{"title":"明库鲁社会禁忌传统仪式中宽容的历史与价值","authors":"A. Suradi, Mary C Tabata, Buyung Surahman","doi":"10.15294/paramita.v30i2.21403","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"This article aims to reveal the history of the Tabot tradition and the values of tolerance contained in the Tabot celebration in each month of Muharram in the Bengkulu Society. This research method uses qualitative and history methods, with data collection through documents, interviews, and observations to the perpetrators of the Tabot, traditional leaders, and the community around the Tabot event in Bengkulu. The results of this study indicate that; First, the Tabot tradition is related to the growth and development of Islam in Bengkulu, which was developed by a Shiite Islamic cleric from southern India named Syeh Burhanuddin who was later better known as Imam Senggolo, namely in the 18th century. He introduced the procedures of the Tabot ceremony to the people of Bengkulu, who then passed on to their descendants who assimilated with the people of Bengkulu. Secondly, the values of tolerance in the tabot ceremony every month in Muharram in Bengkulu include mutual respect, mutual respect, help, and cooperation. This is evidenced in the Tabot ceremony activities open to the public so that all people can follow it and do not side with a particular religion, ethnicity, and culture of a particular community, but embrace all the differences that exist. Tabot tradition activities are not only as a religious activity but also are expected to reduce the division of society and also non-Muslims in the city of Bengkulu. Artikel ini bertujuan untuk mengungkap sejarah tradisi Tabot dan nilai-nilai toleransi yang terkandung di dalamnya di setiap bulan Muharram di Masyarakat Bengkulu. Metode penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan sejarah, dengan pengumpulan data melalui dokumen, wawancara, dan observasi terhadap para pelaku Tabot, tokoh adat, dan masyarakat di Bengkulu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa; Pertama, tradisi Tabot terkait dengan tumbuh kembang Islam di Bengkulu yang dikembangkan oleh seorang ulama Islam Syiah dari India selatan bernama Syeh Burhanuddin yang kemudian lebih dikenal dengan nama Imam Senggolo, pada abad ke-18. Ia memperkenalkan tata cara upacara Tabot kepada masyarakat Bengkulu, yang kemudian diwariskan kepada keturunannya yang berasimilasi dengan masyarakat Bengkulu. Kedua, nilai-nilai toleransi dalam upacara tabot setiap bulan Muharram di Bengkulu meliputi saling menghormati, saling menghormati, membantu, dan gotong royong. Hal tersebut dibuktikan dalam kegiatan Upacara Tabot yang terbuka untuk umum sehingga semua masyarakat dapat mengikutinya dan tidak berpihak pada agama, suku, dan budaya tertentu dari masyarakat tertentu, melainkan merangkul segala perbedaan yang ada. Kegiatan tradisi tabot tidak hanya sebagai kegiatan keagamaan tetapi juga diharapkan dapat mengurangi perpecahan masyarakat dan juga nonmuslim yang ada di kota Bengkulu.","PeriodicalId":30724,"journal":{"name":"Paramita Historical Studies Journal","volume":"30 1","pages":"170-179"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2020-09-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"2","resultStr":"{\"title\":\"The History And Values of Tolerance In Tabot Traditional Ceremonies In Bengkulu Society\",\"authors\":\"A. Suradi, Mary C Tabata, Buyung Surahman\",\"doi\":\"10.15294/paramita.v30i2.21403\",\"DOIUrl\":null,\"url\":null,\"abstract\":\"This article aims to reveal the history of the Tabot tradition and the values of tolerance contained in the Tabot celebration in each month of Muharram in the Bengkulu Society. This research method uses qualitative and history methods, with data collection through documents, interviews, and observations to the perpetrators of the Tabot, traditional leaders, and the community around the Tabot event in Bengkulu. The results of this study indicate that; First, the Tabot tradition is related to