{"title":"印尼后威权主义乡村发展的转型——万隆县西部农民育种者社区发展研究","authors":"Rahmalia Rifandini","doi":"10.7454/MJS.V23I2.9637","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Gagasan pembangunan desa pasca otoritarian dipandang sebagai transformasi pembangunan desa, karena tidak lagi menempatkan desa sebagai objek pembangunan yang ditandai adanya tuntutan penyusunan instrumen pembangunan desa. Namun secara praktik, instrumen pembangunan tersebut ternyata tidak mengakomodasi perbaikan produktivitas pertanian dan peternakan di Kampung Pasir Angling Desa Suntenjaya Kabupaten Bandung Barat. Sebab, petani-peternak tidak memiliki kapasitas pengetahuan dengan daya dukung tatanan administratif untuk menghendaki arah perbaikan. Pada kenyataannya, mekanisme musyawarah dusun secara tersirat diarahkan untuk menghendaki perbaikan dari negara. Dengan menggunakan perspektif pembangunan kritis, penelitian ini berpandangan bahwa transformasi pembangunan desa dapat berlaku apabila tidak terbatas pada perubahan strategi kebijakan publik, melainkan melingkupi perubahan sosial di berbagai sektor kehidupan masyarakat desa. Berangkat dari hal itu, penelitian ini menarasikan pendekatan dan bentuk pemberdayaan petani-peternak Yayasan Walungan dalam rangka menemu kenali transformasi pembangunan desa. Penelitian ini berargumen bahwa t ransformasi pembangunan desa—yang memiliki karakteristik pemberdayaan—dapat tercapai apabila terdapat penempatan elemen masyarakat sipil sebagai pihak yang menginisiasi artikulasi kebutuhan dan mengaktifkan kesadaran petani-peternak dalam praktik pembangunan desa. Gagasan mengenai artikulasi, dalam penelitian ini, diupayakan melalui perbaikan relasi yang bersifat egaliter, aktivitas kolektif, dan pengorganisasian masyarakat. Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualititatif dalam mendeskripsikan pemberdayaan petani-peternak di Kampung Pasir Angling, Desa Suntenjaya, Kabupaten Bandung Barat. Normal 0 false false false IN X-NONE X-NONE The idea of post-authoritarian rural development is seen as the transformation of rural development, since it no longer places the village as an object of development characterized by the demand for the preparation of rural development instruments. However, in practice, the development instrument did not accommodate the improvement of agricultural and livestock productivity in Kampung Pasir Angling Desa Suntenjaya Kabupaten Bandung Barat . Since, farmers do not have the capacity of knowledge with the carrying capacity of the administrative order to require direction of improvement. In fact, the mechanism of deliberations of the hamlet is implicitly aimed at seeking improvement from the state. Using a critical development perspective, the study argues that village development transformation may apply if not limited to changes in public policy strategies, but rather to social change in various sectors of village life. Departing from that, this research narrates approach and form of the community development of farmer-breeder that initiated by Yayasan Walungan in order to find the transformation of village development. This study proposes arguments that the transformation of the rural development — which has the characteristics of empowerment — can be achieved when there is a placement of the civil society’s elements as the party that initiates the articulation of needs and activates the consciousness of farmer-breeders in the practice of rural development. The idea of articulation in this study is attempted through relations improvement in egalitarian way, collective activities, and community organizing. This research used qualitative research approach in describing the community development of farmer-breeders in Kampung Pasir Angling, Desa Suntenjaya, Kabupaten Bandung Barat. Normal 0 false false false IN X-NONE X-NONE","PeriodicalId":31129,"journal":{"name":"Masyarakat Jurnal Sosiologi","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2018-08-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"https://sci-hub-pdf.com/10.7454/MJS.V23I2.9637","citationCount":"6","resultStr":"{\"title\":\"Transformation of Post-Authoritarian Rural Development in Indonesia: A Study of Farmer-Breeder Community Development in West Bandung Regency\",\"authors\":\"Rahmalia Rifandini\",\"doi\":\"10.7454/MJS.V23I2.9637\",\"DOIUrl\":null,\"url\":null,\"abstract\":\"Gagasan pembangunan desa pasca otoritarian dipandang sebagai transformasi pembangunan desa, karena tidak lagi menempatkan desa sebagai objek pembangunan yang ditandai adanya tuntutan penyusunan instrumen pembangunan desa. Namun