构建基于宗教的集体认同:印度尼西亚无约会运动的经验

Dialog Pub Date : 2023-12-31 DOI:10.47655/dialog.v46i2.806
Ida Rosyidah, Rahmah Indar Damastuti
{"title":"构建基于宗教的集体认同:印度尼西亚无约会运动的经验","authors":"Ida Rosyidah, Rahmah Indar Damastuti","doi":"10.47655/dialog.v46i2.806","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Abstrak Pacaran merupakan gaya hidup modern yang disukai kalangan anak-anak muda, namun gerakan Indonesia Tanpa Pacaran justru mempromosikan “anti-pacaran” karena budaya pacarana berasal dari Barat dan pacaran akan menghancurkan generasi muda Islam, bahkan negara dan mendapatkan dukungan satu juta follower. Melalui penggunaan metode kualitatif dengan teknik wawancara, observasi partisipan dan content analysis serta teori mekanisme konstruksi identitas kolektif yang dipergunakan Porta & Diani. Tulisan ini ingin menggali konstruksi identitas kolektif anti pacaran dari gerakan Indonesia Tanpa Pacaran sehingga gerakan ini diminati pengguna internet. Hasil temuannya menunjukan bahwa proses konstruksi identitas kolektif anti pacaran dari gerakan ini dibangun melalui 3 mekanisme yaitu (a) proses pengkonstruksian “kita” sebagai protagonist (orang-orang yang baik). Pada konteks ini, identitas kolektif yang dibangun adalah mereka yang anti pacaran sebagai pejuang hijrah, mantan aktivis pacaran, pelindung kesucian perempuan dan penerima hidayah, (b) melalui wadah aktivis untuk saling berinteraksi seperti instragram dan Whatsapp Group sehingga menimbulkan rasa saling percaya dan meningkatnya solidaritas sosial, (c) melalui ikatan perasaan yang terbentuk dari waktu ke waktu, terutama pengalaman aktivis ITP dalam peristiwa-peristiwa sebelumnya dan dihubungkan dengan tindakan kolektif saat ini. Abstract Dating is a modern lifestyle preferred by the young generation. However, Indonesia Without Dating (ITP) movement with one million followers promotes “anti-dating” action. Using qualitative method, in-depth interview, participant observation and content analysis using the construct of Porta & Diani on the construction of collective identities. This study found the construction of collective identities from in the establishment of this movement among internet users. The findings showed that the construction of anti-dating collective identity was built through three (3) mechanisms, namely (a) the process of conceptualizing “us” as protagonists (good people). In this context, those who were supporters of anti-dating were identified from hijrah warriors, ex-dating activists, protectors of women’s chastity, and recipients of guidance, (b) the activists were used online platforms to interact with one another, such as Instagram and Whatsapp Groups in order to create mutual trust and strengthen social solidarity, and lastly, (c) through collective feelings that were formed over time, primarily amongst ITP activists through some previous events and associated with the current collective action.","PeriodicalId":505314,"journal":{"name":"Dialog","volume":"118 6","pages":""},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2023-12-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":"{\"title\":\"Membingkai Identitas Kolektif Berbasis Agama: Pengalaman Gerakan Indonesia Tanpa Pacaran\",\"authors\":\"Ida Rosyidah, Rahmah Indar Damastuti\",\"doi\":\"10.47655/dialog.v46i2.806\",\"DOIUrl\":null,\"url\":null,\"abstract\":\"Abstrak Pacaran merupakan gaya hidup modern yang disukai kalangan anak-anak muda, namun gerakan Indonesia Tanpa Pacaran justru mempromosikan “anti-pacaran” karena budaya pacarana berasal dari Barat dan pacaran akan menghancurkan generasi muda Islam, bahkan negara