枯草芽孢杆菌密度对提高红洋葱产量的影响

Andi Dita Tawakkal Gau, Sri Nur Qadri
{"title":"枯草芽孢杆菌密度对提高红洋葱产量的影响","authors":"Andi Dita Tawakkal Gau, Sri Nur Qadri","doi":"10.30605/perbal.v11i3.3012","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Produk bawang merah termasuk ke dalam kelompok bumbu non-substitusi yang digunakan sebagai penyedap masakan dan bahan obat tradisional. Komoditas ini juga merupakan sumber pendapatan dan kesempatan kerja yang telah memberikan kontribusi penting bagi pembangunan ekonomi daerah yang menjadikan budidaya bawang merah tersebar hampir di seluruh provinsi di Indonesia. Kebutuhan bawang merah pada tahun 2016 sebesar 1,04 juta ton dan diperkirakan akan terus mengalami peningkatan hingga mencapai rata-rata 3,26% per tahun. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh penggunaan umbi bawang merah dari beberapa umur panen umbi bawang merah dan bakteri Bacillus subtilis dengan kerapatan berbeda terhadap produksi tanaman bawang merah. Penelitian dilakukan di Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin Makassar. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Februari - Juli 2020. Penelitian menggunakan Rancangan Petak Terpisah (RPT) dengan petak utama adalah umbi bawang merah dari berbagai umur panen yang terdiri atas 3 taraf yaitu 70, 75, dan 80 hari setelah tanam (HST) dan anak petak adalah bakteri Bacillus subtilis dengan kerapatan berbeda yang terdiri atas 4 taraf yaitu kontrol, kerapatan 104, kerapatan 108, dan kerapatan 1012. Parameter pengamatan yang diamati yaitu berat kering umbi (g), produksi umbi (ton/ha), berat kering tiap 5 hari dan jumlah umbi membusuk. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakter berat kering umbi dan produksi umbi (ton/ha) tidak berbeda nyata pada α taraf 1% kecuali pada parameter umur panen umbi bawang merah berpengaruh nyata terhadap berat kering umbi tiap 5 hari dan jumlah umbi membusuk.  Pemberian Bacillus subtilis berpengaruh nyata terhadap parameter berat kering umbi/5 hari sedangkan interaksi antara umur panen umbi bawang merah dan Bacillus subtilis berpengaruh sangat nyata terhadap parameter jumlah umbi membusuk. Umur panen 80 HST yang di berikan perlakuan Bacillus subtilis kerapatan 108 memberikan hasil terbaik pada parameter berat kering tiap 5 hari dan jumlah umbi membusuk yaitu dengan rerata masing-masing (207,27 g) dan (0,17 umbi). Shallot products are included in the group of non-substitutable spices which are used as cooking flavorings and traditional medicinal ingredients. This commodity is also a source of income and employment opportunities which has made an important contribution to regional economic development which has made shallot cultivation spread to almost all provinces in Indonesia. The need for shallots in 2016 was 1.04 million tons and is predicted to continue to increase to reach an average of 3.26% per year. This study aims to examine the effect of using shallot bulbs from several harvest ages of shallot bulbs and Bacillus subtilis bacteria with different densities on the production of shallots. The research was conducted at the Faculty of Agriculture, Hasanuddin University Makassar. The research was carried out from February to July 2020. The study used a Separate Plot Design (RPT) with the main plots of shallot bulbs of various harvest ages consisting of 3 levels, namely 70, 75, and 80 days after planting (HST) and the subplots were Bacillus subtilis bacteria with different densities consisting of 4 levels, namely control, density 104, density 108, and density 1012. Parameters observed were dry weight of tubers (g), tuber production (tons/ha), dry weight every 5 days and number of rotting tubers. The results showed that the characteristics of dry weight of tubers and tuber production (tons/ha) were not significantly different at 1% level except that the harvest age of shallot bulbs significantly affected the dry weight of tubers every 5 days and the number of rotting bulbs. The administration of Bacillus subtilis had a significant effect on the