secara praktik, instrumen pembangunan tersebut ternyata tidak mengakomodasi perbaikan produktivitas pertanian dan peternakan di Kampung Pasir Angling Desa Suntenjaya Kabupaten Bandung Barat. Sebab, petani-peternak tidak memiliki kapasitas pengetahuan dengan daya dukung tatanan administratif untuk menghendaki arah perbaikan. Pada kenyataannya, mekanisme musyawarah dusun secara tersirat diarahkan untuk menghendaki perbaikan dari negara. Dengan menggunakan perspektif pembangunan kritis, penelitian ini berpandangan bahwa transformasi pembangunan desa dapat berlaku apabila tidak terbatas pada perubahan strategi kebijakan publik, melainkan melingkupi perubahan sosial di berbagai sektor kehidupan masyarakat desa. Berangkat dari hal itu, penelitian ini menarasikan pendekatan dan bentuk pemberdayaan petani-peternak Yayasan Walungan dalam rangka menemu kenali transformasi pembangunan desa. Penelitian ini berargumen bahwa t ransformasi pembangunan desa—yang memiliki karakteristik pemberdayaan—dapat tercapai apabila terdapat penempatan elemen masyarakat sipil sebagai pihak yang menginisiasi artikulasi kebutuhan dan mengaktifkan kesadaran petani-peternak dalam praktik pembangunan desa. Gagasan mengenai artikulasi, dalam penelitian ini, diupayakan melalui perbaikan relasi yang bersifat egaliter, aktivitas kolektif, dan pengorganisasian masyarakat. Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualititatif dalam mendeskripsikan pemberdayaan petani-peternak di Kampung Pasir Angling, Desa Suntenjaya, Kabupaten Bandung Barat. Normal 0 false false false IN X-NONE X-NONE The idea of post-authoritarian rural development is seen as the transformation of rural development, since it no longer places the village as an object of development characterized by the demand for the preparation of rural development instruments. However, in practice, the development instrument did not accommodate the improvement of agricultural and livestock productivity in Kampung Pasir Angling Desa Suntenjaya Kabupaten Bandung Barat . Since, farmers do not have the capacity of knowledge with the carrying capacity of the administrative order to require direction of improvement. In fact, the mechanism of deliberations of the hamlet is implicitly aimed at seeking improvement from the state. Using a critical development perspective, the study argues that village development transformation may apply if not limited to changes in public policy strategies, but rather to social change in various sectors of village life. Departing from that, this research narrates approach and form of the community development of farmer-breeder that initiated by Yayasan Walungan in order to find the transformation of village development. This study proposes arguments that the transformation of the rural development — which has the characteristics of empowerment — can be achieved when there is a placement of the civil society’s elements as the party that initiates the articulation of needs and activates the consciousness of farmer-breeders in the practice of rural development. The idea of articulation in this study is attempted through relations improvement in egalitarian way, collective activities, and community organizing. This research used qualitative research approach in describing the community development of farmer-breeders in Kampung Pasir Angling, Desa Suntenjaya, Kabupaten Bandung Barat. Normal 0 false false false IN X-NONE X-NONE\",\"PeriodicalId\":31129,\"journal\":{\"name\":\"Masyarakat Jurnal Sosiologi\",\"volume\":\" \",\"pages\":\"\"},\"PeriodicalIF\":0.0000,\"publicationDate\":\"2018-08-29\",\"publicationTypes\":\"Journal Article\",\"fieldsOfStudy\":null,\"isOpenAccess\":false,\"openAccessPdf\":\"https://sci-hub-pdf.com/10.7454/MJS.V23I2.9637\",\"citationCount\":\"6\",\"resultStr\":null,\"platform\":\"Semanticscholar\",\"paperid\":null,\"PeriodicalName\":\"Masyarakat Jurnal Sosiologi\",\"FirstCategoryId\":\"1085\",\"ListUrlMain\":\"https://doi.org/10.7454/MJS.V23I2.9637\",\"RegionNum\":0,\"RegionCategory\":null,\"ArticlePicture\":[],\"TitleCN\":null,\"AbstractTextCN\":null,\"PMCID\":null,\"EPubDate\":\"\",\"PubModel\":\"\",\"JCR\":\"\",\"JCRName\":\"\",\"Score\":null,\"Total\":0}","platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Masyarakat Jurnal Sosiologi","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.7454/MJS.V23I2.9637","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 6
摘要