dan mendapatkan dukungan satu juta follower. Melalui penggunaan metode kualitatif dengan teknik wawancara, observasi partisipan dan content analysis serta teori mekanisme konstruksi identitas kolektif yang dipergunakan Porta & Diani. Tulisan ini ingin menggali konstruksi identitas kolektif anti pacaran dari gerakan Indonesia Tanpa Pacaran sehingga gerakan ini diminati pengguna internet. Hasil temuannya menunjukan bahwa proses konstruksi identitas kolektif anti pacaran dari gerakan ini dibangun melalui 3 mekanisme yaitu (a) proses pengkonstruksian “kita” sebagai protagonist (orang-orang yang baik). Pada konteks ini, identitas kolektif yang dibangun adalah mereka yang anti pacaran sebagai pejuang hijrah, mantan aktivis pacaran, pelindung kesucian perempuan dan penerima hidayah, (b) melalui wadah aktivis untuk saling berinteraksi seperti instragram dan Whatsapp Group sehingga menimbulkan rasa saling percaya dan meningkatnya solidaritas sosial, (c) melalui ikatan perasaan yang terbentuk dari waktu ke waktu, terutama pengalaman aktivis ITP dalam peristiwa-peristiwa sebelumnya dan dihubungkan dengan tindakan kolektif saat ini. Abstract Dating is a modern lifestyle preferred by the young generation. However, Indonesia Without Dating (ITP) movement with one million followers promotes “anti-dating” action. Using qualitative method, in-depth interview, participant observation and content analysis using the construct of Porta & Diani on the construction of collective identities. This study found the construction of collective identities from in the establishment of this movement among internet users. The findings showed that the construction of anti-dating collective identity was built through three (3) mechanisms, namely (a) the process of conceptualizing “us” as protagonists (good people). In this context, those who were supporters of anti-dating were identified from hijrah warriors, ex-dating activists, protectors of women’s chastity, and recipients of guidance, (b) the activists were used online platforms to interact with one another, such as Instagram and Whatsapp Groups in order to create mutual trust and strengthen social solidarity, and lastly, (c) through collective feelings that were formed over time, primarily amongst ITP activists through some previous events and associated with the current collective action.\",\"PeriodicalId\":505314,\"journal\":{\"name\":\"Dialog\",\"volume\":\"118 6\",\"pages\":\"\"},\"PeriodicalIF\":0.0000,\"publicationDate\":\"2023-12-31\",\"publicationTypes\":\"Journal Article\",\"fieldsOfStudy\":null,\"isOpenAccess\":false,\"openAccessPdf\":\"\",\"citationCount\":\"0\",\"resultStr\":null,\"platform\":\"Semanticscholar\",\"paperid\":null,\"PeriodicalName\":\"Dialog\",\"FirstCategoryId\":\"1085\",\"ListUrlMain\":\"https://doi.org/10.47655/dialog.v46i2.806\",\"RegionNum\":0,\"RegionCategory\":null,\"ArticlePicture\":[],\"TitleCN\":null,\"AbstractTextCN\":null,\"PMCID\":null,\"EPubDate\":\"\",\"PubModel\":\"\",\"JCR\":\"\",\"JCRName\":\"\",\"Score\":null,\"Total\":0}","platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Dialog","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.47655/dialog.v46i2.806","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0

摘要

