{"title":"解读“Bulugh”:日惹Wirokerten萨拉菲社区通过婚姻管理提高妇女权利","authors":"Fatum Abubakar","doi":"10.18326/ijims.v12i1.139-163","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"This article discusses Salafi Wirokerten women and the enhancement of their status and rights through management of marriage and interpretation of bulugh (legal maturity for marriage). It therefore observes the practice of marriage within Salafi women in term of age and their attitudes toward their own manhaj. It also seeks to see the Salafi’s attitude in general toward the state law of marriage. The materials of this article were obtained from ethnographic investigation that was conducted in a Wirokerten village in Banguntapan sub-district of Yogyakarta in 2018-2019 through interviews, participatory observations, group discussions. Deploying anthropological approach this article finds that Salafi women have notions to improve their rights, and they stress the importance of the maturity of religious knowledge. This article also argues that Salafi women identify themselves as Salafi agents by transforming authority to gain manhaj recognition of marital management as a source of strength and empowerment. In addition, it concludes that Salafi women have an important role in bridging relations of the Salafi manhaj with the state and that while negotiating state law with their own manhaj, they often need to refer to Islamic doctrines to base and strengthen their position. They refer not only to Islamic teachings but also propagate narratives of the significance of study and of being knowledgeable to do and thus to marry. Artikel ini mendiskusikan perempuan Salafi Wirokerten dan peningkatkan hak perempuan mereka melalui manajemen perkawinan dan interpretasi bulugh. Artikel ini mengamati praktik pernikahan perempuan Salafi kaitannya terutama dengan isu usia pernikahan dan sikap mereka terhadap manhaj mereka sendiri. Kemudian artikel ini juga berupaya melihat sikap Salafi secara umum terhadap hukum perkawinan negara. Bahan-bahan dan data untuk artikel ini diperoleh dari penelitian etnografi yang dilakukan di sebuah dusun Wirokerten kecamatan Banguntapan Yogyakarta pada rentang tahun 2018-2019, melalui wawancara, observasi partisipatif, diskusi kelompok. Menggunakan pendekatan antropologi artikel ini menemukan bahwa wanita Salafi memiliki prinsip-prinsip dan gagasan untuk meningkatkan hak-hak mereka, dan mereka menekankan pentingnya kedewasaan pengetahuan agama. Artikel ini juga menegaskan bahwa perempuan Salafi mengidentifikasi diri mereka sebagai agen Salafi dengan melakukan transformasi kewenangan atau otoritas untuk mendapatkan pengakuan manhaj tentang manajemen perkawinan sebagai sumber kekuatan dan pemberdayaan. Selain itu, disimpulkan bahwa perempuan Salafi memiliki peran penting dalam menjembatani hubungan negara dan manhaj, dan bahwa saat menegosiasikan hukum negara dengan manhaj mereka sendiri, mereka sering perlu merujuk pada doktrin-doktrin Islam untuk mendasarkan dan memperkuat posisi mereka. Mereka tidak hanya merujuk pada ajaran atau doktrin Islam tentang pentingnya pendidikan tetapi juga menyebarkan narasi-narasi pentingnya studi dan berpengetahuan luas sebelum melakukan tindakan dan tentunya juga sebelum melakukan pernikahan.","PeriodicalId":42170,"journal":{"name":"Indonesian Journal of Islam and Muslim Societies","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.6000,"publicationDate":"2022-06-04","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"3","resultStr":"{\"title\":\"Interpreting ‘Bulugh’: Enhancement of women’s right through management of marriage within Salafi community in Wirokerten, Yogyakarta\",\"authors\":\"Fatum Abubakar\",\"doi\":\"10.18326/ijims.v12i1.139-163\",\"DOIUrl\":null,\"url\":null,\"abstract\":\"This article discusses Salafi Wirokerten women and the enhancement of their status and rights through management of marriage and interpretation of bulugh (legal maturity for marriage). It therefore observes the practice of marriage within Salafi women in term of age and their attitudes toward their own manhaj. It also seeks to see the Salafi’s attitude in general toward the state law of marriage. The materials of this article were obtained from ethnographic investigation that was conducted in a Wirokerten village in Banguntapan sub-district of Yogyakarta in 2018-2019 through interviews, participatory observations, group discussions. Deploying anthropological approach this article finds that Salafi women have notions to improve their rights, and they