{"title":"班达灯笼面对面学习的医学生的饮食习惯与主观幸福感之间的关系","authors":"Puput Destriana Ayu Putri, Asri Mutiara Putri, Ringgo Alfarisi, M. Anggraini","doi":"10.33024/jikk.v10i12.12862","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Abstrak: Hubungan Kebiasaan Makan Dengan Subjective Well-Being Pada Mahasiswa Kedokteran Dalam Menghadapi Pembelajaran Tatap Muka Di Bandar Lampung. Mahasiswa kedokteran merupakan populasi yang rentan mengalami permasalahan psikologis. Dalam dunia pendidikan, mahasiswa kedokteran melalui pembelajaran yang tergolong cukup padat dengan banyaknya kegiatan diskusi dan praktikum. Hal ini menjadi stressor yang menekan bagi mahasiswa dikarenakan banyak mahasiswa kedokteran yang mengalami stres, cemas, depresi, bahkan beberapa ada yang sampai menunjukkan keinginan untuk bunuh diri. Hal ini mengindikasikan bahwa mahasiswa kedokteran memiliki subjective well-being yang rendah. Faktor yang dapat mempengaruhi tingkat subjective well-being seseorang adalah perilaku makan. Kebiasaan makan adalah perilaku individu/sekelompok individu untuk memenuhi kebutuhan pangan yang meliputi sikap, keyakinan dan pilihan makanan. Minat makan di luar dan mengunjungi restoran cepat saji kian semakin meningkat, terutama di kalangan remaja dan dewasa muda. Mahasiswa memiliki perilaku makan yang tidak konsisten akan memiliki psychological subjective well-being yang rendah dan memiliki perilaku makan yang tidak sehat. Tujuannya untuk mengetahui hubungan kebiasaan makan dengan subjective well-being pada mahasiswa kedokteran. Jenis penelitian kuantitatif dengan desain survei analitik dan rancangan cross-sectional. Sampel penelitian berjumlah 139 mahasiswa kedokteran di Bandar Lampung. Alat ukur yang digunakan adalah data demografi mahasiswa dan Positive Affect Negative Affect Schedule (PANAS), Satisfaction With Life Scale (SWLS) dan Eating Habits Quetionnaire (EHQ). Hasil penelitian ini didapatkan sebagian besar responden memiliki tingkat kebiasaan makan rendah (81,3%) dan subjective well-being rendah (42,4%). Hasil analisis korelasi kebiasaan makan dengan subjective well-being didapatkan p-value 0,332. Dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan kebiasaan makan dengan subjective well-being pada mahasiswa sarjana pendidikan dokter dalam menghadapi pembelajaran tatap muka di Bandar Lampung. ","PeriodicalId":378092,"journal":{"name":"Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan","volume":"42 3","pages":""},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2024-01-10","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":"{\"title\":\"HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA MAHASISWA KEDOKTERAN DALAM MENGHADAPI PEMBELAJARAN TATAP MUKA DI BANDAR LAMPUNG\",\"authors\":\"Puput Destriana Ayu Putri, Asri Mutiara Putri, Ringgo Alfarisi, M. Anggraini\",\"doi\":\"10.33024/jikk.v10i12.12862\",\"DOIUrl\":null,\"url\":null,\"abstract\":\"Abstrak: Hubungan Kebiasaan Makan Dengan Subjective Well-Being Pada Mahasiswa Kedokteran Dalam Menghadapi Pembelajaran Tatap Muka Di Bandar Lampung. Mahasiswa kedokteran merupakan populasi yang rentan mengalami permasalahan psikologis. Dalam dunia pendidikan, mahasiswa kedokteran melalui pembelajaran yang tergolong cukup padat dengan banyaknya kegiatan diskusi dan praktikum. Hal ini menjadi stressor yang menekan bagi mahasiswa dikarenakan banyak mahasiswa kedokteran yang mengalami stres, cemas, depresi, bahkan beberapa ada yang sampai menunjukkan keinginan untuk bunuh diri. Hal ini mengindikasikan bahwa mahasiswa kedokteran memiliki subjective well-being yang rendah. Faktor yang dapat mempengaruhi tingkat subjective well-being seseorang adalah perilaku makan. Kebiasaan makan adalah perilaku individu/sekelompok individu untuk memenuhi kebutuhan pangan yang meliputi sikap, keyakinan dan pilihan makanan. Minat makan di luar dan mengunjungi restoran cepat saji kian semakin meningkat, terutama di kalangan remaja dan dewasa muda. Mahasiswa memiliki perilaku makan yang tidak konsisten akan memiliki psychological subjective well-being yang rendah