摘要 约会是年轻人喜欢的一种现代生活方式,但 "印尼无约会 "运动却提倡 "反约会",因为约会文化来自西方,约会会毁掉伊斯兰教的年轻一代,甚至会毁掉国家,并获得了 100 万追随者的支持。通过使用访谈技术、参与观察和内容分析等定性方法,以及波塔和戴安尼使用的集体身份建构机制理论。本文旨在探讨 "印尼无求爱 "运动的集体反求爱身份建构,从而使该运动对网民产生吸引力。研究结果表明,该运动的集体身份建构过程通过三种机制进行,即(a)将 "我们 "建构为主角(好人)的过程。在这种情况下,建立的集体身份是那些作为 hijrah 战士、前约会活动家、妇女贞洁的保护者和指导的接受者的反约会者,(b)通过活动家平台相互交流,如 Instagram 和 Whatsapp 群组,以建立相互信任和增强社会团结,(c)通过长期形成的情感纽带,特别是 ITP 活动家在以往活动中的经验和与当前集体行动的联系。摘要 约会是年轻一代喜欢的一种现代生活方式。然而,拥有一百万追随者的印度尼西亚无约会运动(ITP)提倡 "反约会 "行动。本研究采用定性方法、深度访谈、参与观察和内容分析,使用了 Porta 和 Diani 关于集体身份构建的构建方法。本研究发现了网民在建立这一运动过程中的集体身份建构。研究结果表明,反约会集体身份的构建是通过三(3)种机制进行的,即(a)将 "我们 "概念化为主角(好人)的过程。在这种情况下,反约会的支持者被从 hijrah 战士、前约会活动家、妇女贞洁的保护者和指导的接受者中识别出来;(b)活动家们利用在线平台相互交流,如 Instagram 和 Whatsapp 群组,以建立相互信任和加强社会团结;最后,(c)通过长期形成的集体情感,主要是在 ITP 活动家之间通过以前的一些事件形成的情感,并与当前的集体行动相关联。
本文章由计算机程序翻译,如有差异,请以英文原文为准。
Membingkai Identitas Kolektif Berbasis Agama: Pengalaman Gerakan Indonesia Tanpa Pacaran
Abstrak Pacaran merupakan gaya hidup modern yang disukai kalangan anak-anak muda, namun gerakan Indonesia Tanpa Pacaran justru mempromosikan “anti-pacaran” karena budaya pacarana berasal dari Barat dan pacaran akan menghancurkan generasi muda Islam, bahkan negara dan mendapatkan dukungan satu juta follower. Melalui penggunaan metode kualitatif dengan teknik wawancara, observasi partisipan dan content analysis serta teori mekanisme konstruksi identitas kolektif yang dipergunakan Porta & Diani. Tulisan ini ingin menggali konstruksi identitas kolektif anti pacaran dari gerakan Indonesia Tanpa Pacaran sehingga gerakan ini diminati pengguna internet. Hasil temuannya menunjukan bahwa proses konstruksi identitas kolektif anti pacaran dari gerakan ini dibangun melalui 3 mekanisme yaitu (a) proses pengkonstruksian “kita” sebagai protagonist (orang-orang yang baik). Pada konteks ini, identitas kolektif yang dibangun adalah mereka yang anti pacaran sebagai pejuang hijrah, mantan aktivis pacaran, pelindung kesucian perempuan dan penerima hidayah, (b) melalui wadah aktivis untuk saling berinteraksi seperti instragram dan Whatsapp Group sehingga menimbulkan rasa saling percaya dan meningkatnya solidaritas sosial, (c) melalui ikatan perasaan yang terbentuk dari waktu ke waktu, terutama pengalaman aktivis ITP dalam peristiwa-peristiwa sebelumnya dan dihubungkan dengan tindakan kolektif saat ini. Abstract Dating is a modern lifestyle preferred by the young generation. However, Indonesia Without Dating (ITP) movement with one million followers promotes “anti-dating” action. Using qualitative method, in-depth interview, participant observation and content analysis using the construct of Porta & Diani on the construction of collective identities. This study found the construction of collective identities from in the establishment of this movement among internet users. The findings showed that the construction of anti-dating collective identity was built through three (3) mechanisms, namely (a) the process of conceptualizing “us” as protagonists (good people). In this context, those who were supporters of anti-dating were identified from hijrah warriors, ex-dating activists, protectors of women’s chastity, and recipients of guidance, (b) the activists were used online platforms to interact with one another, such as Instagram and Whatsapp Groups in order to create mutual trust and strengthen social solidarity, and lastly, (c) through collective feelings that were formed over time, primarily amongst ITP activists through some previous events and associated with the current collective action.
求助全文
通过发布文献求助,成功后即可免费获取论文全文。 去求助
来源期刊
自引率
0.00%
发文量
0
×
引用
GB/T 7714-2015
复制
MLA
复制
APA
复制
导出至
BibTeX EndNote RefMan NoteFirst NoteExpress
×
提示
您的信息不完整,为了账户安全,请先补充。
现在去补充
×
提示
您因"违规操作"
具体请查看互助需知
我知道了
×
提示
确定
请完成安全验证×
copy
已复制链接
快去分享给好友吧!
我知道了
右上角分享
点击右上角分享
0
联系我们:info@booksci.cn Book学术提供免费学术资源搜索服务,方便国内外学者检索中英文文献。致力于提供最便捷和优质的服务体验。 Copyright © 2023 布克学术 All rights reserved.
京ICP备2023020795号-1
ghs 京公网安备 11010802042870号
Book学术文献互助
Book学术文献互助群
群 号:481959085
Book学术官方微信