环境政治:废物、粪便和泗水社会的纪律努力,1920 -1940

Sarkawi B Husain, Agus Indiyanto, Eni Sugiarti
{"title":"环境政治:废物、粪便和泗水社会的纪律努力,1920 -1940","authors":"Sarkawi B Husain, Agus Indiyanto, Eni Sugiarti","doi":"10.15294/paramita.v33i2.44438","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"The colonial government's hopes to create a rest and order in its colonies proved unsuccessful. The instruments used are not able to force the public to be disciplined. Surabaya, the locus of this article, is not only interesting in a geographical sense, because of its position as a colonial city, but also because colonial governance practices take place intensively in this city. This study aims to complete the aspects that still neglect the attention of scholars by examining the practice of colonial governance to discipline the people of Surabaya through waste and excrement management. In addition to mapping the government policies in waste and excrement management, this article also analyzes why the colonial government failed to discipline the community. This study relies on primary sources in the form of newspapers published during the colonial period. The collected data was analyzed by following three stages, namely reduction, display, and data verification. This article concludes that the community's violation of colonial government rules in waste and excrement management shows the failure of colonial governance practices in disciplining the community. This community disobedience also reflects the public's distrust of the apparatus that carries out the rules. This study also shows that the repressive attitude of the colonial government in implementing environmental hygiene rules reflects awareness among Europeans about the importance of environmental health which is in line with public health.Harapan pemerintah kolonial untuk menciptakan keamanan dan ketertiban di koloninya terbukti tidak berhasil. Instrumen yang digunakan tidak mampu memaksa masyarakat untuk disiplin. Surabaya yang menjadi lokus artikel ini tidak hanya menarik dalam arti geografis, karena posisinya sebagai kota kolonial, tetapi juga karena praktik pemerintahan kolonial berlangsung intensif di kota ini. Penelitian ini bertujuan untuk melengkapi aspek-aspek yang masih diabaikan oleh para sarjana dengan mengkaji praktik pemerintahan kolonial dalam upaya mendisiplinkan masyarakat Surabaya melalui pengelolaan sampah dan kotoran (tinja). Selain memetakan kebijakan pemerintah dalam pengelolaan sampah dan kotoran (tinja), artikel ini juga menganalisis mengapa pemerintah kolonial gagal mendisiplinkan masyarakat. Penelitian ini menggunakan sumber-sumber primer dalam bentuk surat kabar yang diterbitkan pada masa kolonial. Data yang terkumpul dianalisis dengan mengikuti tiga tahap, yaitu reduksi, display, dan verifikasi data. Artikel ini menyimpulkan bahwa pelanggaran masyarakat terhadap aturan pemerintah kolonial dalam pengelolaan sampah dan kotoran menunjukkan kegagalan praktik tata kelola kolonial dalam mendisiplinkan masyarakat. Ketidaktaatan masyarakat ini juga mencerminkan ketidakpercayaan masyarakat terhadap aparatur yang menjalankan aturan. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa sikap represif pemerintah kolonial dalam menerapkan aturan kebersihan lingkungan mencerminkan kesadaran bagi masyarakat Eropa tentang pentingnya kesehatan lingkungan yang sejalan dengan kesehatan masyarakat.","PeriodicalId":30724,"journal":{"name":"Paramita Historical Studies Journal","volume":"171 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2023-10-05","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":"{\"title\":\"Environmental Politics: Waste, Stool, and Disciplinary Effort of the Surabaya Society, 1920s-1940s\",\"authors\":\"Sarkawi B Husain, Agus Indiyanto, Eni Sugiarti\",\"doi\":\"10.15294/paramita.v33i2.44438\",\"DOIUrl\":null,\"url\":null,\"abstract\":\"The