IF 0.1
Tri Isnani, Bina Ikawati, Asnan Prastawa, Zumrotus Sholichah
{"title":"Nilai Budaya Jawa Dalam Pengendalian Malaria Untuk Mencapai Eliminasi Malaria Di Kawasan Bukit Menoreh","authors":"Tri Isnani, Bina Ikawati, Asnan Prastawa, Zumrotus Sholichah","doi":"10.22435/hsr.v24i4.3974","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Bukit Menoreh is a border area of three regencies and two provinces which have malaria problems. The target to achieve and maintain the predicate as being free or has eliminated malaria was carried out byvarious control methods, either as government programs or community participations. The area itself is a Javanese cultural area in which its values are stronglyheld. This affects existing malaria control efforts. The research was conducted with a qualitative approach, held in three districts in Bukit Menoreh, each with 2 villages. The data was obtained through observations, indepth interview, and focus group discussions (FGD) with 3 groups in each village. The results showed that from the various control efforts carried out there was a culture of ‘isin’ (shame), ‘pekewuh’ (feeling of reluctant), and the influence of community leaders, especially in ‘gotong royong’ or community service activities in environmental cleanliness, health educations, and migration surveillance. The conclusion of this study is that some of these values are supportive, and some are hindering the effort to control malaria. Therefore, a special approach is needed with attention to culture. Intervention to control malaria should pay local wisdom and culture so it can be accepted and implemented. \nAbstrak \n  \nBukit Menoreh adalah daerah perbatasan tiga kabupaten dari dua provinsi yang merupakan daerah dengan masalah malaria.  Target mencapai dan mempertahankan predikat bebas atau eliminasi malaria dilakukan dengan berbagai cara pengendalian, baik program dari pemerintah maupun peran serta masyarakat.  Wilayah ini merupakan wilayah budaya Jawa yang di dalamnya terdapat nilai-nilai budaya yang masih kuat dipegang.  Hal ini berpengaruh terhadap usaha pengendalian malaria yang ada.  Penelitian dilakukan dengan pendekatan kualitatif, di tiga kabupaten di Bukit Menoreh masing-masing diambil dua desa.  Data diperoleh melalui observasi, wawancara mendalam, dan diskusi kelompok terarah (DKT) terhadap tiga kelompok di tiap desa.  Hasil penelitian menunjukkan dari berbagai usaha pengendalian malaria terdapat budaya rasa isin (malu), rasa ewuh (sungkan), dan panut (patuh) terhadap pengaruh tokoh dalam masyarakat terutama dalam kegiatan kerja bakti atau gotong royong kebersihan lingkungan, sosialisasi, dan surveilans migrasi.  Penelitian ini menyimpulkan bahwa nilai tersebut ada yang mendukung dan ada yang menghambat usaha pengendalian malaria sehingga diperlukan pendekatan khusus dengan memperhatikan budaya. Kebijakan pengendalian malaria sebaiknya memperhatikan budaya lokal sehingga bisa menggunakan budaya lokal dan bisa diterima dan diterapkan.","PeriodicalId":42108,"journal":{"name":"Buletin Penelitian Sistem Kesehatan","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.1000,"publicationDate":"2021-12-27","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"3","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Buletin Penelitian Sistem Kesehatan","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.22435/hsr.v24i4.3974","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 3

摘要

