时尚是万隆青少年的娱乐工具

Dennis Dennis, Sutarki Sutisna
{"title":"时尚是万隆青少年的娱乐工具","authors":"Dennis Dennis, Sutarki Sutisna","doi":"10.24912/stupa.v5i2.24307","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"The discussion begins with a focus on the transitional period of adolescence, which is a phase of transition from childhood to adulthood. During this period, teenagers search for identity, habits, and personal interests, which leads to an interest in purchasing clothing or fashion items. This is evident in teenagers aged 16-21 who spend more money on appearance-related needs, particularly in terms of fashion or style. This research focuses on the consumptive behavior of teenagers in Bandung, chosen due to the abundance and distribution of fashion stores in the area. The consumptive behavior of teenagers towards material goods has developed due to clothing no longer being seen as a necessity but rather a desire or influence stemming from the globalization of the economy in Indonesia. Additionally, consumptive behavior among teenagers is seen as a recreational outlet or source of pleasure. The aim of this research is to understand how architecture can accommodate and respond to the recreational needs of Bandung's teenagers to address their consumptive behavior. The research adopts a qualitative-descriptive approach, with a focus on collecting descriptions of relevant issues and solutions. In the context of the significant influence of fashion stores on teenagers' consumptive behavior, there is a need to develop empathy towards spaces that can fulfill their needs. The recreational spaces should remain present but incorporate education to transform or limit consumptive behavior. Therefore, a combination of commercial spaces and informative spaces that are beneficial for teenagers is essential. Keywords: bandung; consumptive behavior; fashion; recreation; teenagers Abstrak Pembahasan dimulai dengan fokus pada periode transisi remaja, yang merupakan fase peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa. Selama masa ini, remaja mencari identitas, kebiasaan, dan minat pribadi, sehingga muncul minat dalam membeli pakaian atau fashion. Terlihat pada remaja usia 16-21 tahun yang menghabiskan lebih banyak uang untuk kebutuhan penampilan, terutama dalam hal fashion atau mode. Penelitian ini berfokus pada perilaku konsumtif remaja di Bandung, yang dipilih karena jumlah dan penyebaran toko fashion yang cukup banyak. Perilaku konsumtif remaja terhadap benda berkembang dikarenakan pakaian yang bukan lagi dari kebutuhan melainkan hasrat atau keinginan pengaruh lainnya dari arus globalisasi ekonomi yang masuk ke Indonesia. Selain itu perilaku konsumtif dikalangan remaja dilakukan karena dianggap sebagai wadah rekreasi atau kesenangan mereka. Tujuan penelitian ini adalah untuk memahami bagaimana arsitektur dapat mengakomodasi dan merespons kebutuhan wadah rekreasi remaja Bandung untuk menjawab perilaku konsumtif yang dilakukan. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah kualitatif deskriptif, dengan fokus pada pengumpulan deskripsi tentang masalah dan solusi yang berkaitan. Dalam konteks banyaknya toko fashion yang memengaruhi perilaku konsumtif remaja, ada kebutuhan untuk mengembangkan empati terhadap ruang yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan mereka. Wadah rekreasi yang tetap ada namun dimasukan edukasi sehingga bisa mengubah atau membatasi perilaku konsumtif ini. Oleh karena itu, pencampuran ruang untuk adanya kegiatan perdagangan dengan adanya ruang yang berisikan informasi yang berguna bagi remaja.","PeriodicalId":129877,"journal":{"name":"Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur (Stupa)","volume":"15 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2023-10-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":"{\"title\":\"FASHION SEBAGAI WADAH REKREASI DI KALANGAN REMAJA BANDUNG\",\"authors\":\"Dennis Dennis, Sutarki Sutisna\",\"doi\":\"10.24912/stupa.v5i2.24307\",\"DOIUrl\":null,\"url\":null,\"abstract\":\"The discussion begins with a focus on the transitional period of adolescence, which is a phase of transition from childhood to adulthood. During this period, teenagers search for identity, habits, and personal interests, which leads to an interest in purchasing clothing or fashion items. This is evident in teenagers aged 16-21 who spend more money on appearance-related