威慑还是娱乐?亚齐的鞭刑执行能达到目的吗?

Mazahib Pub Date : 2020-06-19 DOI:10.21093/mj.v19i1.2055
Faradilla Fadlia, Novi Susilawati, Ismar Ramadani, Novita Sari
{"title":"威慑还是娱乐?亚齐的鞭刑执行能达到目的吗?","authors":"Faradilla Fadlia, Novi Susilawati, Ismar Ramadani, Novita Sari","doi":"10.21093/mj.v19i1.2055","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"This article probes whether the implementation of the caning sentence in Aceh may reach its objective of deterrent effect given the way the execution conducted. From the field observation, the flogging was not much different from entertainment. The mass gathered in one place to watch the execution; they include children, street vendors, researchers, and journalists. There was a stage, VIP seats for guests, loudspeakers, administrative arrangements, and the caning punishment procession. Using a qualitative research approach with an in-depth interview method, it seeks to understand how the community involved in the caning execution was and how the government was designed the sentence as such and why.  It finds that while the government saw the caning law as the implementation of Islamic sharia in Aceh, the people interpreted its execution more as entertainment. The government has used the caning sentence execution as a demonstration of power, often for a political gain, because it emphasizeds its presence not only as of the guardian of shari’a for Acehnese but also as a devout politician who keeps his political promises. Yet, little of this punishment deterrent effect conveyed to the society due to the way it was staged and executed.Keywords: Qanun Jinayat, Aceh, Caning Punishment, Stage, Entertainment, Deterrent EffectAbstrak Artikel ini meneliti tentang tujuan pelaksanaan hukuman cambuk di Aceh sebagai efek jera dengan cara ‘dipanggungkan’. Dari pengamatan lapangan, hukum cambuk yang dilakukan tidak jauh berbeda dengan hiburan. Dimana massa berkumpul di satu tempat untuk menyaksikan eksekusi yang terdiri dari; anak-anak, pedagang kaki lima, peneliti, dan wartawan. Terdapat panggung tempat eksekusi cambuk dilakukan, kursi VIP untuk tamu undangan, pengeras suara, pengaturan administrasi dan prosesi hukuman cambuk. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan wawancara mendalam. Penelitian ini berusaha memahami bagaimana pandangan dan keterlibatan masyarakat dalam pelaksanaan hukuman tersebut serta bagaimana pemerintah merancang hukuman cambuk dan alasan di balik hukuman ini. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa Pemerintah melihat hukum cambuk sebagai bukti komitmen pemerintah terhadap penerapan syariah Islam di Aceh, sedangkan masyarakat melihat hukum cambuk sebagai hiburan. Dalam hal ini Pemerintah menggunakan eksekusi hukum cambuk sebagai demonstrasi kekuasaan, bagian dari agenda politik, karena menekankan kehadirannya tidak hanya sebagai wali syariah bagi rakyat Aceh tetapi juga sebagai politisi yang menepati janji politiknya. Namun, eksekusi hukum cambuk dengan cara dipentaskan ini hanya memberi sedikit efek jera kepada masyarakat. Kata kunci: Qanun Jinayat, Aceh, Hukuman cambuk, Panggung, Hiburan, Efek Pencegah","PeriodicalId":31362,"journal":{"name":"Mazahib","volume":"1 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2020-06-19","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"2","resultStr":"{\"title\":\"Deterring or Entertaining? Can the Caning Punishment Execution in Aceh Meet its Objective?\",\"authors\":\"Faradilla Fadlia, Novi Susilawati, Ismar Ramadani, Novita Sari\",\"doi\":\"10.21093/mj.v19i1.2055\",\"DOIUrl\":null,\"url\":null,\"abstract\":\"This article probes whether the implementation of the caning sentence in Aceh may reach its objective of deterrent effect given the way the execution conducted. From the field observation, the flogging was not much different from entertainment. The mass gathered in one place to watch the execution; they include children, street vendors, researchers, and journalists. There was a stage, VIP seats for guests, loudspeakers, administrative arrangements, and the caning punishment procession. Using a qualitative research approach with an in-depth interview method, it seeks to understand how the community involved in the caning execution was and how the government was designed the sentence as such and why.  