从人权角度看三邦什叶派变为逊尼派的宣誓(BAIAT)现象

Ahmad Muhlis, Abd Hannan
{"title":"从人权角度看三邦什叶派变为逊尼派的宣誓(BAIAT)现象","authors":"Ahmad Muhlis, Abd Hannan","doi":"10.30983/islam_realitas.v9i2.6775","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"This study discusses the integration of Sampang Shia followers into the Sunni sect from the Human Rights perspective. There are two formulations of the problem discussed in this study: what is the reality of the religious life of Sampang Shia adherents in Madura? Does the initiation of Shia Sampang contradict the principles of freedom of religion, especially the legal principles of human rights? This study uses a type of qualitative research. There are primary and secondary sources and data in this study. By using an analysis based on the perspective of legal sociology, this study found that Sampang  Shia adherents experienced much unexpected problems such as intimidation, expulsion, and coercion to their religious life. Even though Sampang  Shia adherents have taken allegiance to become Sunnis, they  are still feeling worried and afraid. The stigma of being a former Shia adherent makes their existence and religious activities often come under scrutiny and suspicion. From the perspective of democracy in Indonesia, the series of events that have occurred in the religious life of the Shia followers of Sampang has violated the law, as contained in Article 28E paragraph (1) and Article 29 paragraph (2). Besides that, it is contrary to the principles of human rights, especially human rights principles at the personal level related to freedom of religion.Studi ini fokus membahas fenomena pembaitan pengikut syiah Sampang ke dalam aliran Sunni ditinjau dari perspektif Hak Asasi Manusia (HAM). Terdapat dua rumusan masalah yang dibahas dalam kajian ini, bagaimana realitas kehidupan beragama penganut syiah Sampang di Madura? Adakah pembaitan Syiah Sampang bertentangan dengan prinsip kebebasan beragama, terkhusus prinsip hukum Hak Asasi Manusia? Studi ini menggunakan jenis penelitian kualitatif. Sumber dan jenis data dalam penelitian ini terdiri dari dua, primer dan sekunder. Dengan menggunakan analisa berdasarkan perspektif sosiologi hukum, studi ini mendapati temuan bahwa realitas kehidupan beragama muslim syiah Sampang Madura mengalami banyak perlakuan negatif seperti intimidasi, pengusiran, dan pemaksaan. Bahkan meski sudah melakukan baiat diri menjadi Sunni, mereka (Syiah Sampang) masih dilanda rasa kekhawatiran dan ketakutan. Stigma sebagai eks penganut Syiah membuat keberadaan dan aktivitas beragama mereka sering kali mendapat sorotan dan kecurigaan. Dalam perspektif demokrasi di Indonesia, rangkaian pristiwa yang menimpa khidupan beragama penganut syiah Sampang bukan saja telah melanggar perundangan, sebagaimana termuat alam pasal 28E ayat (1) dan Pasal 29 Ayat (2). Lebih dari itu, juga bertentangan dengan prinsip Hak Asasi Manusia (HAM), khususnya prinsip HAM di level personal yang terkait dengan kebebasan beragama.","PeriodicalId":342561,"journal":{"name":"Islam Realitas: Journal of Islamic and Social Studies","volume":"69 2","pages":""},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2024-01-04","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":"{\"title\":\"The Oath-Taking (BAIAT) Phenomenon of Sampang Shia Become Sunni from A Human Rights Perspective\",\"authors\":\"Ahmad Muhlis, Abd Hannan\",\"doi\":\"10.30983/islam_realitas.v9i2.6775\",\"DOIUrl\":null,\"url\":null,\"abstract\":\"This study discusses the integration of Sampang Shia followers into the Sunni sect from the Human Rights perspective. There are two formulations of the problem discussed in this study: what is the reality of the religious life of Sampang Shia adherents in Madura? Does the initiation of Shia Sampang