{"title":"古兰经》中的神学冲突","authors":"Abdul Jamil Wahab, Muhammad Hariyadi, M. Tahir","doi":"10.22548/shf.v16i1.780","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Al-Qur’an di dalamnya terkandung ayat-ayat yang memiliki arti perdamaian (āyāt as-silm) dan ayat-ayat yang memiliki arti peperangan (āyāt al-qitāl) atau disebut juga ayat-ayat pedang (āyāt as-saif). Sebagian mufasir berpandangan bahwa ayat-ayat perdamaian itu telah dianulir (di-nasakh) oleh ayat-ayat pedang atau ayat yang memiliki arti peperangan. Pandangan tersebut ditolak oleh mufasir lainnya, karena tidak sejalan dengan misi Islam sebagai agama raḥmatan li al-‘alamīn atau membawa perdamaian. Jika ayat perdamaian dianulir dengan ayat peperangan akan dianggap bahwa Islam melegitimasi adanya kekerasan (violence) dan peperangan atas nama Al-Qur’an. Hal demikian akan menimbulkan persepsi bahwa Al-Qur’an menjadi penyebab lahirnya kekerasan dan peperangan dalam kehidupan masyarakat. Melalui pendekatan mauḍū‘ī, disimpulkan bahwa ayat-ayat peperangan tidak menganulir ayat-ayat perdamaian dan demikian pula sebaliknya. Masing-masing memiliki konteksnya sendiri. Ayat-ayat peperangan turun merespons konflik yang eskalatif antara kaum muslim dengan orang musyrik, ahli kitab, kafir, dan munafīk. Peperangan dalam Islam dibolehkan ketika kaum muslimin dizalimi dan karena diperangi terlebih dahulu oleh orang musyrik atau kafir. Jika tidak dalam peperangan, hubungan sosial antara kaum muslimin dengan non-muslim adalah didasari ayat-ayat perdamaian yaitu, bersikap toleran, sabar, memaafkan, mengalah, tidak mendendam, menghindari perselisihan, berdialog, serta hidup berdampingan secara damai.","PeriodicalId":32680,"journal":{"name":"Suhuf","volume":"8 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2023-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":"{\"title\":\"KONFLIK TEOLOGIS DALAM AL-QU'RAN\",\"authors\":\"Abdul Jamil Wahab, Muhammad Hariyadi, M. Tahir\",\"doi\":\"10.22548/shf.v16i1.780\",\"DOIUrl\":null,\"url\":null,\"abstract\":\"Al-Qur’an di dalamnya terkandung ayat-ayat yang memiliki arti perdamaian (āyāt as-silm) dan ayat-ayat yang memiliki arti peperangan (āyāt al-qitāl) atau disebut juga ayat-ayat pedang (āyāt as-saif). Sebagian mufasir berpandangan bahwa ayat-ayat perdamaian itu telah dianulir (di-nasakh) oleh ayat-ayat pedang atau ayat yang memiliki arti peperangan. Pandangan tersebut ditolak oleh mufasir lainnya, karena tidak sejalan dengan misi Islam sebagai agama raḥmatan li al-‘alamīn atau membawa perdamaian. Jika ayat perdamaian dianulir dengan ayat peperangan akan dianggap bahwa Islam melegitimasi adanya kekerasan (violence) dan peperangan atas nama Al-Qur’an. Hal demikian akan menimbulkan persepsi bahwa Al-Qur’an menjadi penyebab lahirnya kekerasan dan peperangan dalam kehidupan masyarakat. Melalui pendekatan mauḍū‘ī, disimpulkan bahwa ayat-ayat peperangan tidak menganulir ayat-ayat perdamaian dan demikian pula sebaliknya. Masing-masing memiliki konteksnya sendiri. Ayat-ayat peperangan turun merespons konflik yang eskalatif antara kaum muslim dengan orang musyrik, ahli kitab, kafir, dan munafīk. Peperangan dalam Islam dibolehkan ketika kaum muslimin dizalimi dan karena diperangi terlebih dahulu oleh orang musyrik atau kafir. Jika tidak dalam peperangan, hubungan sosial antara kaum muslimin dengan non-muslim adalah didasari ayat-ayat perdamaian yaitu, bersikap toleran, sabar, memaafkan, mengalah, tidak mendendam, menghindari perselisihan, berdialog, serta hidup berdampingan secara damai.\",\"PeriodicalId\":32680,\"journal\":{\"name\":\"Suhuf\",\"volume\":\"8 1\",\"pages\":\"\"},\"PeriodicalIF\":0.0000,\"publicationDate\":\"2023-06-30\",\"publicationTypes\":\"Journal Article\",\"fieldsOfStudy\":null,\"isOpenAccess\":false,\"openAccessPdf\":\"\",\"citationCount\":\"0\",\"resultStr\":null,\"platform\":\"Semanticscholar\",\"paperid\":null,\"PeriodicalName\":\"Suhuf\",\"FirstCategoryId\":\"1085\",\"ListUrlMain\":\"https://doi.org/10.22548/shf.v16i1.780\",\"RegionNum\":0,\"RegionCategory\":null,\"ArticlePicture\":[],\"TitleCN\":null,\"AbstractTextCN\":null,\"PMCID\":null,\"EPubDate\":\"\",\"PubModel\":\"\",\"JCR\":\"\",\"JCRName\":\"\",\"Score\":null,\"Total\":0}","platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Suhuf","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.22548/shf.v16i1.780","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
Al-Qur’an di dalamnya terkandung ayat-ayat yang memiliki arti perdamaian (āyāt as-silm) dan ayat-ayat yang memiliki arti peperangan (āyāt al-qitāl) atau disebut juga ayat-ayat pedang (āyāt as-saif). Sebagian mufasir berpandangan bahwa ayat-ayat perdamaian itu telah dianulir (di-nasakh) oleh ayat-ayat pedang atau ayat yang memiliki arti peperangan. Pandangan tersebut ditolak oleh mufasir lainnya, karena tidak sejalan dengan misi Islam sebagai agama raḥmatan li al-‘alamīn atau membawa perdamaian. Jika ayat perdamaian dianulir dengan ayat peperangan akan dianggap bahwa Islam melegitimasi adanya kekerasan (violence) dan peperangan atas nama Al-Qur’an. Hal demikian akan menimbulkan persepsi bahwa Al-Qur’an menjadi penyebab lahirnya kekerasan dan peperangan dalam kehidupan masyarakat. Melalui pendekatan mauḍū‘ī, disimpulkan bahwa ayat-ayat peperangan tidak menganulir ayat-ayat perdamaian dan demikian pula sebaliknya. Masing-masing memiliki konteksnya sendiri. Ayat-ayat peperangan turun merespons konflik yang eskalatif antara kaum muslim dengan orang musyrik, ahli kitab, kafir, dan munafīk. Peperangan dalam Islam dibolehkan ketika kaum muslimin dizalimi dan karena diperangi terlebih dahulu oleh orang musyrik atau kafir. Jika tidak dalam peperangan, hubungan sosial antara kaum muslimin dengan non-muslim adalah didasari ayat-ayat perdamaian yaitu, bersikap toleran, sabar, memaafkan, mengalah, tidak mendendam, menghindari perselisihan, berdialog, serta hidup berdampingan secara damai.