Ratih Tri Kusuma Dewi, Wachid Putranto, A. Susanto, Aryo Suseno, B. Purwanto, Rini Dwi Mangesti, Maia Thalia Giani, Muhammad Raditia Septian
{"title":"透析型慢性肾脏病患者生活质量与营养状况的关系","authors":"Ratih Tri Kusuma Dewi, Wachid Putranto, A. Susanto, Aryo Suseno, B. Purwanto, Rini Dwi Mangesti, Maia Thalia Giani, Muhammad Raditia Septian","doi":"10.7454/jpdi.v7i1.381","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Pendahuluan . Dialisis merupakan modalitas terapi pengganti ginjal (TPG) yang rutin dilakukan di Indonesia, terdiri dari hemodialisis (HD) dan continuous ambulatory peritoneal dialysis (CAPD). Peningkatan jumlah pasien penyakit ginjal kronik (PGK) tiap tahunnya mengakibatkan kebutuhan akan dialisis juga meningkat. Kondisi malnutrisi, efek samping terapi, stres psikis, dan keadaan komorbid yang menyertai seringkali memengaruhi kualitas hidup pasien PGK. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui perbedaan kualitas hidup dan status nutrisi antara pasien PGK yang mendapat terapi HD dan CAPD. Metode . Penelitian ini merupakan observasional analitik yang dilakukan pada bulan Agustus-September 2019 di Rumah Sakit Dr. Moewardi, Surakarta. Subjek penelitian yaitu pasien PGK yang mendapat terapi dialisis (30 pasien HD dan 30 pasien CAPD). Instrumen penelitian berupa kuesioner yaitu kidney disease quality of life short form -36 TM (KDQOL-36 TM ) untuk evaluasi kualitas hidup serta kuesioner subjective global assesment (SGA) untuk mengetahui keadaan nutrisi pasien PGK. Hasil penelitian dianalisis dengan uji T tidak berpasangan dan c hi square serta dilanjutkan dengan analisis multivariat, nilai p < 0,05 dinilai signifikan secara statistik. Hasil . Rerata usia subjek penelitian yaitu 49,23 (simpang baku [SB] 12,25) tahun pada kelompok HD dan 41,13 (SB 12,10) tahun pada kelompok CAPD. Hasil analisis kualitas hidup menunjukkan kelompok CAPD memiliki keadaan fisik (p = 0,003) dan mental (p = 0,047) yang lebih baik dibandingkan dengan pasien HD. Gejala sistemik pada PGK didapatkan lebih berat pada kelompok pasien HD (p = 0,037). Selain itu, efek penyakit ginjal yang diderita pasien dinilai lebih memperburuk kualitas hidup pasien yang menjalankan terapi HD (p = 0,018). Namun, beban penyakit ginjal antara kedua kelompok tidak berbeda secara signifikan. Status nutrisi menunjukkan pasien CAPD memiliki status nutrisi yang lebih baik dibandingkan dengan pasien HD (p = 0,016). Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa variabel yang memiliki perbedaan signifikan terhadap HD dan CAPD adalah komponen kesehatan mental (p = 0,016) dan kesehatan fisik (p = 0,003). S impulan . Hasil penelitian ini menunjukkan kualitas hidup dan status nutrisi pasien PGK stadium akhir dengan terapi CAPD lebih baik dibandingkan dengan pasien PGK yang menjalani terapi HD. Namun, penelitian lebih lanjut dengan subjek yang lebih luas serta menggunakan kuesioner yang berbeda masih diperlukan. Kata Kunci: Continous ambulatory peritoneal dialysis, hemodialisis, kualitas hidup, nutrisi, penyakit ginjal kronik Relationship between Quality of Life and Nutritional Status on Chronic Kidney Disease Patients with Dialysis Type Introduction . Dialysis is a common procedure routinely used in Indonesia which consist of hemodialysis (HD) and continuous ambulatory peritoneal dialysis (CAPD). Increasing number of CKD patients lead to higher dialysis requirement. Malnutrition, adverse effect of therapy, psychological stress, and comorbid conditions may affect quality of life (QoL) in CKD patients. We aimed to investigate comparison of QoL and nutritional status between CKD patients treated with HD and CAPD. Methods . This was a cross-sectional study with total subjects of 60 CKD patient (30 HD and 30 CAPD) who met inclusion criteria. This study was conducted in August-September 2019 in Dr. Moewardi General Hospital, Surakarta. Quality of Life (QoL) and nutritional status was assessed using validated kidney disease quality of life short form-36 TM (KDQOL-36 TM ) and subjective global assesment (SGA) form. Data was analyzed statistically with independent T-test