It finds that while the government saw the caning law as the implementation of Islamic sharia in Aceh, the people interpreted its execution more as entertainment. The government has used the caning sentence execution as a demonstration of power, often for a political gain, because it emphasizeds its presence not only as of the guardian of shari’a for Acehnese but also as a devout politician who keeps his political promises. Yet, little of this punishment deterrent effect conveyed to the society due to the way it was staged and executed.Keywords: Qanun Jinayat, Aceh, Caning Punishment, Stage, Entertainment, Deterrent EffectAbstrak Artikel ini meneliti tentang tujuan pelaksanaan hukuman cambuk di Aceh sebagai efek jera dengan cara ‘dipanggungkan’. Dari pengamatan lapangan, hukum cambuk yang dilakukan tidak jauh berbeda dengan hiburan. Dimana massa berkumpul di satu tempat untuk menyaksikan eksekusi yang terdiri dari; anak-anak, pedagang kaki lima, peneliti, dan wartawan. Terdapat panggung tempat eksekusi cambuk dilakukan, kursi VIP untuk tamu undangan, pengeras suara, pengaturan administrasi dan prosesi hukuman cambuk. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan wawancara mendalam. Penelitian ini berusaha memahami bagaimana pandangan dan keterlibatan masyarakat dalam pelaksanaan hukuman tersebut serta bagaimana pemerintah merancang hukuman cambuk dan alasan di balik hukuman ini. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa Pemerintah melihat hukum cambuk sebagai bukti komitmen pemerintah terhadap penerapan syariah Islam di Aceh, sedangkan masyarakat melihat hukum cambuk sebagai hiburan. Dalam hal ini Pemerintah menggunakan eksekusi hukum cambuk sebagai demonstrasi kekuasaan, bagian dari agenda politik, karena menekankan kehadirannya tidak hanya sebagai wali syariah bagi rakyat Aceh tetapi juga sebagai politisi yang menepati janji politiknya. Namun, eksekusi hukum cambuk dengan cara dipentaskan ini hanya memberi sedikit efek jera kepada masyarakat. Kata kunci: Qanun Jinayat, Aceh, Hukuman cambuk, Panggung, Hiburan, Efek Pencegah\",\"PeriodicalId\":31362,\"journal\":{\"name\":\"Mazahib\",\"volume\":\"1 1\",\"pages\":\"\"},\"PeriodicalIF\":0.0000,\"publicationDate\":\"2020-06-19\",\"publicationTypes\":\"Journal Article\",\"fieldsOfStudy\":null,\"isOpenAccess\":false,\"openAccessPdf\":\"\",\"citationCount\":\"2\",\"resultStr\":null,\"platform\":\"Semanticscholar\",\"paperid\":null,\"PeriodicalName\":\"Mazahib\",\"FirstCategoryId\":\"1085\",\"ListUrlMain\":\"https://doi.org/10.21093/mj.v19i1.2055\",\"RegionNum\":0,\"RegionCategory\":null,\"ArticlePicture\":[],\"TitleCN\":null,\"AbstractTextCN\":null,\"PMCID\":null,\"EPubDate\":\"\",\"PubModel\":\"\",\"JCR\":\"\",\"JCRName\":\"\",\"Score\":null,\"Total\":0}","platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Mazahib","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.21093/mj.v19i1.2055","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 2

摘要

本文探讨了亚齐执行鞭刑的方式是否能达到威慑作用的目的。从现场观察来看,鞭笞与娱乐并无太大区别。群众聚集在一个地方观看处决;他们包括儿童、街头小贩、研究人员和记者。这里有一个舞台,贵宾座位,扬声器,行政安排和鞭刑游行。采用定性研究方法和深入访谈方法,试图了解参与鞭刑执行的社区是如何的,政府是如何设计判决的,以及为什么。调查发现,虽然政府将鞭刑法视为在亚齐实施伊斯兰教法,但人们更多地将其处决解释为娱乐。政府将执行鞭刑作为权力的展示,通常是为了政治利益,因为它不仅强调自己是亚齐人伊斯兰教法的守护者,而且强调自己是一位信守政治承诺的虔诚政治家。然而,由于惩罚的上演和执行方式,这种惩罚威慑作用几乎没有传达给社会。关键词:QanunJinayat,亚齐,鞭刑,舞台,娱乐,威慑效果Abstrak从实地观察,欺骗的规律与娱乐没有太大区别。群众聚集在一个地方见证处决,包括:;儿童、行人、研究人员和记者。有一个执行伪装的阶段,一个受邀客人的贵宾座位,语音打印机,行政安排和伪装处罚程序。本研究采用了定性方法和深入访谈。本研究旨在了解公众对刑罚执行的看法和参与程度,以及政府如何规划刑罚及其背后的原因。研究表明,政府将该法律视为政府致力于在亚齐实施伊斯兰规范的证据,而公众则将该法律看作是娱乐。在这方面,政府将执行法律作为权力的展示,这是政治议程的一部分,因为它不仅作为亚齐人民的守护者,而且作为信守政治承诺的政治家来压制自己的存在。然而,以这种中断的方式执行诉讼只会对社会产生轻微的连锁反应。关键词:QanunJinayat,亚齐,阴影,黑豹,Hiburan,预防效果
本文章由计算机程序翻译,如有差异,请以英文原文为准。
Deterring or Entertaining? Can the Caning Punishment Execution in Aceh Meet its Objective?