武吉梅诺雷是一个由三个县和两个省组成的边境地区,有疟疾问题。通过各种控制方法,无论是政府项目还是社区参与,实现并保持无疟疾或已消除疟疾的目标。阿本身就是一个爪哇文化区,其价值观在这里根深蒂固。这影响到现有的疟疾控制工作。这项研究采用了定性方法,在武吉梅诺雷的三个区进行,每个区有两个村庄。数据是通过观察、深入访谈和焦点小组讨论(FGD)获得的,每个村庄有3个小组。结果表明,在进行的各种控制工作中,存在着“isin”(羞耻)、“pekewuh”(不情愿的感觉)的文化,以及社区领导人的影响,特别是在“gotong royong”或环境清洁、健康教育和移民监测方面的社区服务活动中。这项研究的结论是,其中一些价值观是支持性的,而另一些则阻碍了控制疟疾的努力。因此,需要一种特殊的方法来关注文化。控制疟疾的干预措施应该以当地的智慧和文化为代价,这样才能被接受和实施。Menoreh山是两个省的三人边境地区,也是疟疾高发地区。目标是实现并保持自由谓词或以各种控制方式消除疟疾,包括政府项目、角色和社会。该地区是一个爪哇文化区,在那里仍然有强烈的文化价值观。这影响到现有的疟疾管理工作。这项研究采用了定性的方法,分三章对塔山各取两个村庄进行研究。数据是通过观察、深入访谈和对领土小组(DKT)与每个村庄三个小组的讨论获得的。研究结果表明,在控制疟疾的各种努力中,存在着满足感(羞耻感)、愉悦感和对社会中存在的影响的态度,尤其是在细菌工作或环境清洁、社会化和移民监测方面。这项研究得出的结论是,这些价值观是支持性的,有些价值观推迟了疟疾管理工作,因此需要有文化关注的特殊方法。疟疾政策应侧重于当地文化,以便能够利用当地文化并被接受和应用。
本文章由计算机程序翻译,如有差异,请以英文原文为准。
Nilai Budaya Jawa Dalam Pengendalian Malaria Untuk Mencapai Eliminasi Malaria Di Kawasan Bukit Menoreh
Bukit Menoreh is a border area of three regencies and two provinces which have malaria problems. The target to achieve and maintain the predicate as being free or has eliminated malaria was carried out byvarious control methods, either as government programs or community participations. The area itself is a Javanese cultural area in which its values are stronglyheld. This affects existing malaria control efforts. The research was conducted with a qualitative approach, held in three districts in Bukit Menoreh, each with 2 villages. The data was obtained through observations, indepth interview, and focus group discussions (FGD) with 3 groups in each village. The results showed that from the various control efforts carried out there was a culture of ‘isin’ (shame), ‘pekewuh’ (feeling of reluctant), and the influence of community leaders, especially in ‘gotong royong’ or community service activities in environmental cleanliness, health educations, and migration surveillance. The conclusion of this study is that some of these values are supportive, and some are hindering the effort to control malaria. Therefore, a special approach is needed with attention to culture. Intervention to control malaria should pay local wisdom and culture so it can be accepted and implemented. Abstrak   Bukit Menoreh adalah daerah perbatasan tiga kabupaten dari dua provinsi yang merupakan daerah dengan masalah malaria.  Target mencapai dan mempertahankan predikat bebas atau eliminasi malaria dilakukan dengan berbagai cara pengendalian, baik program dari pemerintah maupun peran serta masyarakat.  Wilayah ini merupakan wilayah budaya Jawa yang di dalamnya terdapat nilai-nilai budaya yang masih kuat dipegang.  Hal ini berpengaruh terhadap usaha pengendalian malaria yang ada.  Penelitian dilakukan dengan pendekatan kualitatif, di tiga kabupaten di Bukit Menoreh masing-masing diambil dua desa.  Data diperoleh melalui observasi, wawancara mendalam, dan diskusi kelompok terarah (DKT) terhadap tiga kelompok di tiap desa.  Hasil penelitian menunjukkan dari berbagai usaha pengendalian malaria terdapat budaya rasa isin (malu), rasa ewuh (sungkan), dan panut (patuh) terhadap pengaruh tokoh dalam masyarakat terutama dalam kegiatan kerja bakti atau gotong royong kebersihan lingkungan, sosialisasi, dan surveilans migrasi.  Penelitian ini menyimpulkan bahwa nilai tersebut ada yang mendukung dan ada yang menghambat usaha pengendalian malaria sehingga diperlukan pendekatan khusus dengan memperhatikan budaya. Kebijakan pengendalian malaria sebaiknya memperhatikan budaya lokal sehingga bisa menggunakan budaya lokal dan bisa diterima dan diterapkan.
求助全文
通过发布文献求助,成功后即可免费获取论文全文。 去求助
来源期刊
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan PUBLIC, ENVIRONMENTAL & OCCUPATIONAL HEALTH-
自引率
0.00%
发文量
1
×
引用
GB/T 7714-2015
复制
MLA
复制
APA
复制
导出至
BibTeX EndNote RefMan NoteFirst NoteExpress
×
提示
您的信息不完整,为了账户安全,请先补充。
现在去补充
×
提示
您因"违规操作"
具体请查看互助需知
我知道了
×
提示
确定
请完成安全验证×
copy
已复制链接
快去分享给好友吧!
我知道了
右上角分享
点击右上角分享
0
联系我们:info@booksci.cn Book学术提供免费学术资源搜索服务,方便国内外学者检索中英文文献。致力于提供最便捷和优质的服务体验。 Copyright © 2023 布克学术 All rights reserved.
京ICP备2023020795号-1
ghs 京公网安备 11010802042870号
Book学术文献互助
Book学术文献互助群
群 号:481959085
Book学术官方微信