stress the importance of the maturity of religious knowledge. This article also argues that Salafi women identify themselves as Salafi agents by transforming authority to gain manhaj recognition of marital management as a source of strength and empowerment. In addition, it concludes that Salafi women have an important role in bridging relations of the Salafi manhaj with the state and that while negotiating state law with their own manhaj, they often need to refer to Islamic doctrines to base and strengthen their position. They refer not only to Islamic teachings but also propagate narratives of the significance of study and of being knowledgeable to do and thus to marry. Artikel ini mendiskusikan perempuan Salafi Wirokerten dan peningkatkan hak perempuan mereka melalui manajemen perkawinan dan interpretasi bulugh. Artikel ini mengamati praktik pernikahan perempuan Salafi kaitannya terutama dengan isu usia pernikahan dan sikap mereka terhadap manhaj mereka sendiri. Kemudian artikel ini juga berupaya melihat sikap Salafi secara umum terhadap hukum perkawinan negara. Bahan-bahan dan data untuk artikel ini diperoleh dari penelitian etnografi yang dilakukan di sebuah dusun Wirokerten kecamatan Banguntapan Yogyakarta pada rentang tahun 2018-2019, melalui wawancara, observasi partisipatif, diskusi kelompok. Menggunakan pendekatan antropologi artikel ini menemukan bahwa wanita Salafi memiliki prinsip-prinsip dan gagasan untuk meningkatkan hak-hak mereka, dan mereka menekankan pentingnya kedewasaan pengetahuan agama. Artikel ini juga menegaskan bahwa perempuan Salafi mengidentifikasi diri mereka sebagai agen Salafi dengan melakukan transformasi kewenangan atau otoritas untuk mendapatkan pengakuan manhaj tentang manajemen perkawinan sebagai sumber kekuatan dan pemberdayaan. Selain itu, disimpulkan bahwa perempuan Salafi memiliki peran penting dalam menjembatani hubungan negara dan manhaj, dan bahwa saat menegosiasikan hukum negara dengan manhaj mereka sendiri, mereka sering perlu merujuk pada doktrin-doktrin Islam untuk mendasarkan dan memperkuat posisi mereka. Mereka tidak hanya merujuk pada ajaran atau doktrin Islam tentang pentingnya pendidikan tetapi juga menyebarkan narasi-narasi pentingnya studi dan berpengetahuan luas sebelum melakukan tindakan dan tentunya juga sebelum melakukan pernikahan.\",\"PeriodicalId\":42170,\"journal\":{\"name\":\"Indonesian Journal of Islam and Muslim Societies\",\"volume\":\" \",\"pages\":\"\"},\"PeriodicalIF\":0.6000,\"publicationDate\":\"2022-06-04\",\"publicationTypes\":\"Journal Article\",\"fieldsOfStudy\":null,\"isOpenAccess\":false,\"openAccessPdf\":\"\",\"citationCount\":\"3\",\"resultStr\":null,\"platform\":\"Semanticscholar\",\"paperid\":null,\"PeriodicalName\":\"Indonesian Journal of Islam and Muslim Societies\",\"FirstCategoryId\":\"1085\",\"ListUrlMain\":\"https://doi.org/10.18326/ijims.v12i1.139-163\",\"RegionNum\":0,\"RegionCategory\":null,\"ArticlePicture\":[],\"TitleCN\":null,\"AbstractTextCN\":null,\"PMCID\":null,\"EPubDate\":\"\",\"PubModel\":\"\",\"JCR\":\"0\",\"JCRName\":\"RELIGION\",\"Score\":null,\"Total\":0}","platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Indonesian Journal of Islam and Muslim Societies","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.18326/ijims.v12i1.139-163","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"0","JCRName":"RELIGION","Score":null,"Total":0}
引用次数: 3
摘要
本文通过对婚姻的管理和对bulugh(婚姻法定成熟期)的解释来讨论萨拉菲妇女及其地位和权利的提高。因此,它观察了萨拉菲妇女在年龄和她们对自己的曼哈伊的态度方面的婚姻习俗。它还试图了解萨拉菲派对国家婚姻法的总体态度。本文的材料来自2018-2019年在日惹Banguntapan街道Wirokerten村进行的民族志调查,通过访谈、参与式观察和小组讨论获得。本文运用人类学的研究方法,发现萨拉菲妇女有提高自己权利的观念,她们强调宗教知识成熟的重要性。这篇文章还认为,萨拉菲女性通过转变权威,以获得曼哈伊对婚姻管理作为力量和权力来源的认可,从而将自己定位为萨拉菲的代理人。此外,报告得出的结论是,萨拉菲派妇女在弥合萨拉菲派朝觐与国家之间的关系方面发挥着重要作用,在与自己的朝觐谈判国家法律时,她们往往需要参考伊斯兰教义来巩固和加强自己的地位。它们不仅涉及伊斯兰教义,而且还宣传学习的重要性,以及有知识去做什么,从而结婚的重要性。Artikel ini mendiskusikan perempuan Salafi Wirokerten danpeningkatkan hak perempuan mereka melalui管理perkawinan和interpretasi bugh。Artikel ini mengamati praktik pernikahan perempuan Salafi kaitannya terutama dengan isu usia pernikahan dan sikap mereka terhadap manhaj mereka sendiri。Kemudian artikel ini juga berupaya melija, Salafi secara umum, terhadap hukum perkawinan negara。Bahan-bahan丹数据为她artikel ini diperoleh达里语penelitian etnografi杨dilakukan di sebuah杜松人Wirokerten kecamatan Banguntapan日惹篇rentang tahun 2018 - 2019, melalui wawancara, observasi partisipatif, diskusi kelompok。孟古纳坎pendekatan人类学家artikel ini menemukan bahwa wanita Salafi memiliki princsip - princsip dan gagasan untuk脑膜炎katkan hak-hak mereka, dan mereka menekankan pentingnya kedewasaan pengetahuan agama。