{"title":"第19号决议的执行情况","authors":"Felix Jonathan, Budi Adelar Sukada","doi":"10.24912/stupa.v5i2.24206","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Entering the Covid 19 era, it is estimated that more than 40,000 children will lose their parents. This created a generation of orphans. The problem of orphans has become a significant issue. Without parents, cognitive, affective, and motor needs are not fulfilled. Children also lose the figure of fulfilling economic needs and also direction for their future. Thus a generation with a bad moral perspective is formed where individuals do things that cross legal boundaries such as stealing, killing, etc. These criminal acts are a form of escape from feelings of trauma that have not yet been healed. Through the Empathy Architecture approach, the empathetic approach focuses on the main users, namely orphans. Human Centered Design is a design approach that takes into account creative ideas that solve the problems of orphans. Target users are separated into 2 categories, namely elementary school children and junior high school students. Prior to that, research was conducted with efforts to focus on orphans on how the role of architecture can meet the cognitive, affective, and motor needs of orphans. Interviews with psychology lecturers were carried out in an effort to add insight into the differences in the behavior of children who have a sense of trauma at this young age. Thus, it is hoped that understanding will lead to the implementation of the designs needed in healing the trauma problems of orphans, as well as providing direction for the child's future. The design will be based on the application of the Stimulating Environment concept, which is the design of a stimulating environment which encourages users to carry out body interaction activities with each other. With this approach the development of 3 ideas namely a stimulating environment, a multi-sensory environment, and positive distractions is used as a reference for whether the orphanage is architecturally effective in influencing the psychological problems of orphans. Design will stimulate the human senses which include the senses of sight, hearing, smell, taste, and touch. Thus it is hoped that the research process can produce designs that can be a means of care, a means of healing, and prepare children for their future. Keywords: Child’s needs; Orphans; Trauma Abstrak Memasuki masa covid 19, diperkirakan lebih dari 40.000 anak akan kehilangan orangtuanya. Hal tersebut menciptakan generasi anak yatim piatu. Permasalahan anak yatim piatu telah menjadi isu yang signifikan.Tanpa adanya sosok orang tua, kebutuhan kognitif, afektif, dan motorik tidaklah terpenuhi. Anak juga kehilangan sosok pemenuhan kebutuhan segi ekonomi dan juga arahan atas masa depannya. Demikian terbentuklah generasi dengan perspektif moral yang buruk yang dimana individu melakukan hal yang melewati batas hukum seperti mencuri, membunuh, dll.Tindakan krimininalitas tersebut merupakan bentuk pelarian akan perasaan trauma yang belum sembuh. Melewati pendekatan Emphaty Architecture, pendekatan empati berfokus pada pengguna utama yaitu anak yatim piatu.Human Centered Design adalah pendekatan desain dengan memperhatikan ide kreatif yang menyelesaikan permasalahan anak yatim piatu.Target pengguna dipisahkan menjadi 2 kategori yaitu anak SD dan anak SMP.Sebelum itu penelitian dilakukan dengan upaya berfokus pada anak yatim piatu akan bagaimana peran arsitektur dapat memenuhi kebutuhan kognitif, afektif, dan motorik anak yatim piatu. Wawancara pada dosen psikologi dilakukan dengan upaya menambah wawasan akan perbedaan tingkah laku anak yang memiliki rasa trauma pada usia muda ini. Dengan demikian diharapkan mendapatkan pemahaman mengarah pada implementasi desain yang diperlukan dalam menyembuhkan permasalahan trauma anak yatim piatu, serta memberikan arahan akan masa depan anak. Perancangan akan berprinsip pada penerapan konsep Stimulating Environment yang dimana perancangan lingkungan yang merangsang yang dimana mendorong pengguna untuk melakukan kegiatan interaksi tubuh