陷入困境:印尼三个政府政权的难民涌入动态

Bagas Aditya, Agus Joko Pitoyo
{"title":"陷入困境:印尼三个政府政权的难民涌入动态","authors":"Bagas Aditya, Agus Joko Pitoyo","doi":"10.22146/mgi.81436","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Abstrak. Indonesia telah menjadi salah satu negara transit pengungsi sejak abad ke-20. Namun, hanya beberapa sarjana yang mempelajari dinamikanya. Kajian ini bertujuan untuk menjelaskan dinamika pengungsi internasional di Indonesia dari tahun 1978 hingga 2022 dengan menggunakan pendekatan geografi sejarah dan desktop research. Studi ini menemukan bahwa pengungsi yang masuk ke Indonesia pada masa Orde Baru dan masa Transisi mayoritas berasal dari Asia Tenggara. Krisis besar yang terjadi pada masa itu antara lain krisis manusia perahu, krisis pengungsi Kamboja, pengusiran warga Timor Timur, dan krisis pengungsi MENA. Pada era reformasi hingga saat ini, jumlah pengungsi dan sebaran negara asal semakin meningkat dengan krisis utama adalah krisis laut Andaman dan krisis Rohingya. Faktor-faktor yang mendasari para pengungsi internasional memilih Indonesia sebagai negara suaka adalah kedekatan geografis, konflik regional, kedekatan sosial, sejarah, dan budaya, serta kebijakan anti pengungsi dari negara penerima. Sementara itu, kebijakan internal terkait pengungsi antar pemerintahan tidak terlalu berpengaruh pada dinamika pengungsi sebab indonesia konstan pada posisinya sebagai non penerima pengungsi. Abstract. Since the twentieth century, Indonesia has been a refugee transit country. However, only a few academics have investigated its dynamics. This study uses historical geography and desktop research methods to explain the dynamics of international refugees in Indonesia from 1978 to 2022. According to this study, most refugees who arrived in Indonesia during the New Order era and the crisis transition period were from Southeast Asia. The boat people crisis, the Cambodian refugee crisis, the East Timorese refugees, and the MENA refugee crisis were all major crises at the time. The number of refugees and the distribution of countries of origin have increased during the reform era, with the main crises being the Andaman Sea and the Syrian refugee crises. Geographic proximity, regional conflicts, social, historical, and cultural proximity, as well as the receiving country's anti-refugee policies, all contribute to international refugees choosing Indonesia as a country of asylum. Meanwhile, internal refugee policies have little impact on the dynamics of refugees because Indonesia continues to be a non-recipient of refugees.","PeriodicalId":55710,"journal":{"name":"Majalah Geografi Indonesia","volume":"44 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2023-09-12","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":"{\"title\":\"Come to be stranded: the dynamics of refugee influx in three Indonesian government regimes\",\"authors\":\"Bagas Aditya, Agus Joko Pitoyo\",\"doi\":\"10.22146/mgi.81436\",\"DOIUrl\":null,\"url\":null,\"abstract\":\"Abstrak. Indonesia telah menjadi salah satu negara transit pengungsi sejak abad ke-20. Namun, hanya beberapa sarjana yang mempelajari dinamikanya. Kajian ini bertujuan untuk menjelaskan dinamika pengungsi internasional di Indonesia dari tahun 1978 hingga 2022 dengan menggunakan pendekatan geografi sejarah dan desktop research. Studi ini menemukan bahwa pengungsi yang masuk ke Indonesia pada masa Orde Baru dan masa Transisi mayoritas berasal dari Asia Tenggara. Krisis besar yang terjadi pada masa itu antara lain krisis manusia perahu, krisis pengungsi Kamboja, pengusiran warga Timor Timur, dan krisis pengungsi MENA. Pada era reformasi hingga saat ini, jumlah pengungsi dan sebaran negara asal semakin meningkat dengan krisis utama adalah krisis laut Andaman dan krisis Rohingya. Faktor-faktor yang mendasari para pengungsi internasional memilih Indonesia sebagai negara suaka adalah kedekatan geografis, konflik regional, kedekatan sosial, sejarah, dan budaya, serta kebijakan anti pengungsi dari negara penerima. Sementara itu, kebijakan internal terkait pengungsi antar pemerintahan tidak terlalu berpengaruh pada dinamika pengungsi sebab indonesia konstan pada posisinya sebagai non penerima pengungsi. Abstract. Since the twentieth century, Indonesia has been a refugee transit country. However, only a few academics have investigated its dynamics. This study uses historical geography and desktop research methods to explain the dynamics of international refugees in Indonesia from 1978 to 2022. According to this study, most refugees who arrived in Indonesia during the New Order era and the crisis transition period were from Southeast Asia. The boat people crisis, the Cambodian refugee crisis, the East Timorese refugees, and the MENA refugee crisis were all major crises at the time. The number of refugees and the distribution of countries of origin have increased during the reform era, with the main crises being the Andaman Sea and the Syrian refugee crises. Geographic proximity, regional conflicts, social, historical, and cultural proximity, as well as the receiving country's anti-refugee policies, all contribute to international refugees choosing Indonesia as a country of asylum. Meanwhile, internal refugee policies have little impact on the dynamics of refugees because Indonesia continues to be a non-recipient of refugees.\",\"PeriodicalId\":55710,\"journal\":{\"name\":\"Majalah Geografi Indonesia\",\"volume\":\"44 1\",\"pages\":\"0\"},\"PeriodicalIF\":0.0000,\"publicationDate\":\"2023-09-12\",\"publicationTypes\":\"Journal Article\",\"fieldsOfStudy\":null,\"isOpenAccess\":false,\"openAccessPdf\":\"\",\"citationCount\":\"0\",\"resultStr\":null,\"platform\":\"Semanticscholar\",\"paperid\":null,\"PeriodicalName\":\"Majalah Geografi Indonesia\",\"FirstCategoryId\":\"1085\",\"ListUrlMain\":\"https://doi.org/10.22146/mgi.81436\",\"RegionNum\":0,\"RegionCategory\":null,\"ArticlePicture\":[],\"TitleCN\":null,\"AbstractTextCN\":null,\"PMCID\":null,\"EPubDate\":\"\",\"PubModel\":\"\",\"JCR\":\"\",\"JCRName\":\"\",\"Score\":null,\"Total\":0}","platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Majalah Geografi Indonesia","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.22146/mgi.81436","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0