这句话的意思是说:“我的意思是说,我的意思是说,我的意思是说,我的意思是说,我的意思是说,我的意思是说,我的意思是说,我的意思是说,我的意思是说,我的意思是说,我的意思是说,我的意思是说,我的意思是说,我的意思是说,我的意思是说,我的意思是说,我的意思是我的意思。”Selain itu, disimpkan bahwa perempuan Salafi memiliki peran pening dalam menjembatani hubungan negara dan manhai, dan bahwa saat menegegsiasikan hukum negara dengan manhaj mereka sendiri, mereka seru merujuk pada doktrin-doktrin Islam untuk menasarkan dan memperkuat posisi mereka。Mereka tidak hanya merujuk paada ajaran atau doktrin Islam tentententingnya pendidikan tetapi juga menyebarkan narasi-narasi pentingnya studi dan berpengetahuan luas sebelum melakukan tindakan dantenunya juga sebelum melakukan pernikahan。
Interpreting ‘Bulugh’: Enhancement of women’s right through management of marriage within Salafi community in Wirokerten, Yogyakarta
This article discusses Salafi Wirokerten women and the enhancement of their status and rights through management of marriage and interpretation of bulugh (legal maturity for marriage). It therefore observes the practice of marriage within Salafi women in term of age and their attitudes toward their own manhaj. It also seeks to see the Salafi’s attitude in general toward the state law of marriage. The materials of this article were obtained from ethnographic investigation that was conducted in a Wirokerten village in Banguntapan sub-district of Yogyakarta in 2018-2019 through interviews, participatory observations, group discussions. Deploying anthropological approach this article finds that Salafi women have notions to improve their rights, and they stress the importance of the maturity of religious knowledge. This article also argues that Salafi women identify themselves as Salafi agents by transforming authority to gain manhaj recognition of marital management as a source of strength and empowerment. In addition, it concludes that Salafi women have an important role in bridging relations of the Salafi manhaj with the state and that while negotiating state law with their own manhaj, they often need to refer to Islamic doctrines to base and strengthen their position. They refer not only to Islamic teachings but also propagate narratives of the significance of study and of being knowledgeable to do and thus to marry. Artikel ini mendiskusikan perempuan Salafi Wirokerten dan peningkatkan hak perempuan mereka melalui manajemen perkawinan dan interpretasi bulugh. Artikel ini mengamati praktik pernikahan perempuan Salafi kaitannya terutama dengan isu usia pernikahan dan sikap mereka terhadap manhaj mereka sendiri. Kemudian artikel ini juga berupaya melihat sikap Salafi secara umum terhadap hukum perkawinan negara. Bahan-bahan dan data untuk artikel ini diperoleh dari penelitian etnografi yang dilakukan di sebuah dusun Wirokerten kecamatan Banguntapan Yogyakarta pada rentang tahun 2018-2019, melalui wawancara, observasi partisipatif, diskusi kelompok. Menggunakan pendekatan antropologi artikel ini menemukan bahwa wanita Salafi memiliki prinsip-prinsip dan gagasan untuk meningkatkan hak-hak mereka, dan mereka menekankan pentingnya kedewasaan pengetahuan agama. Artikel ini juga menegaskan bahwa perempuan Salafi mengidentifikasi diri mereka sebagai agen Salafi dengan melakukan transformasi kewenangan atau otoritas untuk mendapatkan pengakuan manhaj tentang manajemen perkawinan sebagai sumber kekuatan dan pemberdayaan. Selain itu, disimpulkan bahwa perempuan Salafi memiliki peran penting dalam menjembatani hubungan negara dan manhaj, dan bahwa saat menegosiasikan hukum negara dengan manhaj mereka sendiri, mereka sering perlu merujuk pada doktrin-doktrin Islam untuk mendasarkan dan memperkuat posisi mereka. Mereka tidak hanya merujuk pada ajaran atau doktrin Islam tentang pentingnya pendidikan tetapi juga menyebarkan narasi-narasi pentingnya studi dan berpengetahuan luas sebelum melakukan tindakan dan tentunya juga sebelum melakukan pernikahan.
期刊介绍:
Indonesian Journal of Islam and Muslim Societies (IJIMS): This journal should coverage Islam both as a textual tradition with its own historical integrity and as a social reality which was dynamic and constantly changing. The journal also aims at bridging the gap between the textual and contextual approaches to Islamic Studies; and solving the dichotomy between ‘orthodox’ and ‘heterodox’ Islam. So, the journal invites the intersection of several disciplines and scholars. In other words, its contributors borrowed from a range of disciplines, including the humanities and social sciences.