satu sama lain. Dengan pendekatan tersebut pengembangan 3 gagasan yaitu lingkungan yang merangsang, lingkungan multi-indera, dan gangguan positif digunakan sebagai acuan akan apakah panti asuhan tersebut secara arsitektur efektif dalam mempengaruhi masalah psikologis anak yatim piatu. Desain akan merangsang indera-indera manusia yang meliputi indera pengelihatan, pendengaran, penciuman, pengecapan, dan sentuhan. Dengan demikian diharapkan proses penelitian dapat menghasilkan perancangan yang dapat menjadi sarana asuhan, sarana penyembuhan, serta menyiapkan anak untuk masa depannya.","PeriodicalId":129877,"journal":{"name":"Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur (Stupa)","volume":"2 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2023-10-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":"{\"title\":\"SARANA ASUHAN BAGI ANAK YATIM PIATU AKIBAT COVID-19\",\"authors\":\"Felix Jonathan, Budi Adelar Sukada\",\"doi\":\"10.24912/stupa.v5i2.24206\",\"DOIUrl\":null,\"url\":null,\"abstract\":\"Entering the Covid 19 era, it is estimated that more than 40,000 children will lose their parents. This created a generation of orphans. The problem of orphans has become a significant issue. Without parents, cognitive, affective, and motor needs are not fulfilled. Children also lose the figure of fulfilling economic needs and also direction for their future. Thus a generation with a bad moral perspective is formed where individuals do things that cross legal boundaries such as stealing, killing, etc. These criminal acts are a form of escape from feelings of trauma that have not yet been healed. Through the Empathy Architecture approach, the empathetic approach focuses on the main users, namely orphans. Human Centered Design is a design approach that takes into account creative ideas that solve the problems of orphans. Target users are separated into 2 categories, namely elementary school children and junior high school students. Prior to that, research was conducted with efforts to focus on orphans on how the role of architecture can meet the cognitive, affective, and motor needs of orphans. Interviews with psychology lecturers were carried out in an effort to add insight into the differences in the behavior of children who have a sense of trauma at this young age. Thus, it is hoped that understanding will lead to the implementation of the designs needed in healing the trauma problems of orphans, as well as providing direction for the child's future. The design will be based on the application of the Stimulating Environment concept, which is the design of a stimulating environment which encourages users to carry out body interaction activities with each other. With this approach the development of 3 ideas namely a stimulating environment, a multi-sensory environment, and positive distractions is used as a reference for whether the orphanage is architecturally effective in influencing the psychological problems of orphans. Design will stimulate the human senses which include the senses of sight, hearing, smell, taste, and touch. Thus it is hoped that the research process can produce designs that can be a means of care, a means of healing, and prepare children for their future. Keywords: Child’s needs; Orphans; Trauma Abstrak Memasuki masa covid 19, diperkirakan lebih dari 40.000 anak akan kehilangan orangtuanya. Hal tersebut menciptakan generasi anak yatim piatu. Permasalahan anak yatim piatu telah menjadi isu yang signifikan.Tanpa adanya sosok orang tua, kebutuhan kognitif, afektif, dan motorik tidaklah terpenuhi. Anak juga kehilangan sosok pemenuhan kebutuhan segi ekonomi dan juga arahan atas masa depannya. Demikian terbentuklah generasi dengan perspektif moral yang buruk yang dimana individu melakukan hal yang melewati batas hukum seperti mencuri, membunuh, dll.Tindakan krimininalitas tersebut merupakan bentuk pelarian akan perasaan trauma yang belum sembuh. Melewati pendekatan Emphaty Architecture, pendekatan empati berfokus pada pengguna utama yaitu anak yatim piatu.Human Centered Design adalah pendekatan desain dengan memperhatikan