{"title":"HIPERSEMIOTICS","authors":"Wahyu Hanafi","doi":"10.30762/QOF.V3I1.1029","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Abstrak; Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan distorsi semiotika sebagai teori dusta dalam reinterpretasi Qur’anic Studies. Dalam pandangan Umberto Eco, semiotika adalah sebuah disiplin ilmu yang mempelajari segala sesuatu yang dapat digunakan untuk berdusta. Artinya adalah, antara yang dikatakan atau yang ditulis dalam kajian semiotik tidak sesuai dengan realitas. Terdapat hubungan yang tidak simetris antara tanda dan realitas. Terdapat jurang yang dalam antar sebuah tanda (sign) dan referensinya pada realitas (referent). Konsep, isi, atau makna dari apa yang dibicarakan atau ditulis tidak sesuai dengan realitas yang dilukiskan. Pada tahap interpretasi teks al-Qur’an diperlukan pendekatan sinkronik guna mengetahui kesejarahan makna agar makna al-Qur’an dapat dipahami secara kontekstual. Aktualisasi semiotika sebagai pendekatan interpretasi al-Qur’an hanya menyentuh sisi luar ayat-ayat al-Qur’an secara tekstual dan menafikan kesejarahan makna. Maka peran semiotika dalam menginterpretasikan ayat-ayat al-Qur’an secara tekstual perlu ditinjau kembali. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa representasi tanda-tanda dalam al-Qur’an dengan menggunakan pendekatan semiotika menuai kedustaan yang berdasar pada prinsip perubahan dan transformasi, imanensi, permainan bahasa, dan simulasi. \n \nKata Kunci; Hipersemiotika, Dusta, al-Qur’an \n \nAbstract; This study aims to describe the distortion of semiotics as a theory of lie in the reinterpretation of the Qur'anic Studies. In Umberto Eco's view, semiotics is a discipline that studies everything that can be used to lie. That is, between what is said or written in a semiotic study doesn't match with reality. There is an asymmetric relationship between signs and reality. There is a deep gulf between a sign and referent. The concept, content, or meaning of what is spoken or written does not fit the reality described. In the interpretation of the text of the Qur'an takes a synchronic approach to know the historic meaning so the meaning of the Qur'an can be understood contextually. The actualization of semiotics as an interpretation approach of the Qur'an only touches the outside of the verses of the Qur'an textually and denies the historical meaning. So the role of semiotics in interpreting the verses of the Qur'an textually needs to be reviewed. This method of this research using descriptive qualitative method. The results of this study indicate the representation of signs in the Qur'an using the semiotics approach reap a lie based on the principles of change and transformation, imanention, language games, and simulation. \n \nKeywords; Hypersemiotics, Lie, al-Qur'an","PeriodicalId":33702,"journal":{"name":"QOF","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2019-06-15","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":"{\"title\":\"HIPERSEMIOTIKA (Kritik Nalar Semiotika sebagai Teori Dusta dalam Reinterpretasi Qur'anic Studies)\",\"authors\":\"Wahyu Hanafi\",\"doi\":\"10.30762/QOF.V3I1.1029\",\"DOIUrl\":null,\"url\":null,\"abstract\":\"Abstrak; Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan distorsi semiotika sebagai teori dusta dalam reinterpretasi Qur’anic Studies. Dalam pandangan Umberto Eco, semiotika adalah sebuah disiplin ilmu yang mempelajari segala sesuatu yang dapat digunakan untuk berdusta. Artinya adalah, antara yang dikatakan atau yang ditulis dalam kajian semiotik tidak sesuai dengan realitas. Terdapat hubungan yang tidak simetris antara tanda dan realitas. Terdapat jurang yang dalam antar sebuah tanda (sign) dan referensinya pada realitas (referent). Konsep, isi, atau makna dari apa yang dibicarakan atau ditulis tidak sesuai dengan realitas yang dilukiskan. Pada tahap interpretasi teks al-Qur’an diperlukan pendekatan sinkronik guna mengetahui kesejarahan makna agar makna al-Qur’an dapat dipahami secara kontekstual. Aktualisasi semiotika sebagai pendekatan interpretasi al-Qur’an hanya menyentuh sisi luar ayat-ayat al-Qur’an secara tekstual dan menafikan kesejarahan makna. Maka peran semiotika dalam menginterpretasikan ayat-ayat al-Qur’an secara tekstual perlu ditinjau kembali. