二十世纪初教育对北巴厘岛社会流动性的影响

K. Arta, I. Yasa, I. Pageh
{"title":"二十世纪初教育对北巴厘岛社会流动性的影响","authors":"K. Arta, I. Yasa, I. Pageh","doi":"10.15294/PARAMITA.V31I2.29742","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"This research was intended to examine the impact of education on social mobility in North Bali during the Dutch colonialism era in the early twentieth century. The method used for this research was heuristics, source criticism, interpretation, and historiography, assisted by social science as an analytical tool. The research findings revealed that the colonial era education system in North Bali consisted of two groups, namely primary and secondary education up to the junior high school level as it is today. Europeesche Lagere School (ELS) in Singaraja was built in 1916, while Hollandsch Inlandsche School (HIS) first opened in 1918 in Singaraja, then in Denpasar, followed by Klungkung and Karangasem.The Netherlands also established a Volks School in villages. The development of education and facilities and infrastructure was quite good at that time as evidenced by the number of existing schools totaling 142. The existence of this educational institution provided opportunities for many groups of aristocrats and ordinary people (jaba) to obtain an education. This condition had an impact on the change in the social structure of the Balinese from feudal to modern, where the jaba experienced vertical social mobility. This in turn resulted in competition among aristocrats and jaba, resulting in various organizations such as Surya Kanta and Bali Adnyana. The Surya Kanta organization, which was founded by the jaba, carried out a social movement by demanding equality in society, eliminating ajawera, adapting custom to the times, eliminating asupundung and alangkahi karanghulu, and returning the caste system to religious principles.Penelitian ini dimaksudkan untuk mengkaji dampak pendidikan terhadap mobilitas sosial di Bali Utara pada masa penjajahan Belanda di awal abad ke-20. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah heuristik, kritik sumber, interpretasi, dan historiografi dengan bantuan ilmu sosial sebagai alat analisis. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa sistem pendidikan zaman kolonial di Bali Utara terdiri dari dua golongan, yaitu pendidikan dasar dan menengah sampai dengan tingkat sekolah menengah pertama seperti sekarang ini. Europeesche Lagere School (ELS) di Singaraja dibangun pada tahun 1916, sedangkan Hollandsch Inlandsche School (HIS) pertama kali dibuka pada tahun 1918 di Singaraja, kemudian di Denpasar, disusul oleh Klungkung dan Karangasem. Belanda juga mendirikan Volks School di desa-desa. Perkembangan pendidikan dan sarana prasarana saat itu cukup baik dibuktikan dengan jumlah sekolah yang ada berjumlah 142. Keberadaan lembaga pendidikan ini memberikan peluang bagi banyak golongan bangsawan dan masyarakat biasa (jaba) untuk mengenyam pendidikan. Kondisi ini berdampak pada perubahan struktur sosial masyarakat Bali dari feodal ke modern, dimana jaba mengalami mobilitas sosial vertikal. Hal ini pada gilirannya mengakibatkan persaingan antara bangsawan dan jaba, sehingga muncul berbagai organisasi seperti Surya Kanta dan Bali Adnyana. Organisasi Surya Kanta yang didirikan oleh para jaba melakukan gerakan sosial dengan menuntut kesetaraan dalam masyarakat, menghilangkan ajawera, menyesuaikan adat dengan perkembangan zaman, menghilangkan asupundung dan alangkahi karanghulu, dan mengembalikan sistem kasta pada prinsip-prinsip agama.","PeriodicalId":30724,"journal":{"name":"Paramita Historical Studies Journal","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2021-10-02","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":"{\"title\":\"The Impact of Education on Social Mobility in North Bali in the Early XX Century\",\"authors\":\"K. Arta, I. Yasa, I. Pageh\",\"doi\":\"10.15294/PARAMITA.V31I2.29742\",\"DOIUrl\":null,\"url\":null,\"abstract\":\"This research was intended to examine the impact of education on social mobility in North Bali during the Dutch colonialism era in the early twentieth century. The method used for this research was heuristics, source criticism, interpretation, and historiography, assisted by social science as an analytical tool. The research findings revealed that the colonial era