colonial government's hopes to create a rest and order in its colonies proved unsuccessful. The instruments used are not able to force the public to be disciplined. Surabaya, the locus of this article, is not only interesting in a geographical sense, because of its position as a colonial city, but also because colonial governance practices take place intensively in this city. This study aims to complete the aspects that still neglect the attention of scholars by examining the practice of colonial governance to discipline the people of Surabaya through waste and excrement management. In addition to mapping the government policies in waste and excrement management, this article also analyzes why the colonial government failed to discipline the community. This study relies on primary sources in the form of newspapers published during the colonial period. The collected data was analyzed by following three stages, namely reduction, display, and data verification. This article concludes that the community's violation of colonial government rules in waste and excrement management shows the failure of colonial governance practices in disciplining the community. This community disobedience also reflects the public's distrust of the apparatus that carries out the rules. This study also shows that the repressive attitude of the colonial government in implementing environmental hygiene rules reflects awareness among Europeans about the importance of environmental health which is in line with public health.Harapan pemerintah kolonial untuk menciptakan keamanan dan ketertiban di koloninya terbukti tidak berhasil. Instrumen yang digunakan tidak mampu memaksa masyarakat untuk disiplin. Surabaya yang menjadi lokus artikel ini tidak hanya menarik dalam arti geografis, karena posisinya sebagai kota kolonial, tetapi juga karena praktik pemerintahan kolonial berlangsung intensif di kota ini. Penelitian ini bertujuan untuk melengkapi aspek-aspek yang masih diabaikan oleh para sarjana dengan mengkaji praktik pemerintahan kolonial dalam upaya mendisiplinkan masyarakat Surabaya melalui pengelolaan sampah dan kotoran (tinja). Selain memetakan kebijakan pemerintah dalam pengelolaan sampah dan kotoran (tinja), artikel ini juga menganalisis mengapa pemerintah kolonial gagal mendisiplinkan masyarakat. Penelitian ini menggunakan sumber-sumber primer dalam bentuk surat kabar yang diterbitkan pada masa kolonial. Data yang terkumpul dianalisis dengan mengikuti tiga tahap, yaitu reduksi, display, dan verifikasi data. Artikel ini menyimpulkan bahwa pelanggaran masyarakat terhadap aturan pemerintah kolonial dalam pengelolaan sampah dan kotoran menunjukkan kegagalan praktik tata kelola kolonial dalam mendisiplinkan masyarakat. Ketidaktaatan masyarakat ini juga mencerminkan ketidakpercayaan masyarakat terhadap aparatur yang menjalankan aturan. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa sikap represif pemerintah kolonial dalam menerapkan aturan kebersihan lingkungan mencerminkan kesadaran bagi masyarakat Eropa tentang pentingnya kesehatan lingkungan yang sejalan dengan kesehatan masyarakat.\",\"PeriodicalId\":30724,\"journal\":{\"name\":\"Paramita Historical Studies Journal\",\"volume\":\"171 1\",\"pages\":\"0\"},\"PeriodicalIF\":0.0000,\"publicationDate\":\"2023-10-05\",\"publicationTypes\":\"Journal Article\",\"fieldsOfStudy\":null,\"isOpenAccess\":false,\"openAccessPdf\":\"\",\"citationCount\":\"0\",\"resultStr\":null,\"platform\":\"Semanticscholar\",\"paperid\":null,\"PeriodicalName\":\"Paramita Historical Studies Journal\",\"FirstCategoryId\":\"1085\",\"ListUrlMain\":\"https://doi.org/10.15294/paramita.v33i2.44438\",\"RegionNum\":0,\"RegionCategory\":null,\"ArticlePicture\":[],\"TitleCN\":null,\"AbstractTextCN\":null,\"PMCID\":null,\"EPubDate\":\"\",\"PubModel\":\"\",\"JCR\":\"\",\"JCRName\":\"\",\"Score\":null,\"Total\":0}","platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Paramita Historical Studies Journal","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.15294/paramita.v33i2.44438","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0