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa representasi tanda-tanda dalam al-Qur’an dengan menggunakan pendekatan semiotika menuai kedustaan yang berdasar pada prinsip perubahan dan transformasi, imanensi, permainan bahasa, dan simulasi. \\n \\nKata Kunci; Hipersemiotika, Dusta, al-Qur’an \\n \\nAbstract; This study aims to describe the distortion of semiotics as a theory of lie in the reinterpretation of the Qur'anic Studies. In Umberto Eco's view, semiotics is a discipline that studies everything that can be used to lie. That is, between what is said or written in a semiotic study doesn't match with reality. There is an asymmetric relationship between signs and reality. There is a deep gulf between a sign and referent. The concept, content, or meaning of what is spoken or written does not fit the reality described. In the interpretation of the text of the Qur'an takes a synchronic approach to know the historic meaning so the meaning of the Qur'an can be understood contextually. The actualization of semiotics as an interpretation approach of the Qur'an only touches the outside of the verses of the Qur'an textually and denies the historical meaning. So the role of semiotics in interpreting the verses of the Qur'an textually needs to be reviewed. This method of this research using descriptive qualitative method. The results of this study indicate the representation of signs in the Qur'an using the semiotics approach reap a lie based on the principles of change and transformation, imanention, language games, and simulation. \\n \\nKeywords; Hypersemiotics, Lie, al-Qur'an\",\"PeriodicalId\":33702,\"journal\":{\"name\":\"QOF\",\"volume\":\" \",\"pages\":\"\"},\"PeriodicalIF\":0.0000,\"publicationDate\":\"2019-06-15\",\"publicationTypes\":\"Journal Article\",\"fieldsOfStudy\":null,\"isOpenAccess\":false,\"openAccessPdf\":\"\",\"citationCount\":\"0\",\"resultStr\":null,\"platform\":\"Semanticscholar\",\"paperid\":null,\"PeriodicalName\":\"QOF\",\"FirstCategoryId\":\"1085\",\"ListUrlMain\":\"https://doi.org/10.30762/QOF.V3I1.1029\",\"RegionNum\":0,\"RegionCategory\":null,\"ArticlePicture\":[],\"TitleCN\":null,\"AbstractTextCN\":null,\"PMCID\":null,\"EPubDate\":\"\",\"PubModel\":\"\",\"JCR\":\"\",\"JCRName\":\"\",\"Score\":null,\"Total\":0}","platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"QOF","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.30762/QOF.V3I1.1029","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
HIPERSEMIOTIKA (Kritik Nalar Semiotika sebagai Teori Dusta dalam Reinterpretasi Qur'anic Studies)
Abstrak; Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan distorsi semiotika sebagai teori dusta dalam reinterpretasi Qur’anic Studies. Dalam pandangan Umberto Eco, semiotika adalah sebuah disiplin ilmu yang mempelajari segala sesuatu yang dapat digunakan untuk berdusta. Artinya adalah, antara yang dikatakan atau yang ditulis dalam kajian semiotik tidak sesuai dengan realitas. Terdapat hubungan yang tidak simetris antara tanda dan realitas. Terdapat jurang yang dalam antar sebuah tanda (sign) dan referensinya pada realitas (referent). Konsep, isi, atau makna dari apa yang dibicarakan atau ditulis tidak sesuai dengan realitas yang dilukiskan. Pada tahap interpretasi teks al-Qur’an diperlukan pendekatan sinkronik guna mengetahui kesejarahan makna agar makna al-Qur’an dapat dipahami secara kontekstual. Aktualisasi semiotika sebagai pendekatan interpretasi al-Qur’an hanya menyentuh sisi luar ayat-ayat al-Qur’an secara tekstual dan menafikan kesejarahan makna. Maka peran semiotika dalam menginterpretasikan ayat-ayat al-Qur’an secara tekstual perlu ditinjau kembali. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa representasi tanda-tanda dalam al-Qur’an dengan menggunakan pendekatan semiotika menuai kedustaan yang berdasar pada prinsip perubahan dan transformasi, imanensi, permainan bahasa, dan simulasi.
Kata Kunci; Hipersemiotika, Dusta, al-Qur’an
Abstract; This study aims to describe the distortion of semiotics as a theory of lie in the reinterpretation of the Qur'anic Studies. In Umberto Eco's view, semiotics is a discipline that studies everything that can be used to lie. That is, between what is said or written in a semiotic study doesn't match with reality. There is an asymmetric relationship between signs and reality. There is a deep gulf between a sign and referent. The concept, content, or meaning of what is spoken or written does not fit the reality described. In the interpretation of the text of the Qur'an takes a synchronic approach to know the historic meaning so the meaning of the Qur'an can be understood contextually. The actualization of semiotics as an interpretation approach of the Qur'an only touches the outside of the verses of the Qur'an textually and denies the historical meaning. So the role of semiotics in interpreting the verses of the Qur'an textually needs to be reviewed. This method of this research using descriptive qualitative method. The results of this study indicate the representation of signs in the Qur'an using the semiotics approach reap a lie based on the principles of change and transformation, imanention, language games, and simulation.
Keywords; Hypersemiotics, Lie, al-Qur'an