needs, particularly in terms of fashion or style. This research focuses on the consumptive behavior of teenagers in Bandung, chosen due to the abundance and distribution of fashion stores in the area. The consumptive behavior of teenagers towards material goods has developed due to clothing no longer being seen as a necessity but rather a desire or influence stemming from the globalization of the economy in Indonesia. Additionally, consumptive behavior among teenagers is seen as a recreational outlet or source of pleasure. The aim of this research is to understand how architecture can accommodate and respond to the recreational needs of Bandung's teenagers to address their consumptive behavior. The research adopts a qualitative-descriptive approach, with a focus on collecting descriptions of relevant issues and solutions. In the context of the significant influence of fashion stores on teenagers' consumptive behavior, there is a need to develop empathy towards spaces that can fulfill their needs. The recreational spaces should remain present but incorporate education to transform or limit consumptive behavior. Therefore, a combination of commercial spaces and informative spaces that are beneficial for teenagers is essential. Keywords: bandung; consumptive behavior; fashion; recreation; teenagers Abstrak Pembahasan dimulai dengan fokus pada periode transisi remaja, yang merupakan fase peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa. Selama masa ini, remaja mencari identitas, kebiasaan, dan minat pribadi, sehingga muncul minat dalam membeli pakaian atau fashion. Terlihat pada remaja usia 16-21 tahun yang menghabiskan lebih banyak uang untuk kebutuhan penampilan, terutama dalam hal fashion atau mode. Penelitian ini berfokus pada perilaku konsumtif remaja di Bandung, yang dipilih karena jumlah dan penyebaran toko fashion yang cukup banyak. Perilaku konsumtif remaja terhadap benda berkembang dikarenakan pakaian yang bukan lagi dari kebutuhan melainkan hasrat atau keinginan pengaruh lainnya dari arus globalisasi ekonomi yang masuk ke Indonesia. Selain itu perilaku konsumtif dikalangan remaja dilakukan karena dianggap sebagai wadah rekreasi atau kesenangan mereka. Tujuan penelitian ini adalah untuk memahami bagaimana arsitektur dapat mengakomodasi dan merespons kebutuhan wadah rekreasi remaja Bandung untuk menjawab perilaku konsumtif yang dilakukan. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah kualitatif deskriptif, dengan fokus pada pengumpulan deskripsi tentang masalah dan solusi yang berkaitan. Dalam konteks banyaknya toko fashion yang memengaruhi perilaku konsumtif remaja, ada kebutuhan untuk mengembangkan empati terhadap ruang yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan mereka. Wadah rekreasi yang tetap ada namun dimasukan edukasi sehingga bisa mengubah atau membatasi perilaku konsumtif ini. Oleh karena itu, pencampuran ruang untuk adanya kegiatan perdagangan dengan adanya ruang yang berisikan informasi yang berguna bagi remaja.\",\"PeriodicalId\":129877,\"journal\":{\"name\":\"Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur (Stupa)\",\"volume\":\"15 1\",\"pages\":\"\"},\"PeriodicalIF\":0.0000,\"publicationDate\":\"2023-10-31\",\"publicationTypes\":\"Journal Article\",\"fieldsOfStudy\":null,\"isOpenAccess\":false,\"openAccessPdf\":\"\",\"citationCount\":\"0\",\"resultStr\":null,\"platform\":\"Semanticscholar\",\"paperid\":null,\"PeriodicalName\":\"Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur (Stupa)\",\"FirstCategoryId\":\"1085\",\"ListUrlMain\":\"https://doi.org/10.24912/stupa.v5i2.24307\",\"RegionNum\":0,\"RegionCategory\":null,\"ArticlePicture\":[],\"TitleCN\":null,\"AbstractTextCN\":null,\"PMCID\":null,\"EPubDate\":\"\",\"PubModel\":\"\",\"JCR\":\"\",\"JCRName\":\"\",\"Score\":null,\"Total\":0}","platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur (Stupa)","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.24912/stupa.v5i2.24307","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0

摘要