后权力时代的村庄发展理念被视为村庄发展的转变,因为它不再将村庄作为以农村发展工具设计需求为标志的建筑对象。然而,在实践中,这些发展工具并不能适应西部首都Suntenjaya村Sand村农业生产力和农业的提高。因为农民没有能力通过行政支持来寻求改善。事实上,死者的系统旅行机制是为了寻求国家的改进。本研究从批判性发展的角度出发,认为农村发展的转变可以发生在不局限于公共政策战略的变化,而是涵盖农村社会生活各个部门的社会变化的情况下。在此基础上,本研究吸引了瓦隆基金会农民解放的近似和形式,以期发现村庄发展的转型。这项研究表明,当民间社会作为一个政党,在农村发展实践中启动需求表达并激活农民意识时,就可以实现具有独立特征的农村发展转型。在这项研究中,表达的想法是通过改善平等主义关系、集体活动和社会组织来实现的。本研究采用定性研究的方法来描述西部首府孙腾贾亚村昂岭沙村农民的自由。Normal 0 false false IN X-NONE X-NONE后威权主义农村发展的理念被视为农村发展的转变,因为它不再将村庄作为发展对象,其特征是需要准备农村发展工具。然而,在实践中,发展文书没有考虑到万隆巴拉特县Kampung Pasir Angling Desa Suntenjaya农业和畜牧业生产力的提高。既然农民不具备知识的承载能力,就需要对行政命令进行方向性的改进。事实上,小村庄的审议机制隐含着寻求国家改进的目的。该研究从批判性发展的角度认为,村庄发展转型可能适用于公共政策战略的变化,也可能适用于村庄生活各个部门的社会变化。在此基础上,本研究叙述了亚桑·瓦伦甘倡导的农民饲养员社区发展的途径和形式,以寻求村庄发展的转型。本研究提出的论点是,当民间社会作为一方在农村发展实践中启动需求表达并激活农民饲养者意识时,就可以实现具有赋权特征的农村发展的转变。在这项研究中,通过平等的方式改善关系、集体活动和社区组织来尝试表达的想法。本研究采用定性研究方法描述了Kampung Pasir Angling、Desa Suntenjaya、Kabupaten Bandung West农民饲养者的社区发展。Normal 0 false false IN X-NONE X-NONE
Transformation of Post-Authoritarian Rural Development in Indonesia: A Study of Farmer-Breeder Community Development in West Bandung Regency
Gagasan pembangunan desa pasca otoritarian dipandang sebagai transformasi pembangunan desa, karena tidak lagi menempatkan desa sebagai objek pembangunan yang ditandai adanya tuntutan penyusunan instrumen pembangunan desa. Namun secara praktik, instrumen pembangunan tersebut ternyata tidak mengakomodasi perbaikan produktivitas pertanian dan peternakan di Kampung Pasir Angling Desa Suntenjaya Kabupaten Bandung Barat. Sebab, petani-peternak tidak memiliki kapasitas pengetahuan dengan daya dukung tatanan administratif untuk menghendaki arah perbaikan. Pada kenyataannya, mekanisme musyawarah dusun secara tersirat diarahkan untuk menghendaki perbaikan dari negara. Dengan menggunakan perspektif pembangunan kritis, penelitian ini berpandangan bahwa transformasi pembangunan desa dapat berlaku apabila tidak terbatas pada perubahan strategi kebijakan publik, melainkan melingkupi perubahan sosial di berbagai sektor kehidupan masyarakat desa. Berangkat dari hal itu, penelitian ini menarasikan pendekatan dan bentuk pemberdayaan petani-peternak Yayasan Walungan dalam rangka menemu kenali transformasi pembangunan desa. Penelitian ini berargumen bahwa t ransformasi pembangunan desa—yang memiliki karakteristik pemberdayaan—dapat tercapai apabila terdapat penempatan elemen masyarakat sipil sebagai pihak yang menginisiasi artikulasi kebutuhan dan mengaktifkan kesadaran petani-peternak dalam praktik pembangunan desa. Gagasan mengenai artikulasi, dalam penelitian ini, diupayakan melalui perbaikan relasi yang bersifat egaliter, aktivitas kolektif, dan pengorganisasian masyarakat. Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualititatif dalam mendeskripsikan pemberdayaan petani-peternak di Kampung Pasir Angling, Desa Suntenjaya, Kabupaten Bandung Barat. Normal 0 false false false IN X-NONE X-NONE The idea of post-authoritarian rural development is seen as the transformation of rural development, since it no longer places the village as an object of development characterized by the demand for the preparation of rural development instruments. However, in practice, the development instrument did not accommodate the improvement of agricultural and livestock productivity in Kampung Pasir Angling Desa Suntenjaya Kabupaten Bandung Barat . Since, farmers do not have the capacity of knowledge with the carrying capacity of the administrative order to require direction of improvement. In fact, the mechanism of deliberations of the hamlet is implicitly aimed at seeking improvement from the state. Using a critical development perspective, the study argues that village development transformation may apply if not limited to changes in public policy strategies, but rather to social change in various sectors of village life. Departing from that, this research narrates approach and form of the community development of farmer-breeder that initiated by Yayasan Walungan in order to find the transformation of village development. This study proposes arguments that the transformation of the rural development — which has the characteristics of empowerment — can be achieved when there is a placement of the civil society’s elements as the party that initiates the articulation of needs and activates the consciousness of farmer-breeders in the practice of rural development. The idea of articulation in this study is attempted through relations improvement in egalitarian way, collective activities, and community organizing. This research used qualitative research approach in describing the community development of farmer-breeders in Kampung Pasir Angling, Desa Suntenjaya, Kabupaten Bandung Barat. Normal 0 false false false IN X-NONE X-NONE