ide kreatif yang menyelesaikan permasalahan anak yatim piatu.Target pengguna dipisahkan menjadi 2 kategori yaitu anak SD dan anak SMP.Sebelum itu penelitian dilakukan dengan upaya berfokus pada anak yatim piatu akan bagaimana peran arsitektur dapat memenuhi kebutuhan kognitif, afektif, dan motorik anak yatim piatu. Wawancara pada dosen psikologi dilakukan dengan upaya menambah wawasan akan perbedaan tingkah laku anak yang memiliki rasa trauma pada usia muda ini. Dengan demikian diharapkan mendapatkan pemahaman mengarah pada implementasi desain yang diperlukan dalam menyembuhkan permasalahan trauma anak yatim piatu, serta memberikan arahan akan masa depan anak. Perancangan akan berprinsip pada penerapan konsep Stimulating Environment yang dimana perancangan lingkungan yang merangsang yang dimana mendorong pengguna untuk melakukan kegiatan interaksi tubuh satu sama lain. Dengan pendekatan tersebut pengembangan 3 gagasan yaitu lingkungan yang merangsang, lingkungan multi-indera, dan gangguan positif digunakan sebagai acuan akan apakah panti asuhan tersebut secara arsitektur efektif dalam mempengaruhi masalah psikologis anak yatim piatu. Desain akan merangsang indera-indera manusia yang meliputi indera pengelihatan, pendengaran, penciuman, pengecapan, dan sentuhan. Dengan demikian diharapkan proses penelitian dapat menghasilkan perancangan yang dapat menjadi sarana asuhan, sarana penyembuhan, serta menyiapkan anak untuk masa depannya.\",\"PeriodicalId\":129877,\"journal\":{\"name\":\"Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur (Stupa)\",\"volume\":\"2 1\",\"pages\":\"\"},\"PeriodicalIF\":0.0000,\"publicationDate\":\"2023-10-31\",\"publicationTypes\":\"Journal Article\",\"fieldsOfStudy\":null,\"isOpenAccess\":false,\"openAccessPdf\":\"\",\"citationCount\":\"0\",\"resultStr\":null,\"platform\":\"Semanticscholar\",\"paperid\":null,\"PeriodicalName\":\"Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur (Stupa)\",\"FirstCategoryId\":\"1085\",\"ListUrlMain\":\"https://doi.org/10.24912/stupa.v5i2.24206\",\"RegionNum\":0,\"RegionCategory\":null,\"ArticlePicture\":[],\"TitleCN\":null,\"AbstractTextCN\":null,\"PMCID\":null,\"EPubDate\":\"\",\"PubModel\":\"\",\"JCR\":\"\",\"JCRName\":\"\",\"Score\":null,\"Total\":0}","platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur (Stupa)","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.24912/stupa.v5i2.24206","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
摘要
进入 Covid 19 时代,估计将有 40 000 多名儿童失去父母。这造就了一代孤儿。孤儿问题已成为一个重大问题。没有父母,儿童的认知、情感和运动需求就无法得到满足。孩子们也失去了满足经济需求的身影,也失去了未来的方向。这样就形成了道德观念淡薄的一代人,他们会做出越过法律界限的事情,如偷窃、杀人等。这些犯罪行为是对尚未治愈的创伤的一种逃避。通过移情建筑方法,移情方法关注的是主要用户,即孤儿。以人为本的设计是一种考虑到解决孤儿问题的创意的设计方法。目标用户分为两类,即小学生和初中生。在此之前,曾针对建筑的作用如何满足孤儿在认知、情感和运动方面的需求进行过研究。此外,还与心理学讲师进行了访谈,以深入了解在这个年龄段有创伤感的儿童在行为上的差异。因此,希望通过了解,能够实施治愈孤儿创伤问题所需的设计,并为孩子的未来指明方向。设计将基于 "刺激性环境 "概念的应用,即设计一个刺激性环境,鼓励用户相互开展肢体互动活动。通过这种方法,我们将以刺激环境、多感官环境和积极分散注意力这三个理念的发展为参考,来判断孤儿院的建筑是否能有效地影响孤儿的心理问题。设计将刺激人的感官,包括视觉、听觉、嗅觉、味觉和触觉。因此,我们希望研究过程中产生的设计能够成为一种关爱手段、一种治愈手段,并为儿童的未来做好准备。关键词 儿童需求;孤儿;创伤 Abstrak Memasuki masa covid 19, diperkirakan lebih dari 40.000 anak akan kehilangan orangtuanya.这将成为一代又一代的儿童。这些儿童的认知、能力和运动能力都有了很大的提高。孩子们还可以学习经济学知识,也可以在家庭中学习。我们的世代从道德的角度来看待问题,而个人则从社会的角度来看待问题,包括管理、维护和发展。以人为本的设计(Human Centered Design)是一种以人为本的设计理念,它能提高人们的生活质量。目标群体包括两个类别,即 SD 用户和 SMP 用户。在此基础上,通过对用户数据的分析,我们可以了解到哪些工具可以提高用户的认知、行为和动力。 在心理治疗中,通过对患者进行心理治疗,可以消除他们在日常生活中受到的创伤。我们将在实施过程中不断改进,以消除儿童的心理创伤,并为儿童提供更多的帮助。在刺激性环境中进行康复训练,既能增强康复训练的效果,又能提高康复训练的成功率。通过对 3 个方面的研究,分别是 "肢体语言"、"多语言 "和 "积极语言",这 3 个方面的研究可以帮助我们更好地理解肢体语言的含义。我们的目标是在人类学的基础上,结合心理、心理咨询、心理护理、心理治疗和心理健康等方面的知识。通过培训,可以提高学生的学习能力、学习兴趣和学习兴趣,以及提高学生的学习成绩。
SARANA ASUHAN BAGI ANAK YATIM PIATU AKIBAT COVID-19