the growth and development of Islam in Bengkulu, which was developed by a Shiite Islamic cleric from southern India named Syeh Burhanuddin who was later better known as Imam Senggolo, namely in the 18th century. He introduced the procedures of the Tabot ceremony to the people of Bengkulu, who then passed on to their descendants who assimilated with the people of Bengkulu. Secondly, the values of tolerance in the tabot ceremony every month in Muharram in Bengkulu include mutual respect, mutual respect, help, and cooperation. This is evidenced in the Tabot ceremony activities open to the public so that all people can follow it and do not side with a particular religion, ethnicity, and culture of a particular community, but embrace all the differences that exist. Tabot tradition activities are not only as a religious activity but also are expected to reduce the division of society and also non-Muslims in the city of Bengkulu. Artikel ini bertujuan untuk mengungkap sejarah tradisi Tabot dan nilai-nilai toleransi yang terkandung di dalamnya di setiap bulan Muharram di Masyarakat Bengkulu. Metode penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan sejarah, dengan pengumpulan data melalui dokumen, wawancara, dan observasi terhadap para pelaku Tabot, tokoh adat, dan masyarakat di Bengkulu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa; Pertama, tradisi Tabot terkait dengan tumbuh kembang Islam di Bengkulu yang dikembangkan oleh seorang ulama Islam Syiah dari India selatan bernama Syeh Burhanuddin yang kemudian lebih dikenal dengan nama Imam Senggolo, pada abad ke-18. Ia memperkenalkan tata cara upacara Tabot kepada masyarakat Bengkulu, yang kemudian diwariskan kepada keturunannya yang berasimilasi dengan masyarakat Bengkulu. Kedua, nilai-nilai toleransi dalam upacara tabot setiap bulan Muharram di Bengkulu meliputi saling menghormati, saling menghormati, membantu, dan gotong royong. Hal tersebut dibuktikan dalam kegiatan Upacara Tabot yang terbuka untuk umum sehingga semua masyarakat dapat mengikutinya dan tidak berpihak pada agama, suku, dan budaya tertentu dari masyarakat tertentu, melainkan merangkul segala perbedaan yang ada. Kegiatan tradisi tabot tidak hanya sebagai kegiatan keagamaan tetapi juga diharapkan dapat mengurangi perpecahan masyarakat dan juga nonmuslim yang ada di kota Bengkulu.\",\"PeriodicalId\":30724,\"journal\":{\"name\":\"Paramita Historical Studies Journal\",\"volume\":\"30 1\",\"pages\":\"170-179\"},\"PeriodicalIF\":0.0000,\"publicationDate\":\"2020-09-01\",\"publicationTypes\":\"Journal Article\",\"fieldsOfStudy\":null,\"isOpenAccess\":false,\"openAccessPdf\":\"\",\"citationCount\":\"2\",\"resultStr\":null,\"platform\":\"Semanticscholar\",\"paperid\":null,\"PeriodicalName\":\"Paramita Historical Studies Journal\",\"FirstCategoryId\":\"1085\",\"ListUrlMain\":\"https://doi.org/10.15294/paramita.v30i2.21403\",\"RegionNum\":0,\"RegionCategory\":null,\"ArticlePicture\":[],\"TitleCN\":null,\"AbstractTextCN\":null,\"PMCID\":null,\"EPubDate\":\"\",\"PubModel\":\"\",\"JCR\":\"\",\"JCRName\":\"\",\"Score\":null,\"Total\":0}","platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Paramita Historical Studies Journal","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.15294/paramita.v30i2.21403","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 2
摘要
本文旨在揭示Tabot传统的历史,以及在Bengkulu社会每个月的Muharram Tabot庆祝活动中所包含的宽容价值观。本研究方法采用定性和历史方法,通过文献、访谈和对Tabot事件的肇事者、传统领袖和班库鲁Tabot事件周围社区的观察收集数据。研究结果表明:首先,Tabot传统与伊斯兰教在明库鲁的成长和发展有关,它是由一位来自印度南部的什叶派伊斯兰神职人员发展起来的,他名叫Syeh Burhanuddin,后来被称为伊玛目Senggolo,即在18世纪。他把Tabot仪式的程序介绍给了本库鲁人,然后又传给了与本库鲁人同化的后代。其次,每个月在明库鲁穆哈拉姆举行的禁忌仪式中,宽容的价值观包括相互尊重、相互尊重、帮助和合作。这一点在向公众开放的禁忌仪式活动中得到了证明,所有人都可以遵循它,不偏袒特定的宗教,种族和特定社区的文化,而是拥抱所有存在的差异。禁忌传统活动不仅是一种宗教活动,而且有望减少社会和非穆斯林在明古鲁市的分裂。Artikel ini bertujuan untuk mengungkap sejaraka tradisi Tabot dan nilai-nilai tolerisi yang terkandung di dalamnya di setitiya bulan Muharram di Masyarakat Bengkulu。