dry weight parameter of tubers/5 days, while the interaction between the harvesting age of shallot bulbs and Bacillus subtilis had a very significant effect on the parameters of the number of rotting tubers. Harvest age 80 HST treated with Bacillus subtilis density 108 gave the best results on the dry weight parameters every 5 days and the number of rotting tubers with an average of (207.27 g) and (0.17 bulbs, respectively).","PeriodicalId":403539,"journal":{"name":"Perbal: Jurnal Pertanian Berkelanjutan","volume":"10 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2023-10-14","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":"{\"title\":\"Efektivitas Kerapatan Bakteri Bacillus subtilis Terhadap Peningkatan Produksi Bawang Merah\",\"authors\":\"Andi Dita Tawakkal Gau, Sri Nur Qadri\",\"doi\":\"10.30605/perbal.v11i3.3012\",\"DOIUrl\":null,\"url\":null,\"abstract\":\"Produk bawang merah termasuk ke dalam kelompok bumbu non-substitusi yang digunakan sebagai penyedap masakan dan bahan obat tradisional. Komoditas ini juga merupakan sumber pendapatan dan kesempatan kerja yang telah memberikan kontribusi penting bagi pembangunan ekonomi daerah yang menjadikan budidaya bawang merah tersebar hampir di seluruh provinsi di Indonesia. Kebutuhan bawang merah pada tahun 2016 sebesar 1,04 juta ton dan diperkirakan akan terus mengalami peningkatan hingga mencapai rata-rata 3,26% per tahun. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh penggunaan umbi bawang merah dari beberapa umur panen umbi bawang merah dan bakteri Bacillus subtilis dengan kerapatan berbeda terhadap produksi tanaman bawang merah. Penelitian dilakukan di Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin Makassar. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Februari - Juli 2020. Penelitian menggunakan Rancangan Petak Terpisah (RPT) dengan petak utama adalah umbi bawang merah dari berbagai umur panen yang terdiri atas 3 taraf yaitu 70, 75, dan 80 hari setelah tanam (HST) dan anak petak adalah bakteri Bacillus subtilis dengan kerapatan berbeda yang terdiri atas 4 taraf yaitu kontrol, kerapatan 104, kerapatan 108, dan kerapatan 1012. Parameter pengamatan yang diamati yaitu berat kering umbi (g), produksi umbi (ton/ha), berat kering tiap 5 hari dan jumlah umbi membusuk. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakter berat kering umbi dan produksi umbi (ton/ha) tidak berbeda nyata pada α taraf 1% kecuali pada parameter umur panen umbi bawang merah berpengaruh nyata terhadap berat kering umbi tiap 5 hari dan jumlah umbi membusuk.  Pemberian Bacillus subtilis berpengaruh nyata terhadap parameter berat kering umbi/5 hari sedangkan interaksi antara umur panen umbi bawang merah dan Bacillus subtilis berpengaruh sangat nyata terhadap parameter jumlah umbi membusuk. Umur panen 80 HST yang di berikan perlakuan Bacillus subtilis kerapatan 108 memberikan hasil terbaik pada parameter berat kering tiap 5 hari dan jumlah umbi membusuk yaitu dengan rerata masing-masing (207,27 g) dan (0,17 umbi). Shallot products are included in the group of non-substitutable spices which are used as cooking flavorings and traditional medicinal ingredients. This commodity is also a source of income and employment opportunities which has made an important contribution to regional economic development which has made shallot cultivation spread to almost all provinces in Indonesia. The need for shallots in 2016 was 1.04 million tons and is predicted to continue to increase to reach an average of 3.26% per year. This study aims to examine the effect of using shallot bulbs from several harvest ages of shallot bulbs and Bacillus subtilis bacteria with different densities on the production of shallots. The research was conducted at the Faculty of Agriculture, Hasanuddin University Makassar. The research was carried out from February to July 2020. The study used a Separate Plot Design (RPT) with the main plots of shallot bulbs of various harvest ages consisting of 3 levels, namely 70, 75, and 80 days after