This article probes whether the implementation of the caning sentence in Aceh may reach its objective of deterrent effect given the way the execution conducted. From the field observation, the flogging was not much different from entertainment. The mass gathered in one place to watch the execution; they include children, street vendors, researchers, and journalists. There was a stage, VIP seats for guests, loudspeakers, administrative arrangements, and the caning punishment procession. Using a qualitative research approach with an in-depth interview method, it seeks to understand how the community involved in the caning execution was and how the government was designed the sentence as such and why.  It finds that while the government saw the caning law as the implementation of Islamic sharia in Aceh, the people interpreted its execution more as entertainment. The government has used the caning sentence execution as a demonstration of power, often for a political gain, because it emphasizeds its presence not only as of the guardian of shari’a for Acehnese but also as a devout politician who keeps his political promises. Yet, little of this punishment deterrent effect conveyed to the society due to the way it was staged and executed.Keywords: Qanun Jinayat, Aceh, Caning Punishment, Stage, Entertainment, Deterrent EffectAbstrak Artikel ini meneliti tentang tujuan pelaksanaan hukuman cambuk di Aceh sebagai efek jera dengan cara ‘dipanggungkan’. Dari pengamatan lapangan, hukum cambuk yang dilakukan tidak jauh berbeda dengan hiburan. Dimana massa berkumpul di satu tempat untuk menyaksikan eksekusi yang terdiri dari; anak-anak, pedagang kaki lima, peneliti, dan wartawan. Terdapat panggung tempat eksekusi cambuk dilakukan, kursi VIP untuk tamu undangan, pengeras suara, pengaturan administrasi dan prosesi hukuman cambuk. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan wawancara mendalam. Penelitian ini berusaha memahami bagaimana pandangan dan keterlibatan masyarakat dalam pelaksanaan hukuman tersebut serta bagaimana pemerintah merancang hukuman cambuk dan alasan di balik hukuman ini. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa Pemerintah melihat hukum cambuk sebagai bukti komitmen pemerintah terhadap penerapan syariah Islam di Aceh, sedangkan masyarakat melihat hukum cambuk sebagai hiburan. Dalam hal ini Pemerintah menggunakan eksekusi hukum cambuk sebagai demonstrasi kekuasaan, bagian dari agenda politik, karena menekankan kehadirannya tidak hanya sebagai wali syariah bagi rakyat Aceh tetapi juga sebagai politisi yang menepati janji politiknya. Namun, eksekusi hukum cambuk dengan cara dipentaskan ini hanya memberi sedikit efek jera kepada masyarakat. Kata kunci: Qanun Jinayat, Aceh, Hukuman cambuk, Panggung, Hiburan, Efek Pencegah
求助全文
通过发布文献求助,成功后即可免费获取论文全文。 去求助
来源期刊
CiteScore
0.90
自引率
0.00%
发文量
7
审稿时长
4 weeks
×
引用
GB/T 7714-2015
复制
MLA
复制
APA
复制
导出至
BibTeX EndNote RefMan NoteFirst NoteExpress
×
提示
您的信息不完整,为了账户安全,请先补充。
现在去补充
×
提示
您因"违规操作"
具体请查看互助需知
我知道了
×
提示
确定
请完成安全验证×
copy
已复制链接
快去分享给好友吧!
我知道了
右上角分享
点击右上角分享
0
联系我们:info@booksci.cn Book学术提供免费学术资源搜索服务,方便国内外学者检索中英文文献。致力于提供最便捷和优质的服务体验。 Copyright © 2023 布克学术 All rights reserved.
京ICP备2023020795号-1
ghs 京公网安备 11010802042870号
Book学术文献互助
Book学术文献互助群
群 号:481959085
Book学术官方微信