contradict the principles of freedom of religion, especially the legal principles of human rights? This study uses a type of qualitative research. There are primary and secondary sources and data in this study. By using an analysis based on the perspective of legal sociology, this study found that Sampang  Shia adherents experienced much unexpected problems such as intimidation, expulsion, and coercion to their religious life. Even though Sampang  Shia adherents have taken allegiance to become Sunnis, they  are still feeling worried and afraid. The stigma of being a former Shia adherent makes their existence and religious activities often come under scrutiny and suspicion. From the perspective of democracy in Indonesia, the series of events that have occurred in the religious life of the Shia followers of Sampang has violated the law, as contained in Article 28E paragraph (1) and Article 29 paragraph (2). Besides that, it is contrary to the principles of human rights, especially human rights principles at the personal level related to freedom of religion.Studi ini fokus membahas fenomena pembaitan pengikut syiah Sampang ke dalam aliran Sunni ditinjau dari perspektif Hak Asasi Manusia (HAM). Terdapat dua rumusan masalah yang dibahas dalam kajian ini, bagaimana realitas kehidupan beragama penganut syiah Sampang di Madura? Adakah pembaitan Syiah Sampang bertentangan dengan prinsip kebebasan beragama, terkhusus prinsip hukum Hak Asasi Manusia? Studi ini menggunakan jenis penelitian kualitatif. Sumber dan jenis data dalam penelitian ini terdiri dari dua, primer dan sekunder. Dengan menggunakan analisa berdasarkan perspektif sosiologi hukum, studi ini mendapati temuan bahwa realitas kehidupan beragama muslim syiah Sampang Madura mengalami banyak perlakuan negatif seperti intimidasi, pengusiran, dan pemaksaan. Bahkan meski sudah melakukan baiat diri menjadi Sunni, mereka (Syiah Sampang) masih dilanda rasa kekhawatiran dan ketakutan. Stigma sebagai eks penganut Syiah membuat keberadaan dan aktivitas beragama mereka sering kali mendapat sorotan dan kecurigaan. Dalam perspektif demokrasi di Indonesia, rangkaian pristiwa yang menimpa khidupan beragama penganut syiah Sampang bukan saja telah melanggar perundangan, sebagaimana termuat alam pasal 28E ayat (1) dan Pasal 29 Ayat (2). Lebih dari itu, juga bertentangan dengan prinsip Hak Asasi Manusia (HAM), khususnya prinsip HAM di level personal yang terkait dengan kebebasan beragama.\",\"PeriodicalId\":342561,\"journal\":{\"name\":\"Islam Realitas: Journal of Islamic and Social Studies\",\"volume\":\"69 2\",\"pages\":\"\"},\"PeriodicalIF\":0.0000,\"publicationDate\":\"2024-01-04\",\"publicationTypes\":\"Journal Article\",\"fieldsOfStudy\":null,\"isOpenAccess\":false,\"openAccessPdf\":\"\",\"citationCount\":\"0\",\"resultStr\":null,\"platform\":\"Semanticscholar\",\"paperid\":null,\"PeriodicalName\":\"Islam Realitas: Journal of Islamic and Social Studies\",\"FirstCategoryId\":\"1085\",\"ListUrlMain\":\"https://doi.org/10.30983/islam_realitas.v9i2.6775\",\"RegionNum\":0,\"RegionCategory\":null,\"ArticlePicture\":[],\"TitleCN\":null,\"AbstractTextCN\":null,\"PMCID\":null,\"EPubDate\":\"\",\"PubModel\":\"\",\"JCR\":\"\",\"JCRName\":\"\",\"Score\":null,\"Total\":0}","platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Islam Realitas: Journal of Islamic and Social Studies","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.30983/islam_realitas.v9i2.6775","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0

摘要