planting (HST) and the subplots were Bacillus subtilis bacteria with different densities consisting of 4 levels, namely control, density 104, density 108, and density 1012. Parameters observed were dry weight of tubers (g), tuber production (tons/ha), dry weight every 5 days and number of rotting tubers. The results showed that the characteristics of dry weight of tubers and tuber production (tons/ha) were not significantly different at 1% level except that the harvest age of shallot bulbs significantly affected the dry weight of tubers every 5 days and the number of rotting bulbs. The administration of Bacillus subtilis had a significant effect on the dry weight parameter of tubers/5 days, while the interaction between the harvesting age of shallot bulbs and Bacillus subtilis had a very significant effect on the parameters of the number of rotting tubers. Harvest age 80 HST treated with Bacillus subtilis density 108 gave the best results on the dry weight parameters every 5 days and the number of rotting tubers with an average of (207.27 g) and (0.17 bulbs, respectively).\",\"PeriodicalId\":403539,\"journal\":{\"name\":\"Perbal: Jurnal Pertanian Berkelanjutan\",\"volume\":\"10 1\",\"pages\":\"\"},\"PeriodicalIF\":0.0000,\"publicationDate\":\"2023-10-14\",\"publicationTypes\":\"Journal Article\",\"fieldsOfStudy\":null,\"isOpenAccess\":false,\"openAccessPdf\":\"\",\"citationCount\":\"0\",\"resultStr\":null,\"platform\":\"Semanticscholar\",\"paperid\":null,\"PeriodicalName\":\"Perbal: Jurnal Pertanian Berkelanjutan\",\"FirstCategoryId\":\"1085\",\"ListUrlMain\":\"https://doi.org/10.30605/perbal.v11i3.3012\",\"RegionNum\":0,\"RegionCategory\":null,\"ArticlePicture\":[],\"TitleCN\":null,\"AbstractTextCN\":null,\"PMCID\":null,\"EPubDate\":\"\",\"PubModel\":\"\",\"JCR\":\"\",\"JCRName\":\"\",\"Score\":null,\"Total\":0}","platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Perbal: Jurnal Pertanian Berkelanjutan","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.30605/perbal.v11i3.3012","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0

摘要

大葱产品属于非替代性香料,可用作菜肴调味料和传统药用成分。这种商品也是收入和就业机会的来源,为地区经济发展做出了重要贡献,使大葱种植几乎遍布印尼所有省份。2016 年,印尼对大葱的需求量为 104 万吨,预计将继续以年均 3.26% 的速度增长。本研究旨在探讨使用不同收获年龄的大葱鳞茎和不同密度的枯草芽孢杆菌对大葱植株产量的影响。研究在望加锡哈桑努丁大学农学院进行。研究时间为 2020 年 2 月至 7 月。研究采用了分离小区设计(RPT),主小区为不同收获年龄的大葱球茎,包括3个水平,即种植后70天、75天和80天(HST),子小区为不同密度的枯草芽孢杆菌,包括4个水平,即对照、104密度、108密度和1012密度。观察参数包括块茎干重(克)、块茎产量(吨/公顷)、每 5 天的干重和腐烂块茎的数量。结果表明,在 1%的 α 水平上,鳞茎干重和鳞茎产量(吨/公顷)没有显著差异,但大葱鳞茎的采收年龄参数对每 5 天鳞茎干重和腐烂鳞茎数量有显著影响。 枯草芽孢杆菌对每 5 天鳞茎干重参数有显著影响,而葱鳞茎采收年龄与枯草芽孢杆菌的交互作用对腐烂鳞茎数量参数有非常显著的影响。采收年龄为 80 HST、密度为 108 的枯草芽孢杆菌处理在每 5 天干重和腐烂鳞茎数参数方面效果最好,平均值分别为(207.27 克)和(0.17 个鳞茎)。 葱产品属于不可替代的香料,可用作烹饪调味料和传统药物成分。这种商品也是收入和就业机会的来源,为地区经济发展做出了重要贡献,使大葱种植几乎遍布印度尼西亚所有省份。2016 年,印尼对大葱的需求量为 104 万吨,预计还将继续增长,年均增长率将达到 3.26%。本研究旨在考察使用不同收获年龄的葱球茎和不同密度的枯草芽孢杆菌对葱生产的影响。研究在望加锡哈桑努丁大学农学院进行。研究时间为 2020 年 2 月至 7 月。研究采用了分离小区设计(RPT),主小区为不同收获年龄的大葱球茎,包括 3 个水平,即种植后 70 天、75 天和 80 天(HST),子小区为不同密度的枯草芽孢杆菌,包括 4 个水平,即对照、密度 104、密度 108 和密度 1012。观察参数包括块茎干重(克)、块茎产量(吨/公顷)、每 5 天的干重和腐烂块茎的数量。结果表明,块茎干重和块茎产量(吨/公顷)在 1%的水平上无显著差异,但大葱鳞茎的收获年龄对每 5 天块茎干重和腐烂鳞茎数量有显著影响。枯草芽孢杆菌对每 5 天块茎干重参数有显著影响,而葱球茎收获年龄与枯草芽孢杆菌的交互作用对腐烂块茎数量参数有非常显著的影响。用密度为 108 的枯草芽孢杆菌处理采收年龄为 80 HST 的葱球茎,对每 5 天的干重参数和腐烂块茎数效果最好,平均分别为(207.27 克)和(0.17 个)。
本文章由计算机程序翻译,如有差异,请以英文原文为准。
Efektivitas Kerapatan Bakteri Bacillus subtilis Terhadap Peningkatan Produksi Bawang Merah
Produk bawang merah termasuk ke dalam kelompok bumbu non-substitusi yang digunakan sebagai penyedap masakan dan bahan obat tradisional. Komoditas ini juga merupakan sumber pendapatan dan kesempatan kerja yang telah memberikan kontribusi penting bagi pembangunan ekonomi daerah yang menjadikan budidaya bawang merah tersebar hampir di seluruh provinsi di Indonesia. Kebutuhan bawang merah pada tahun 2016 sebesar 1,04 juta ton dan diperkirakan akan terus mengalami peningkatan hingga mencapai rata-rata 3,26% per tahun. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh penggunaan umbi bawang merah dari beberapa umur panen umbi bawang merah dan bakteri Bacillus subtilis dengan kerapatan berbeda terhadap produksi tanaman bawang merah. Penelitian dilakukan di Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin Makassar. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Februari - Juli 2020. Penelitian menggunakan Rancangan Petak Terpisah (RPT) dengan petak utama adalah umbi bawang merah dari berbagai umur panen yang terdiri atas 3 taraf yaitu 70, 75, dan 80 hari setelah tanam (HST) dan anak petak adalah bakteri Bacillus subtilis dengan kerapatan berbeda yang terdiri atas 4 taraf yaitu kontrol, kerapatan 104, kerapatan 108, dan kerapatan 1012. Parameter pengamatan yang diamati yaitu berat kering umbi (g), produksi umbi (ton/ha), berat kering tiap 5 hari dan jumlah umbi membusuk. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakter berat kering umbi dan produksi umbi (ton/ha) tidak berbeda nyata pada α taraf 1% kecuali pada parameter umur panen umbi bawang merah berpengaruh nyata terhadap berat kering umbi tiap 5 hari dan jumlah umbi membusuk.  Pemberian Bacillus subtilis berpengaruh nyata terhadap parameter berat kering umbi/5 hari sedangkan interaksi antara umur panen umbi bawang merah dan Bacillus subtilis berpengaruh sangat nyata terhadap parameter jumlah umbi membusuk. Umur panen 80 HST yang di berikan perlakuan Bacillus subtilis kerapatan 108 memberikan hasil terbaik pada parameter berat kering tiap 5 hari dan jumlah umbi membusuk yaitu dengan rerata masing-masing (207,27 g) dan (0,17 umbi). Shallot products are included in the group of non-substitutable spices which are used as cooking flavorings and traditional medicinal ingredients. This commodity is also a source of income and employment opportunities which has made an important contribution to regional economic development which has made shallot cultivation spread to almost all provinces in Indonesia. The need for shallots in 2016 was 1.04 million tons and is predicted to continue to increase to reach an average of 3.26% per year. This study aims to examine the effect of using shallot bulbs from several harvest ages of shallot bulbs and Bacillus subtilis bacteria with different densities on the production of shallots. The research was conducted at the Faculty of Agriculture, Hasanuddin University Makassar. The research was carried out from February to July 2020. The study used a Separate Plot Design (RPT) with the main plots of shallot bulbs of various harvest ages consisting of 3 levels, namely 70, 75, and 80 days after planting (HST) and the subplots were Bacillus subtilis bacteria with different densities consisting of 4 levels, namely control, density 104, density 108, and density 1012. Parameters observed were dry weight of tubers (g), tuber production (tons/ha), dry weight every 5 days and number of rotting tubers. The results showed that the characteristics of dry weight of tubers and tuber production (tons/ha) were not significantly different at 1% level except that the harvest age of shallot bulbs significantly affected the dry weight of tubers every 5 days and the number of rotting bulbs. The administration of Bacillus subtilis had a significant effect on the dry weight parameter of tubers/5 days, while the interaction between the harvesting age of shallot bulbs and Bacillus subtilis had a very significant effect on the parameters of the number of rotting tubers. Harvest age 80 HST treated with Bacillus subtilis density 108 gave the best results on the dry weight parameters every 5 days and the number of rotting tubers with an average of (207.27 g) and (0.17 bulbs, respectively).
求助全文
通过发布文献求助,成功后即可免费获取论文全文。 去求助
来源期刊
自引率
0.00%
发文量
0
×
引用
GB/T 7714-2015
复制
MLA
复制
APA
复制
导出至
BibTeX EndNote RefMan NoteFirst NoteExpress
×
提示
您的信息不完整,为了账户安全,请先补充。
现在去补充
×
提示
您因"违规操作"
具体请查看互助需知
我知道了
×
提示
确定
请完成安全验证×
copy
已复制链接
快去分享给好友吧!
我知道了
右上角分享
点击右上角分享
0
联系我们:info@booksci.cn Book学术提供免费学术资源搜索服务,方便国内外学者检索中英文文献。致力于提供最便捷和优质的服务体验。 Copyright © 2023 布克学术 All rights reserved.
京ICP备2023020795号-1
ghs 京公网安备 11010802042870号
Book学术文献互助
Book学术文献互助群
群 号:604180095
Book学术官方微信