dan memiliki perilaku makan yang tidak sehat. Tujuannya untuk mengetahui hubungan kebiasaan makan dengan subjective well-being pada mahasiswa kedokteran. Jenis penelitian kuantitatif dengan desain survei analitik dan rancangan cross-sectional. Sampel penelitian berjumlah 139 mahasiswa kedokteran di Bandar Lampung. Alat ukur yang digunakan adalah data demografi mahasiswa dan Positive Affect Negative Affect Schedule (PANAS), Satisfaction With Life Scale (SWLS) dan Eating Habits Quetionnaire (EHQ). Hasil penelitian ini didapatkan sebagian besar responden memiliki tingkat kebiasaan makan rendah (81,3%) dan subjective well-being rendah (42,4%). Hasil analisis korelasi kebiasaan makan dengan subjective well-being didapatkan p-value 0,332. Dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan kebiasaan makan dengan subjective well-being pada mahasiswa sarjana pendidikan dokter dalam menghadapi pembelajaran tatap muka di Bandar Lampung. \",\"PeriodicalId\":378092,\"journal\":{\"name\":\"Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan\",\"volume\":\"42 3\",\"pages\":\"\"},\"PeriodicalIF\":0.0000,\"publicationDate\":\"2024-01-10\",\"publicationTypes\":\"Journal Article\",\"fieldsOfStudy\":null,\"isOpenAccess\":false,\"openAccessPdf\":\"\",\"citationCount\":\"0\",\"resultStr\":null,\"platform\":\"Semanticscholar\",\"paperid\":null,\"PeriodicalName\":\"Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan\",\"FirstCategoryId\":\"1085\",\"ListUrlMain\":\"https://doi.org/10.33024/jikk.v10i12.12862\",\"RegionNum\":0,\"RegionCategory\":null,\"ArticlePicture\":[],\"TitleCN\":null,\"AbstractTextCN\":null,\"PMCID\":null,\"EPubDate\":\"\",\"PubModel\":\"\",\"JCR\":\"\",\"JCRName\":\"\",\"Score\":null,\"Total\":0}","platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.33024/jikk.v10i12.12862","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA MAHASISWA KEDOKTERAN DALAM MENGHADAPI PEMBELAJARAN TATAP MUKA DI BANDAR LAMPUNG
Abstrak: Hubungan Kebiasaan Makan Dengan Subjective Well-Being Pada Mahasiswa Kedokteran Dalam Menghadapi Pembelajaran Tatap Muka Di Bandar Lampung. Mahasiswa kedokteran merupakan populasi yang rentan mengalami permasalahan psikologis. Dalam dunia pendidikan, mahasiswa kedokteran melalui pembelajaran yang tergolong cukup padat dengan banyaknya kegiatan diskusi dan praktikum. Hal ini menjadi stressor yang menekan bagi mahasiswa dikarenakan banyak mahasiswa kedokteran yang mengalami stres, cemas, depresi, bahkan beberapa ada yang sampai menunjukkan keinginan untuk bunuh diri. Hal ini mengindikasikan bahwa mahasiswa kedokteran memiliki subjective well-being yang rendah. Faktor yang dapat mempengaruhi tingkat subjective well-being seseorang adalah perilaku makan. Kebiasaan makan adalah perilaku individu/sekelompok individu untuk memenuhi kebutuhan pangan yang meliputi sikap, keyakinan dan pilihan makanan. Minat makan di luar dan mengunjungi restoran cepat saji kian semakin meningkat, terutama di kalangan remaja dan dewasa muda. Mahasiswa memiliki perilaku makan yang tidak konsisten akan memiliki psychological subjective well-being yang rendah dan memiliki perilaku makan yang tidak sehat. Tujuannya untuk mengetahui hubungan kebiasaan makan dengan subjective well-being pada mahasiswa kedokteran. Jenis penelitian kuantitatif dengan desain survei analitik dan rancangan cross-sectional. Sampel penelitian berjumlah 139 mahasiswa kedokteran di Bandar Lampung. Alat ukur yang digunakan adalah data demografi mahasiswa dan Positive Affect Negative Affect Schedule (PANAS), Satisfaction With Life Scale (SWLS) dan Eating Habits Quetionnaire (EHQ). Hasil penelitian ini didapatkan sebagian besar responden memiliki tingkat kebiasaan makan rendah (81,3%) dan subjective well-being rendah (42,4%). Hasil analisis korelasi kebiasaan makan dengan subjective well-being didapatkan p-value 0,332. Dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan kebiasaan makan dengan subjective well-being pada mahasiswa sarjana pendidikan dokter dalam menghadapi pembelajaran tatap muka di Bandar Lampung.