本研究从人权角度讨论了桑邦什叶派信徒融入逊尼派的问题。本研究讨论的问题有两种提法:马杜拉的桑邦什叶派信徒的宗教生活现实如何?什叶派 "桑邦 "入教是否违背宗教自由原则,特别是人权法律原则?本研究采用定性研究的方法。本研究有主要和次要资料来源和数据。通过基于法律社会学视角的分析,本研究发现三邦什叶派信徒在宗教生活中遇到了许多意想不到的问题,如恐吓、驱逐和胁迫。尽管三邦什叶派信徒已经效忠逊尼派,但他们仍然感到担忧和恐惧。前什叶派信徒的污名使他们的生存和宗教活动经常受到审查和怀疑。从印尼民主的角度来看,发生在三邦什叶派信徒宗教生活中的一系列事件违反了第 28E 条第 1 款和第 29 条第 2 款中所载的法律。此外,它还违背了人权原则,尤其是与宗教自由相关的个人层面的人权原则。本研究侧重于从人权角度讨论将桑邦什叶派信徒纳入逊尼派的现象。本研究讨论了两个问题:马杜拉的桑邦什叶派信徒的宗教生活现实如何?对桑邦什叶派的归属是否违背了宗教自由原则,尤其是人权的法律原则? 本研究采用定性研究的方法。本研究的数据来源和类型包括两个方面,即第一手数据和第二手数据。通过基于法律社会学视角的分析,本研究发现,三邦马杜拉什叶派穆斯林的宗教生活现实中经历了许多负面待遇,如恐吓、驱逐和胁迫。尽管他们已经效忠逊尼派,但他们(桑邦什叶派)仍被担忧和恐惧所困扰。前什叶派信徒的污名使他们的生存和宗教活动经常受到审查和怀疑。从印尼民主的角度来看,发生在三邦什叶派宗教生活中的一系列事件不仅违反了第 28E 条第 1 款和第 29 条第 2 款中所载的法律。不仅如此,它还违背了人权原则(HAM),特别是与宗教自由有关的个人人权原则。
本文章由计算机程序翻译,如有差异,请以英文原文为准。
The Oath-Taking (BAIAT) Phenomenon of Sampang Shia Become Sunni from A Human Rights Perspective
This study discusses the integration of Sampang Shia followers into the Sunni sect from the Human Rights perspective. There are two formulations of the problem discussed in this study: what is the reality of the religious life of Sampang Shia adherents in Madura? Does the initiation of Shia Sampang contradict the principles of freedom of religion, especially the legal principles of human rights? This study uses a type of qualitative research. There are primary and secondary sources and data in this study. By using an analysis based on the perspective of legal sociology, this study found that Sampang  Shia adherents experienced much unexpected problems such as intimidation, expulsion, and coercion to their religious life. Even though Sampang  Shia adherents have taken allegiance to become Sunnis, they  are still feeling worried and afraid. The stigma of being a former Shia adherent makes their existence and religious activities often come under scrutiny and suspicion. From the perspective of democracy in Indonesia, the series of events that have occurred in the religious life of the Shia followers of Sampang has violated the law, as contained in Article 28E paragraph (1) and Article 29 paragraph (2). Besides that, it is contrary to the principles of human rights, especially human rights principles at the personal level related to freedom of religion.Studi ini fokus membahas fenomena pembaitan pengikut syiah Sampang ke dalam aliran Sunni ditinjau dari perspektif Hak Asasi Manusia (HAM). Terdapat dua rumusan masalah yang dibahas dalam kajian ini, bagaimana realitas kehidupan beragama penganut syiah Sampang di Madura? Adakah pembaitan Syiah Sampang bertentangan dengan prinsip kebebasan beragama, terkhusus prinsip hukum Hak Asasi Manusia? Studi ini menggunakan jenis penelitian kualitatif. Sumber dan jenis data dalam penelitian ini terdiri dari dua, primer dan sekunder. Dengan menggunakan analisa berdasarkan perspektif sosiologi hukum, studi ini mendapati temuan bahwa realitas kehidupan beragama muslim syiah Sampang Madura mengalami banyak perlakuan negatif seperti intimidasi, pengusiran, dan pemaksaan. Bahkan meski sudah melakukan baiat diri menjadi Sunni, mereka (Syiah Sampang) masih dilanda rasa kekhawatiran dan ketakutan. Stigma sebagai eks penganut Syiah membuat keberadaan dan aktivitas beragama mereka sering kali mendapat sorotan dan kecurigaan. Dalam perspektif demokrasi di Indonesia, rangkaian pristiwa yang menimpa khidupan beragama penganut syiah Sampang bukan saja telah melanggar perundangan, sebagaimana termuat alam pasal 28E ayat (1) dan Pasal 29 Ayat (2). Lebih dari itu, juga bertentangan dengan prinsip Hak Asasi Manusia (HAM), khususnya prinsip HAM di level personal yang terkait dengan kebebasan beragama.
求助全文
通过发布文献求助,成功后即可免费获取论文全文。 去求助
来源期刊
自引率
0.00%
发文量
0
×
引用
GB/T 7714-2015
复制
MLA
复制
APA
复制
导出至
BibTeX EndNote RefMan NoteFirst NoteExpress
×
提示
您的信息不完整,为了账户安全,请先补充。
现在去补充
×
提示
您因"违规操作"
具体请查看互助需知
我知道了
×
提示
确定
请完成安全验证×
copy
已复制链接
快去分享给好友吧!
我知道了
右上角分享
点击右上角分享
0
联系我们:info@booksci.cn Book学术提供免费学术资源搜索服务,方便国内外学者检索中英文文献。致力于提供最便捷和优质的服务体验。 Copyright © 2023 布克学术 All rights reserved.
京ICP备2023020795号-1
ghs 京公网安备 11010802042870号
Book学术文献互助
Book学术文献互助群
群 号:481959085
Book学术官方微信