education system in North Bali consisted of two groups, namely primary and secondary education up to the junior high school level as it is today. Europeesche Lagere School (ELS) in Singaraja was built in 1916, while Hollandsch Inlandsche School (HIS) first opened in 1918 in Singaraja, then in Denpasar, followed by Klungkung and Karangasem.The Netherlands also established a Volks School in villages. The development of education and facilities and infrastructure was quite good at that time as evidenced by the number of existing schools totaling 142. The existence of this educational institution provided opportunities for many groups of aristocrats and ordinary people (jaba) to obtain an education. This condition had an impact on the change in the social structure of the Balinese from feudal to modern, where the jaba experienced vertical social mobility. This in turn resulted in competition among aristocrats and jaba, resulting in various organizations such as Surya Kanta and Bali Adnyana. The Surya Kanta organization, which was founded by the jaba, carried out a social movement by demanding equality in society, eliminating ajawera, adapting custom to the times, eliminating asupundung and alangkahi karanghulu, and returning the caste system to religious principles.Penelitian ini dimaksudkan untuk mengkaji dampak pendidikan terhadap mobilitas sosial di Bali Utara pada masa penjajahan Belanda di awal abad ke-20. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah heuristik, kritik sumber, interpretasi, dan historiografi dengan bantuan ilmu sosial sebagai alat analisis. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa sistem pendidikan zaman kolonial di Bali Utara terdiri dari dua golongan, yaitu pendidikan dasar dan menengah sampai dengan tingkat sekolah menengah pertama seperti sekarang ini. Europeesche Lagere School (ELS) di Singaraja dibangun pada tahun 1916, sedangkan Hollandsch Inlandsche School (HIS) pertama kali dibuka pada tahun 1918 di Singaraja, kemudian di Denpasar, disusul oleh Klungkung dan Karangasem. Belanda juga mendirikan Volks School di desa-desa. Perkembangan pendidikan dan sarana prasarana saat itu cukup baik dibuktikan dengan jumlah sekolah yang ada berjumlah 142. Keberadaan lembaga pendidikan ini memberikan peluang bagi banyak golongan bangsawan dan masyarakat biasa (jaba) untuk mengenyam pendidikan. Kondisi ini berdampak pada perubahan struktur sosial masyarakat Bali dari feodal ke modern, dimana jaba mengalami mobilitas sosial vertikal. Hal ini pada gilirannya mengakibatkan persaingan antara bangsawan dan jaba, sehingga muncul berbagai organisasi seperti Surya Kanta dan Bali Adnyana. Organisasi Surya Kanta yang didirikan oleh para jaba melakukan gerakan sosial dengan menuntut kesetaraan dalam masyarakat, menghilangkan ajawera, menyesuaikan adat dengan perkembangan zaman, menghilangkan asupundung dan alangkahi karanghulu, dan mengembalikan sistem kasta pada prinsip-prinsip agama.\",\"PeriodicalId\":30724,\"journal\":{\"name\":\"Paramita Historical Studies Journal\",\"volume\":\" \",\"pages\":\"\"},\"PeriodicalIF\":0.0000,\"publicationDate\":\"2021-10-02\",\"publicationTypes\":\"Journal Article\",\"fieldsOfStudy\":null,\"isOpenAccess\":false,\"openAccessPdf\":\"\",\"citationCount\":\"0\",\"resultStr\":null,\"platform\":\"Semanticscholar\",\"paperid\":null,\"PeriodicalName\":\"Paramita Historical Studies Journal\",\"FirstCategoryId\":\"1085\",\"ListUrlMain\":\"https://doi.org/10.15294/PARAMITA.V31I2.29742\",\"RegionNum\":0,\"RegionCategory\":null,\"ArticlePicture\":[],\"TitleCN\":null,\"AbstractTextCN\":null,\"PMCID\":null,\"EPubDate\":\"\",\"PubModel\":\"\",\"JCR\":\"\",\"JCRName\":\"\",\"Score\":null,\"Total\":0}","platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Paramita Historical Studies Journal","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.15294/PARAMITA.V31I2.29742","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0

摘要