Entering the Covid 19 era, it is estimated that more than 40,000 children will lose their parents. This created a generation of orphans. The problem of orphans has become a significant issue. Without parents, cognitive, affective, and motor needs are not fulfilled. Children also lose the figure of fulfilling economic needs and also direction for their future. Thus a generation with a bad moral perspective is formed where individuals do things that cross legal boundaries such as stealing, killing, etc. These criminal acts are a form of escape from feelings of trauma that have not yet been healed. Through the Empathy Architecture approach, the empathetic approach focuses on the main users, namely orphans. Human Centered Design is a design approach that takes into account creative ideas that solve the problems of orphans. Target users are separated into 2 categories, namely elementary school children and junior high school students. Prior to that, research was conducted with efforts to focus on orphans on how the role of architecture can meet the cognitive, affective, and motor needs of orphans. Interviews with psychology lecturers were carried out in an effort to add insight into the differences in the behavior of children who have a sense of trauma at this young age. Thus, it is hoped that understanding will lead to the implementation of the designs needed in healing the trauma problems of orphans, as well as providing direction for the child's future. The design will be based on the application of the Stimulating Environment concept, which is the design of a stimulating environment which encourages users to carry out body interaction activities with each other. With this approach the development of 3 ideas namely a stimulating environment, a multi-sensory environment, and positive distractions is used as a reference for whether the orphanage is architecturally effective in influencing the psychological problems of orphans. Design will stimulate the human senses which include the senses of sight, hearing, smell, taste, and touch. Thus it is hoped that the research process can produce designs that can be a means of care, a means of healing, and prepare children for their future. Keywords: Child’s needs; Orphans; Trauma Abstrak Memasuki masa covid 19, diperkirakan lebih dari 40.000 anak akan kehilangan orangtuanya. Hal tersebut menciptakan generasi anak yatim piatu. Permasalahan anak yatim piatu telah menjadi isu yang signifikan.Tanpa adanya sosok orang tua, kebutuhan kognitif, afektif, dan motorik tidaklah terpenuhi. Anak juga kehilangan sosok pemenuhan kebutuhan segi ekonomi dan juga arahan atas masa depannya. Demikian terbentuklah generasi dengan perspektif moral yang buruk yang dimana individu melakukan hal yang melewati batas hukum seperti mencuri, membunuh, dll.Tindakan krimininalitas tersebut merupakan bentuk pelarian akan perasaan trauma yang belum sembuh. Melewati pendekatan Emphaty Architecture, pendekatan empati berfokus pada pengguna utama yaitu anak yatim piatu.Human Centered Design adalah pendekatan desain dengan memperhatikan ide kreatif yang menyelesaikan permasalahan anak yatim piatu.Target pengguna dipisahkan menjadi 2 kategori yaitu anak SD dan anak SMP.Sebelum itu penelitian dilakukan dengan upaya berfokus pada anak yatim piatu akan bagaimana peran arsitektur dapat memenuhi kebutuhan kognitif, afektif, dan motorik anak yatim piatu. Wawancara pada dosen psikologi dilakukan dengan upaya menambah wawasan akan perbedaan tingkah laku anak yang memiliki rasa trauma pada usia muda ini. Dengan demikian diharapkan mendapatkan pemahaman mengarah pada implementasi desain yang diperlukan dalam menyembuhkan permasalahan trauma anak yatim piatu, serta memberikan arahan akan masa depan anak. Perancangan akan berprinsip pada penerapan konsep Stimulating Environment yang dimana perancangan lingkungan yang merangsang yang dimana mendorong pengguna untuk melakukan kegiatan interaksi tubuh satu sama lain. Dengan pendekatan tersebut pengembangan 3 gagasan yaitu lingkungan yang merangsang, lingkungan multi-indera, dan gangguan positif digunakan sebagai acuan akan apakah panti asuhan tersebut secara arsitektur efektif dalam mempengaruhi masalah psikologis anak yatim piatu. Desain akan merangsang indera-indera manusia yang meliputi indera pengelihatan, pendengaran, penciuman, pengecapan, dan sentuhan. Dengan demikian diharapkan proses penelitian dapat menghasilkan perancangan yang dapat menjadi sarana asuhan, sarana penyembuhan, serta menyiapkan anak untuk masa depannya.