讨论首先关注青春期这个从童年向成年过渡的阶段。在这一时期,青少年会寻找自己的身份、习惯和个人兴趣,从而产生购买服装或时尚物品的兴趣。这一点在 16-21 岁的青少年身上表现得很明显,他们在与外表相关的需求上花费更多金钱,尤其是在时尚或风格方面。本研究的重点是万隆青少年的消费行为,之所以选择万隆,是因为该地区时装店众多且分布广泛。 由于服装不再被视为必需品,而是印尼经济全球化带来的欲望或影响,青少年对物质产品的消费行为也随之发展。此外,青少年的消费行为也被视为一种娱乐方式或快乐的来源。本研究旨在了解建筑如何适应和满足万隆青少年的娱乐需求,以解决他们的消费行为。研究采用定性描述的方法,重点是收集相关问题和解决方案的描述。在时装店对青少年消费行为产生重大影响的背景下,有必要对能够满足他们需求的空间产生共鸣。娱乐空间应继续存在,但要结合教育来改变或限制消费行为。因此,必须将商业空间和对青少年有益的信息空间结合起来。关键词:万隆;消费行为;时尚;娱乐;青少年 摘要 讨论从青少年的过渡时期开始,这是一个从童年到成年的过渡阶段。在这一时期,青少年会寻找个人身份、习惯和兴趣,从而产生购买服装或时尚的兴趣。在 16-21 岁的青少年身上可以看到,他们在外观需求上花费更多的钱,尤其是在时装或流行方面。本研究的重点是万隆青少年的消费行为,之所以选择万隆,是因为这里的时装店数量多,分布广。青少年对物品的消费行为的发展是由于服装不再是出于需要,而是出于欲望,或受到已进入印尼的经济全球化的其他影响。此外,青少年消费行为的发生还因为商店被认为是他们休闲或娱乐的场所。本研究的目的是了解建筑如何满足万隆青少年对娱乐设施的需求,以应对他们的消费行为。采用的研究方法是描述性定性研究,重点是收集对问题和相关解决方案的描述。在众多时装店影响青少年消费行为的背景下,有必要对可用于满足青少年需求的空间产生共鸣。娱乐空间依然存在,但要结合教育,从而改变或限制这种消费行为。因此,将商业空间与包含对青少年有用信息的空间结合起来。
本文章由计算机程序翻译,如有差异,请以英文原文为准。
FASHION SEBAGAI WADAH REKREASI DI KALANGAN REMAJA BANDUNG
The discussion begins with a focus on the transitional period of adolescence, which is a phase of transition from childhood to adulthood. During this period, teenagers search for identity, habits, and personal interests, which leads to an interest in purchasing clothing or fashion items. This is evident in teenagers aged 16-21 who spend more money on appearance-related needs, particularly in terms of fashion or style. This research focuses on the consumptive behavior of teenagers in Bandung, chosen due to the abundance and distribution of fashion stores in the area. The consumptive behavior of teenagers towards material goods has developed due to clothing no longer being seen as a necessity but rather a desire or influence stemming from the globalization of the economy in Indonesia. Additionally, consumptive behavior among teenagers is seen as a recreational outlet or source of pleasure. The aim of this research is to understand how architecture can accommodate and respond to the recreational needs of Bandung's teenagers to address their consumptive behavior. The research adopts a qualitative-descriptive approach, with a focus on collecting descriptions of relevant issues and solutions. In the context of the significant influence of fashion stores on teenagers' consumptive behavior, there is a need to develop empathy towards spaces that can fulfill their needs. The recreational spaces should remain present but incorporate education to transform or limit consumptive behavior. Therefore, a combination of commercial spaces and informative spaces that are beneficial for teenagers is essential. Keywords: bandung; consumptive behavior; fashion; recreation; teenagers Abstrak Pembahasan dimulai dengan fokus pada periode transisi remaja, yang merupakan fase peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa. Selama masa ini, remaja mencari identitas, kebiasaan, dan minat pribadi, sehingga muncul minat dalam membeli pakaian atau fashion. Terlihat pada remaja usia 16-21 tahun yang menghabiskan lebih banyak uang untuk kebutuhan penampilan, terutama dalam hal fashion atau mode. Penelitian ini berfokus pada perilaku konsumtif remaja di Bandung, yang dipilih karena jumlah dan penyebaran toko fashion yang cukup banyak. Perilaku konsumtif remaja terhadap benda berkembang dikarenakan pakaian yang bukan lagi dari kebutuhan melainkan hasrat atau keinginan pengaruh lainnya dari arus globalisasi ekonomi yang masuk ke Indonesia. Selain itu perilaku konsumtif dikalangan remaja dilakukan karena dianggap sebagai wadah rekreasi atau kesenangan mereka. Tujuan penelitian ini adalah untuk memahami bagaimana arsitektur dapat mengakomodasi dan merespons kebutuhan wadah rekreasi remaja Bandung untuk menjawab perilaku konsumtif yang dilakukan. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah kualitatif deskriptif, dengan fokus pada pengumpulan deskripsi tentang masalah dan solusi yang berkaitan. Dalam konteks banyaknya toko fashion yang memengaruhi perilaku konsumtif remaja, ada kebutuhan untuk mengembangkan empati terhadap ruang yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan mereka. Wadah rekreasi yang tetap ada namun dimasukan edukasi sehingga bisa mengubah atau membatasi perilaku konsumtif ini. Oleh karena itu, pencampuran ruang untuk adanya kegiatan perdagangan dengan adanya ruang yang berisikan informasi yang berguna bagi remaja.
求助全文
通过发布文献求助,成功后即可免费获取论文全文。 去求助
来源期刊
自引率
0.00%
发文量
0
×
引用
GB/T 7714-2015
复制
MLA
复制
APA
复制
导出至
BibTeX EndNote RefMan NoteFirst NoteExpress
×
提示
您的信息不完整,为了账户安全,请先补充。
现在去补充
×
提示
您因"违规操作"
具体请查看互助需知
我知道了
×
提示
确定
请完成安全验证×
copy
已复制链接
快去分享给好友吧!
我知道了
右上角分享
点击右上角分享
0
联系我们:info@booksci.cn Book学术提供免费学术资源搜索服务,方便国内外学者检索中英文文献。致力于提供最便捷和优质的服务体验。 Copyright © 2023 布克学术 All rights reserved.
京ICP备2023020795号-1
ghs 京公网安备 11010802042870号
Book学术文献互助
Book学术文献互助群
群 号:481959085
Book学术官方微信