这项研究旨在考察20世纪初荷兰殖民主义时代教育对北巴厘岛社会流动性的影响。这项研究使用的方法是启发式、来源批评、解释和史学,并辅以社会科学作为分析工具。研究结果显示,北巴厘岛殖民时代的教育体系由两组组成,即小学和中学教育,直到今天的初中水平。荷兰还在乡村建立了一所沃尔克学校。当时教育、设施和基础设施的发展相当不错,现有学校总数为142所。这一教育机构的存在为许多贵族和普通人群体提供了接受教育的机会。这种状况影响了巴厘岛人从封建社会到现代社会结构的变化,在现代社会中,爪哇人经历了垂直的社会流动。这反过来又导致了贵族和贾巴之间的竞争,产生了各种组织,如Surya Kanta和Bali Adnyana。贾巴人创立的Surya Kanta组织开展了一场社会运动,要求社会平等,消除阿贾维拉,使习俗适应时代,消除阿苏蓬敦和阿朗卡希·卡朗胡鲁,并使种姓制度回归宗教原则。本研究旨在研究20世纪初荷兰帝国统治时期,教育对巴厘岛北部社会流动性的影响。本研究使用的方法是启发式、资源批评、解释和史学,并借助社会科学作为分析工具。研究表明,巴厘岛北部的殖民地教育体系由两组组成,即小学和中学教育,直到今天的一年级。新加坡的欧洲拉盖尔学校(ELS)建于1916年,而荷兰英兰舍学校(HIS)于1918年首次在新加坡开设,随后在登巴萨开设,随后是克伦贡和卡兰加西姆。荷兰还在乡村设立了沃尔克斯学校。142所学校很好地展示了教育发展和幼儿保育。这些机构的存在使许多贵族和普通人有机会享受教育。这种情况影响了巴厘岛社会结构的变化,从封建社会到现代社会,工作经历了垂直的社会流动。这反过来又导致了贵族和刺针之间的竞争,因此出现了各种组织,如Surya Kanta和Bali Adnyana。由官员们创立的Kanta叙利亚组织正在进行社会运动,要求社会平等,消除奇迹,使习俗适应时间的演变,消除人口和karanghulus,并将种姓制度恢复到宗教原则。
本文章由计算机程序翻译,如有差异,请以英文原文为准。
The Impact of Education on Social Mobility in North Bali in the Early XX Century
This research was intended to examine the impact of education on social mobility in North Bali during the Dutch colonialism era in the early twentieth century. The method used for this research was heuristics, source criticism, interpretation, and historiography, assisted by social science as an analytical tool. The research findings revealed that the colonial era education system in North Bali consisted of two groups, namely primary and secondary education up to the junior high school level as it is today. Europeesche Lagere School (ELS) in Singaraja was built in 1916, while Hollandsch Inlandsche School (HIS) first opened in 1918 in Singaraja, then in Denpasar, followed by Klungkung and Karangasem.The Netherlands also established a Volks School in villages. The development of education and facilities and infrastructure was quite good at that time as evidenced by the number of existing schools totaling 142. The existence of this educational institution provided opportunities for many groups of aristocrats and ordinary people (jaba) to obtain an education. This condition had an impact on the change in the social structure of the Balinese from feudal to modern, where the jaba experienced vertical social mobility. This in turn resulted in competition among aristocrats and jaba, resulting in various organizations such as Surya Kanta and Bali Adnyana. The Surya Kanta organization, which was founded by the jaba, carried out a social movement by demanding equality in society, eliminating ajawera, adapting custom to the times, eliminating asupundung and alangkahi karanghulu, and returning the caste system to religious principles.Penelitian ini dimaksudkan untuk mengkaji dampak pendidikan terhadap mobilitas sosial di Bali Utara pada masa penjajahan Belanda di awal abad ke-20. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah heuristik, kritik sumber, interpretasi, dan historiografi dengan bantuan ilmu sosial sebagai alat analisis. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa sistem pendidikan zaman kolonial di Bali Utara terdiri dari dua golongan, yaitu pendidikan dasar dan menengah sampai dengan tingkat sekolah menengah pertama seperti sekarang ini. Europeesche Lagere School (ELS) di Singaraja dibangun pada tahun 1916, sedangkan Hollandsch Inlandsche School (HIS) pertama kali dibuka pada tahun 1918 di Singaraja, kemudian di Denpasar, disusul oleh Klungkung dan Karangasem. Belanda juga mendirikan Volks School di desa-desa. Perkembangan pendidikan dan sarana prasarana saat itu cukup baik dibuktikan dengan jumlah sekolah yang ada berjumlah 142. Keberadaan lembaga pendidikan ini memberikan peluang bagi banyak golongan bangsawan dan masyarakat biasa (jaba) untuk mengenyam pendidikan. Kondisi ini berdampak pada perubahan struktur sosial masyarakat Bali dari feodal ke modern, dimana jaba mengalami mobilitas sosial vertikal. Hal ini pada gilirannya mengakibatkan persaingan antara bangsawan dan jaba, sehingga muncul berbagai organisasi seperti Surya Kanta dan Bali Adnyana. Organisasi Surya Kanta yang didirikan oleh para jaba melakukan gerakan sosial dengan menuntut kesetaraan dalam masyarakat, menghilangkan ajawera, menyesuaikan adat dengan perkembangan zaman, menghilangkan asupundung dan alangkahi karanghulu, dan mengembalikan sistem kasta pada prinsip-prinsip agama.
求助全文
通过发布文献求助,成功后即可免费获取论文全文。 去求助
来源期刊
自引率
0.00%
发文量
15
审稿时长
12 weeks
×
引用
GB/T 7714-2015
复制
MLA
复制
APA
复制
导出至
BibTeX EndNote RefMan NoteFirst NoteExpress
×
提示
您的信息不完整,为了账户安全,请先补充。
现在去补充
×
提示
您因"违规操作"
具体请查看互助需知
我知道了
×
提示
确定
请完成安全验证×
copy
已复制链接
快去分享给好友吧!
我知道了
右上角分享
点击右上角分享
0
联系我们:info@booksci.cn Book学术提供免费学术资源搜索服务,方便国内外学者检索中英文文献。致力于提供最便捷和优质的服务体验。 Copyright © 2023 布克学术 All rights reserved.
京ICP备2023020795号-1
ghs 京公网安备 11010802042870号
Book学术文献互助
Book学术文献互助群
群 号:481959085
Book学术官方微信