摘要

抽象。自20世纪以来,印尼一直是一个中转国。然而,只有少数学者研究过这一动态。这项研究旨在利用历史地理和桌面研究的方法,从1978年到2022年,解释印尼国际难民的动态。研究发现,在新秩序和大多数过渡时期进入印尼的难民来自东南亚。在这段时间里,最大的危机包括船人危机、柬埔寨难民危机、驱逐东帝汶人民和中东和北非难民危机。到目前为止,在宗教改革时代,难民和离境的人数随着主要危机、安达曼海危机和罗兴亚危机而增加。国际难民选择印度尼西亚作为一个庇护国家的原因是地理上的邻近、区域冲突、社会、历史和文化上的接近以及东道国的反难民政策。与此同时,各国政府之间的难民内部政策对难民的动态影响不大,因为印尼一直认为自己是难民的非受惠者。抽象。自从《二十世纪的乡村,印度尼西亚已经a过境难民。大学只有几项研究对其动力学进行了调查。这项研究的uses历史地理和桌面研究方法从1978年到2022年,探讨了印尼国际难民的动态。根据这项研究,大多数难民是在新秩序时代和亚洲东南部的危机时期抵达印尼的。船人危机,柬埔寨难民危机,东部难民危机,和中东难民危机都是主要的危机。在革命时期,难民和叙利亚难民危机的人数增加了。《地理问题》、《区域冲突》、《社会》、《历史与文化问题》、《国家反反制政策》、《国际难民政策》、《国家庇护》与此同时,内部的难民政策对难民的动态几乎没有影响,因为印度尼西亚继续保持着难民不受欢迎的态度。
本文章由计算机程序翻译,如有差异,请以英文原文为准。
Come to be stranded: the dynamics of refugee influx in three Indonesian government regimes
Abstrak. Indonesia telah menjadi salah satu negara transit pengungsi sejak abad ke-20. Namun, hanya beberapa sarjana yang mempelajari dinamikanya. Kajian ini bertujuan untuk menjelaskan dinamika pengungsi internasional di Indonesia dari tahun 1978 hingga 2022 dengan menggunakan pendekatan geografi sejarah dan desktop research. Studi ini menemukan bahwa pengungsi yang masuk ke Indonesia pada masa Orde Baru dan masa Transisi mayoritas berasal dari Asia Tenggara. Krisis besar yang terjadi pada masa itu antara lain krisis manusia perahu, krisis pengungsi Kamboja, pengusiran warga Timor Timur, dan krisis pengungsi MENA. Pada era reformasi hingga saat ini, jumlah pengungsi dan sebaran negara asal semakin meningkat dengan krisis utama adalah krisis laut Andaman dan krisis Rohingya. Faktor-faktor yang mendasari para pengungsi internasional memilih Indonesia sebagai negara suaka adalah kedekatan geografis, konflik regional, kedekatan sosial, sejarah, dan budaya, serta kebijakan anti pengungsi dari negara penerima. Sementara itu, kebijakan internal terkait pengungsi antar pemerintahan tidak terlalu berpengaruh pada dinamika pengungsi sebab indonesia konstan pada posisinya sebagai non penerima pengungsi. Abstract. Since the twentieth century, Indonesia has been a refugee transit country. However, only a few academics have investigated its dynamics. This study uses historical geography and desktop research methods to explain the dynamics of international refugees in Indonesia from 1978 to 2022. According to this study, most refugees who arrived in Indonesia during the New Order era and the crisis transition period were from Southeast Asia. The boat people crisis, the Cambodian refugee crisis, the East Timorese refugees, and the MENA refugee crisis were all major crises at the time. The number of refugees and the distribution of countries of origin have increased during the reform era, with the main crises being the Andaman Sea and the Syrian refugee crises. Geographic proximity, regional conflicts, social, historical, and cultural proximity, as well as the receiving country's anti-refugee policies, all contribute to international refugees choosing Indonesia as a country of asylum. Meanwhile, internal refugee policies have little impact on the dynamics of refugees because Indonesia continues to be a non-recipient of refugees.
求助全文
通过发布文献求助,成功后即可免费获取论文全文。 去求助
来源期刊
自引率
0.00%
发文量
16
审稿时长
22 weeks
×
引用
GB/T 7714-2015
复制
MLA
复制
APA
复制
导出至
BibTeX EndNote RefMan NoteFirst NoteExpress
×
提示
您的信息不完整,为了账户安全,请先补充。
现在去补充
×
提示
您因"违规操作"
具体请查看互助需知
我知道了
×
提示
确定
请完成安全验证×
copy
已复制链接
快去分享给好友吧!
我知道了
右上角分享
点击右上角分享
0
联系我们:info@booksci.cn Book学术提供免费学术资源搜索服务,方便国内外学者检索中英文文献。致力于提供最便捷和优质的服务体验。 Copyright © 2023 布克学术 All rights reserved.
京ICP备2023020795号-1
ghs 京公网安备 11010802042870号
Book学术文献互助
Book学术文献互助群
群 号:481959085
Book学术官方微信