Metode penelitian ini menggunakan metalitatif dansejarah, dengan pengumpulan数据melalui dokumen, wawankara, danobservasi terhadap para pelaku Tabot, tokoh adat, danmasyarakat di Bengkulu。Hasil penelitian menunjukkan bahwa;Pertama, tradisi Tabot terkait dengan tumbuh kembang Islam di Bengkulu yang dikembangkan oleh seorang ulama Islam Syiah dari India selatan bernama siyeh Burhanuddin lebih dikenal dengan nama Imam Senggolo, paada abad ke-18。i memperkenalkan tata cara upacara Tabot kepada masyarakat Bengkulu, yang kemudian diwariskan kepada keturunannya yang berasimilasi dengan masyarakat Bengkulu。Kedua, nilai-nilai toleransi dalam upacara tabot setiap bulan Muharram di Bengkulu meliputi salinghormati, salinghormati, membantu, dan gotong royong。haltersebut dibuktikan dalam kegiatan Upacara Tabot yang terbuka untuk umumseingga semua masyarakat dapat mengikutinya dantiak berpihak pagada, suku, danbudaya tertentu dari masyarakat tertentu, melainkan merangkul segala perbedaan yang ada。Kegiatan tradisi tabot tidak hanya sebagai Kegiatan keagamaan tetapi juga diharapkan dapat mengurangi perpecahan masyarakat dan juga非穆斯林yang ada di kota Bengkulu。
The History And Values of Tolerance In Tabot Traditional Ceremonies In Bengkulu Society
This article aims to reveal the history of the Tabot tradition and the values of tolerance contained in the Tabot celebration in each month of Muharram in the Bengkulu Society. This research method uses qualitative and history methods, with data collection through documents, interviews, and observations to the perpetrators of the Tabot, traditional leaders, and the community around the Tabot event in Bengkulu. The results of this study indicate that; First, the Tabot tradition is related to the growth and development of Islam in Bengkulu, which was developed by a Shiite Islamic cleric from southern India named Syeh Burhanuddin who was later better known as Imam Senggolo, namely in the 18th century. He introduced the procedures of the Tabot ceremony to the people of Bengkulu, who then passed on to their descendants who assimilated with the people of Bengkulu. Secondly, the values of tolerance in the tabot ceremony every month in Muharram in Bengkulu include mutual respect, mutual respect, help, and cooperation. This is evidenced in the Tabot ceremony activities open to the public so that all people can follow it and do not side with a particular religion, ethnicity, and culture of a particular community, but embrace all the differences that exist. Tabot tradition activities are not only as a religious activity but also are expected to reduce the division of society and also non-Muslims in the city of Bengkulu. Artikel ini bertujuan untuk mengungkap sejarah tradisi Tabot dan nilai-nilai toleransi yang terkandung di dalamnya di setiap bulan Muharram di Masyarakat Bengkulu. Metode penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan sejarah, dengan pengumpulan data melalui dokumen, wawancara, dan observasi terhadap para pelaku Tabot, tokoh adat, dan masyarakat di Bengkulu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa; Pertama, tradisi Tabot terkait dengan tumbuh kembang Islam di Bengkulu yang dikembangkan oleh seorang ulama Islam Syiah dari India selatan bernama Syeh Burhanuddin yang kemudian lebih dikenal dengan nama Imam Senggolo, pada abad ke-18. Ia memperkenalkan tata cara upacara Tabot kepada masyarakat Bengkulu, yang kemudian diwariskan kepada keturunannya yang berasimilasi dengan masyarakat Bengkulu. Kedua, nilai-nilai toleransi dalam upacara tabot setiap bulan Muharram di Bengkulu meliputi saling menghormati, saling menghormati, membantu, dan gotong royong. Hal tersebut dibuktikan dalam kegiatan Upacara Tabot yang terbuka untuk umum sehingga semua masyarakat dapat mengikutinya dan tidak berpihak pada agama, suku, dan budaya tertentu dari masyarakat tertentu, melainkan merangkul segala perbedaan yang ada. Kegiatan tradisi tabot tidak hanya sebagai kegiatan keagamaan tetapi juga diharapkan dapat mengurangi perpecahan masyarakat dan juga nonmuslim yang ada di kota Bengkulu.