and Chi square, p value < 0.05 considered significant. Result s . Mean of age in HD group was 49.23 (SD 12.25 ) years and CAPD group was 41.13 (SD 12.10 ) years. Result of QoL showed that CAPD patients had better physical health (p = 0.003) and mental health (p = 0.047) compared to HD patients. Clinical manifestations of CKD were also more severe in HD patients (p = 0.037). Moreover, effect of kidney disease was further reduced the QoL of patients undergoing HD (p = 0.018). Meanwhile, the burden of kidney disease was not significantly difference between the two groups. Nutritional status analysis showed that CAPD patients had better nutritional status compared to HD patients (p = 0.016). Multivariate analysis resulted that mental health (p = 0.016) and physical health (p = 0.003) were the most significant component in QoL and nutritional status between HD and CAPD patients. Conclusion . Quality of life (QoL) and nutritional status were better in CAPD patients compared to HD patients. However, further studies with larger number of subjects and using different questionnaires are needed.","PeriodicalId":32700,"journal":{"name":"Jurnal Penyakit Dalam Indonesia","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2020-04-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"2","resultStr":"{\"title\":\"Hubungan Kualitas Hidup dan Status Nutrisi pada Pasien Penyakit Ginjal Kronik dengan Tipe Dialisis\",\"authors\":\"Ratih Tri Kusuma Dewi, Wachid Putranto, A. Susanto, Aryo Suseno, B. Purwanto, Rini Dwi Mangesti, Maia Thalia Giani, Muhammad Raditia Septian\",\"doi\":\"10.7454/jpdi.v7i1.381\",\"DOIUrl\":null,\"url\":null,\"abstract\":\"Pendahuluan . Dialisis merupakan modalitas terapi pengganti ginjal (TPG) yang rutin dilakukan di Indonesia, terdiri dari hemodialisis (HD) dan continuous ambulatory peritoneal dialysis (CAPD). Peningkatan jumlah pasien penyakit ginjal kronik (PGK) tiap tahunnya mengakibatkan kebutuhan akan dialisis juga meningkat. Kondisi malnutrisi, efek samping terapi, stres psikis, dan keadaan komorbid yang menyertai seringkali memengaruhi kualitas hidup pasien PGK. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui perbedaan kualitas hidup dan status nutrisi antara pasien PGK yang mendapat terapi HD dan CAPD. Metode . Penelitian ini merupakan observasional analitik yang dilakukan pada bulan Agustus-September 2019 di Rumah Sakit Dr. Moewardi, Surakarta. Subjek penelitian yaitu pasien PGK yang mendapat terapi dialisis (30 pasien HD dan 30 pasien CAPD). Instrumen penelitian berupa kuesioner yaitu kidney disease quality of life short form -36 TM (KDQOL-36 TM ) untuk evaluasi kualitas hidup serta kuesioner subjective global assesment (SGA) untuk mengetahui keadaan nutrisi pasien PGK. Hasil penelitian dianalisis dengan uji T tidak berpasangan dan c hi square serta dilanjutkan dengan analisis multivariat, nilai p < 0,05 dinilai signifikan secara statistik. Hasil . Rerata usia subjek penelitian yaitu 49,23 (simpang baku [SB] 12,25) tahun pada kelompok HD dan 41,13 (SB 12,10) tahun pada kelompok CAPD. Hasil analisis kualitas hidup menunjukkan kelompok CAPD memiliki keadaan fisik (p = 0,003) dan mental (p = 0,047) yang lebih baik dibandingkan dengan pasien HD. Gejala sistemik pada PGK didapatkan lebih berat pada kelompok pasien HD (p = 0,037). Selain itu, efek penyakit ginjal yang diderita pasien dinilai lebih memperburuk kualitas hidup pasien yang menjalankan terapi HD (p = 0,018). Namun, beban penyakit ginjal antara kedua kelompok tidak berbeda secara signifikan. Status nutrisi menunjukkan pasien CAPD memiliki status nutrisi yang lebih baik dibandingkan dengan pasien HD (p = 0,016). Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa variabel yang memiliki perbedaan signifikan terhadap HD dan CAPD adalah komponen kesehatan mental (p = 0,016) dan kesehatan fisik (p = 0,003). S impulan . Hasil penelitian ini menunjukkan kualitas hidup dan status nutrisi pasien PGK stadium akhir dengan terapi CAPD lebih baik dibandingkan dengan pasien PGK yang menjalani terapi HD. Namun, penelitian lebih lanjut dengan subjek yang lebih luas serta menggunakan kuesioner yang berbeda masih diperlukan. Kata Kunci: Continous ambulatory peritoneal dialysis, hemodialisis, kualitas hidup, nutrisi, penyakit ginjal kronik Relationship between Quality of Life and Nutritional Status on Chronic Kidney Disease Patients with Dialysis Type Introduction . Dialysis is a common procedure routinely used in Indonesia which consist of hemodialysis (HD) and continuous ambulatory peritoneal dialysis (CAPD). Increasing number of CKD patients lead to higher dialysis requirement. Malnutrition, adverse effect of therapy, psychological stress, and comorbid conditions may affect quality of life (QoL) in CKD patients. We aimed to investigate comparison of QoL and nutritional status between CKD patients treated with HD and CAPD. Methods . This was a cross-sectional study with total subjects of 60 CKD patient (30 HD and 30 CAPD) who met inclusion criteria. This study was conducted in August-September 2019 in Dr. Moewardi General Hospital, Surakarta. Quality of Life (QoL) and nutritional status was assessed using validated kidney disease quality of life short form-36 TM (KDQOL-36 TM ) and subjective global assesment (SGA) form. Data was analyzed statistically with independent T-test and Chi square, p value < 0.05 considered significant. Result s . Mean of age in HD group was 49.23 (SD 12.25 ) years and CAPD group was 41.13 (SD 12.10 ) years. Result of QoL showed that CAPD patients had better physical health (p = 0.003) and mental health (p = 0.047) compared to HD patients. Clinical manifestations of CKD were also more severe in HD patients (p = 0.037). Moreover, effect of kidney disease was further reduced the QoL of patients undergoing HD (p = 0.018). Meanwhile, the burden of kidney disease was not significantly difference between the two groups. Nutritional status analysis showed that CAPD patients had better nutritional status compared to HD patients (p = 0.016). Multivariate analysis resulted that mental health (p = 0.016) and physical health (p = 0.003) were the most significant component in QoL and nutritional status between HD and CAPD patients. Conclusion . Quality of life (QoL) and nutritional status were better in CAPD patients compared to HD patients. However, further studies with larger number of subjects and using different questionnaires are needed.\",\"PeriodicalId\":32700,\"journal\":{\"name\":\"Jurnal Penyakit Dalam Indonesia\",\"volume\":\" \",\"pages\":\"\"},\"PeriodicalIF\":0.0000,\"publicationDate\":\"2020-04-01\",\"publicationTypes\":\"Journal Article\",\"fieldsOfStudy\":null,\"isOpenAccess\":false,\"openAccessPdf\":\"\",\"citationCount\":\"2\",\"resultStr\":null,\"platform\":\"Semanticscholar\",\"paperid\":null,\"PeriodicalName\":\"Jurnal Penyakit Dalam Indonesia\",\"FirstCategoryId\":\"1085\",\"ListUrlMain\":\"https://doi.org/10.7454/jpdi.v7i1.381\",\"RegionNum\":0,\"RegionCategory\":null,\"ArticlePicture\":[],\"TitleCN\":null,\"AbstractTextCN\":null,\"PMCID\":null,\"EPubDate\":\"\",\"PubModel\":\"\",\"JCR\":\"\",\"JCRName\":\"\",\"Score\":null,\"Total\":0}","platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Jurnal Penyakit Dalam Indonesia","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.7454/jpdi.v7i1.381","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
Hubungan Kualitas Hidup dan Status Nutrisi pada Pasien Penyakit Ginjal Kronik dengan Tipe Dialisis
Pendahuluan . Dialisis merupakan modalitas terapi pengganti ginjal (TPG) yang rutin dilakukan di Indonesia, terdiri dari hemodialisis (HD) dan continuous ambulatory peritoneal dialysis (CAPD). Peningkatan jumlah pasien penyakit ginjal kronik (PGK) tiap tahunnya mengakibatkan kebutuhan akan dialisis juga meningkat. Kondisi malnutrisi, efek samping terapi, stres psikis, dan keadaan komorbid yang menyertai seringkali memengaruhi kualitas hidup pasien PGK. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui perbedaan kualitas hidup dan status nutrisi antara pasien PGK yang mendapat terapi HD dan CAPD. Metode . Penelitian ini merupakan observasional analitik yang dilakukan pada bulan Agustus-September 2019 di Rumah Sakit Dr. Moewardi, Surakarta. Subjek penelitian yaitu pasien PGK yang mendapat terapi dialisis (30 pasien HD dan 30 pasien CAPD). Instrumen penelitian berupa kuesioner yaitu kidney disease quality of life short form -36 TM (KDQOL-36 TM ) untuk evaluasi kualitas hidup serta kuesioner subjective global assesment (SGA) untuk mengetahui keadaan nutrisi pasien PGK. Hasil penelitian dianalisis dengan uji T tidak berpasangan dan c hi square serta dilanjutkan dengan analisis multivariat, nilai p < 0,05 dinilai signifikan secara statistik. Hasil . Rerata usia subjek penelitian yaitu 49,23 (simpang baku [SB] 12,25) tahun pada kelompok HD dan 41,13 (SB 12,10) tahun pada kelompok CAPD. Hasil analisis kualitas hidup menunjukkan kelompok CAPD memiliki keadaan fisik (p = 0,003) dan mental (p = 0,047) yang lebih baik dibandingkan dengan pasien HD. Gejala sistemik pada PGK didapatkan lebih berat pada kelompok pasien HD (p = 0,037). Selain itu, efek penyakit ginjal yang diderita pasien dinilai lebih memperburuk kualitas hidup pasien yang menjalankan terapi HD (p = 0,018). Namun, beban penyakit ginjal antara kedua kelompok tidak berbeda secara signifikan. Status nutrisi menunjukkan pasien CAPD memiliki status nutrisi yang lebih baik dibandingkan dengan pasien HD (p = 0,016). Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa variabel yang memiliki perbedaan signifikan terhadap HD dan CAPD adalah komponen kesehatan mental (p = 0,016) dan kesehatan fisik (p = 0,003). S impulan . Hasil penelitian ini menunjukkan kualitas hidup dan status nutrisi pasien PGK stadium akhir dengan terapi CAPD lebih baik dibandingkan dengan pasien PGK yang menjalani terapi HD. Namun, penelitian lebih lanjut dengan subjek yang lebih luas serta menggunakan kuesioner yang berbeda masih diperlukan. Kata Kunci: Continous ambulatory peritoneal dialysis, hemodialisis, kualitas hidup, nutrisi, penyakit ginjal kronik Relationship between Quality of Life and Nutritional Status on Chronic Kidney Disease Patients with Dialysis Type Introduction . Dialysis is a common procedure routinely used in Indonesia which consist of hemodialysis (HD) and continuous ambulatory peritoneal dialysis (CAPD). Increasing number of CKD patients lead to higher dialysis requirement. Malnutrition, adverse effect of therapy, psychological stress, and comorbid conditions may affect quality of life (QoL) in CKD patients. We aimed to investigate comparison of QoL and nutritional status between CKD patients treated with HD and CAPD. Methods . This was a cross-sectional study with total subjects of 60 CKD patient (30 HD and 30 CAPD) who met inclusion criteria. This study was conducted in August-September 2019 in Dr. Moewardi General Hospital, Surakarta. Quality of Life (QoL) and nutritional status was assessed using validated kidney disease quality of life short form-36 TM (KDQOL-36 TM ) and subjective global assesment (SGA) form. Data was analyzed statistically with independent T-test and Chi square, p value < 0.05 considered significant. Result s . Mean of age in HD group was 49.23 (SD 12.25 ) years and CAPD group was 41.13 (SD 12.10 ) years. Result of QoL showed that CAPD patients had better physical health (p = 0.003) and mental health (p = 0.047) compared to HD patients. Clinical manifestations of CKD were also more severe in HD patients (p = 0.037). Moreover, effect of kidney disease was further reduced the QoL of patients undergoing HD (p = 0.018). Meanwhile, the burden of kidney disease was not significantly difference between the two groups. Nutritional status analysis showed that CAPD patients had better nutritional status compared to HD patients (p = 0.016). Multivariate analysis resulted that mental health (p = 0.016) and physical health (p = 0.003) were the most significant component in QoL and nutritional status between HD and CAPD patients. Conclusion . Quality of life (QoL) and nutritional status were better in CAPD patients compared to HD patients. However, further studies with larger number of subjects and using different questionnaires are needed.