesar 8% per tahun. Berdasarkan perhitungan ekonomi, diperoleh NPV sebesar Rp931.514.220.331; IRR sebesar 21,436%; laju inflasi sebesar 1,87% per tahun, POT sebesar 4,14 tahun, dan period of construction selama 24 bulan.\",\"PeriodicalId\":17733,\"journal\":{\"name\":\"Jurnal Teknik ITS\",\"volume\":\" \",\"pages\":\"\"},\"PeriodicalIF\":0.0000,\"publicationDate\":\"2023-05-22\",\"publicationTypes\":\"Journal Article\",\"fieldsOfStudy\":null,\"isOpenAccess\":false,\"openAccessPdf\":\"\",\"citationCount\":\"0\",\"resultStr\":null,\"platform\":\"Semanticscholar\",\"paperid\":null,\"PeriodicalName\":\"Jurnal Teknik ITS\",\"FirstCategoryId\":\"1085\",\"ListUrlMain\":\"https://doi.org/10.12962/j23373539.v12i1.103033\",\"RegionNum\":0,\"RegionCategory\":null,\"ArticlePicture\":[],\"TitleCN\":null,\"AbstractTextCN\":null,\"PMCID\":null,\"EPubDate\":\"\",\"PubModel\":\"\",\"JCR\":\"\",\"JCRName\":\"\",\"Score\":null,\"Total\":0}","platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Jurnal Teknik ITS","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.12962/j23373539.v12i1.103033","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
Pra-Desain Pabrik Gliserol Monostearat dengan Metode Esterifikasi
Abstrak—Gliserol Monostearat (GMS) merupakan jenis surfaktan yang banyak digunakan sebagai agen pengemulsi pada industri makanan terutama di sektor kue (bakery) yang bertujuan untuk menjaga kestabilan suatu emulsi. GMS juga digunakan pada industri makanan sebagai thickener, emulsifying agent, pada industri farmasi dan kosmetik digunakan sebagai solvent, dan juga banyak digunakan dalam industri polimer yaitu plastik, karet, dan juga bahan pembuat ban. Namun, banyaknya kebutuhan GMS di Indonesia tidak didukung dengan adanya supply untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Menurut data dari BPS Indonesia, diketahui data impor untuk GMS di Indonesia dari tahun 2016 sampai 2020 mengalami peningkatan sebesar 23,8% per tahun. Saat ini, industri yang memproduksi surfaktan di Indonesia masih memakai bahan baku yang berasal dari minyak bumi dan tidak terbarukan. Surfaktan ini tidak ramah lingkungan dan dapat menimbulkan berbagai permasalahan kesehatan. Sehingga, dibutuhkan substitusi bahan baku surfaktan yang ramah lingkungan serta biodegradable, mengingat pemanfaatan surfaktan yang sangat luas dalam berbagai industri di Indonesia. Pabrik direncanakan beroperasi secara kontinyu 24 jam selama 330 hari per tahun dengan kapasitas produksi 6.081 ton/tahun dengan kebutuhan bahan baku utama berupa asam stearat sebanyak 5.742,2 ton/tahun dan gliserol sebanyak 1.896,1 ton/tahun. Untuk penentuan lokasi pabrik digunakan metode analytical hierarchy process (AHP) didapatkan hasil overall untuk Tangerang, Gresik, dan Medan adalah 5,341; 7,144; dan 7,515. Dapat disimpulkan pabrik direncanakan akan didirikan pada tahun 2024 di daerah Kawasan Industri Medan, Medan, Sumatera Utara. Proses pembuatan GMS dibagi menjadi 4 tahapan proses utama di antaranya tahap pretreatment, tahap esterifikasi, tahap pemurnian, dan tahap solidifikasi. Sumber dana investasi berasal dari modal sendiri sebesar 40% biaya investasi dan pinjaman sebesar 60% biaya investasi dengan bunga sebesar 8% per tahun. Berdasarkan perhitungan ekonomi, diperoleh NPV sebesar Rp931.514.220.331; IRR sebesar 21,436%; laju inflasi sebesar 1,87% per tahun, POT sebesar 4,14 tahun, dan period of construction selama 24 bulan.