摘要

殖民地政府希望在其殖民地建立一个安宁和秩序的愿望被证明是失败的。所使用的手段不能迫使公众遵守纪律。泗水,这篇文章的发生地,不仅在地理意义上很有趣,因为它是一个殖民城市,而且因为殖民统治的实践在这个城市集中发生。本研究旨在通过考察殖民统治通过废物和粪便管理来约束泗水人民的实践,来完成学者们仍然忽视的方面。除了描绘政府在废物和粪便管理方面的政策外,本文还分析了殖民政府未能对社区进行纪律管理的原因。这项研究的主要资料来源是殖民时期出版的报纸。收集到的数据经过还原、显示、数据验证三个阶段进行分析。本文的结论是,社区在废物和粪便管理方面违反殖民政府的规定,表明殖民治理实践在约束社区方面的失败。这种集体不服从也反映了公众对执行规则的机构的不信任。这项研究还表明,殖民政府在执行环境卫生规则方面的压制态度反映了欧洲人对环境卫生重要性的认识,这与公共卫生是一致的。希望联盟总理是一个独立的民族主义者,是一个独立的民族主义者,是一个独立的民族主义者。仪器yang digunakan tidak mampu memaksa masyarakat untuk displin。泗水阳menjadi lokus artikel ini tidak hanya menarik dalam aram arti geografis, karena posisinya sebagai kota kolial, tetapi juga karena praktik peremerintahan kolial berlangsung intensif di kota ini。Penelitian ini bertujuan untuk melengkapi,讲方言yang masih diabaikan oleh para sarjana dengan mengkaji praktik permerintahan殖民地dalam upaya mendisiplinkan masyarakat泗水melalui penelolaan sampaah dan kotoran (tinja)。Selain memetakan kebijakan pemerintah dalam pengelolaan sampah dan kotoran (tinja), artikel ini juga menganalis mengapa pemerintah殖民地mendisiplinkan masyarakat。Penelitian ini menggunakan summer -sumber primer dalam bentuk surat kabar yang diiterbitkan pada masa colonial。数据阳terkumpul分析登根mengikuti tiga tahap, yitu reduksi,显示,丹验证kasi数据。这句话的意思是:“我的祖国,我的祖国,我的祖国,我的祖国,我的祖国。”Ketidaktaatan masyarakat ini juga mencerminkan ketidakperayaan masyarakat terhadap aparatur yang menjalankan aturan。Penelitian ini juga menunjukkan bahwa sikap代表总理殖民dalam menerapkan turan kebersihan lingkungan menerminkan kesadaran bagi masyarakat Eropa tententing nya kesehatan lingkungan yang sejalan dengan kesehatan masyarakat。
本文章由计算机程序翻译,如有差异,请以英文原文为准。
Environmental Politics: Waste, Stool, and Disciplinary Effort of the Surabaya Society, 1920s-1940s
The colonial government's hopes to create a rest and order in its colonies proved unsuccessful. The instruments used are not able to force the public to be disciplined. Surabaya, the locus of this article, is not only interesting in a geographical sense, because of its position as a colonial city, but also because colonial governance practices take place intensively in this city. This study aims to complete the aspects that still neglect the attention of scholars by examining the practice of colonial governance to discipline the people of Surabaya through waste and excrement management. In addition to mapping the government policies in waste and excrement management, this article also analyzes why the colonial government failed to discipline the community. This study relies on primary sources in the form of newspapers published during the colonial period. The collected data was analyzed by following three stages, namely reduction, display, and data verification. This article concludes that the community's violation of colonial government rules in waste and excrement management shows the failure of colonial governance practices in disciplining the community. This community disobedience also reflects the public's distrust of the apparatus that carries out the rules. This study also shows that the repressive attitude of the colonial government in implementing environmental hygiene rules reflects awareness among Europeans about the importance of environmental health which is in line with public health.Harapan pemerintah kolonial untuk menciptakan keamanan dan ketertiban di koloninya terbukti tidak berhasil. Instrumen yang digunakan tidak mampu memaksa masyarakat untuk disiplin. Surabaya yang menjadi lokus artikel ini tidak hanya menarik dalam arti geografis, karena posisinya sebagai kota kolonial, tetapi juga karena praktik pemerintahan kolonial berlangsung intensif di kota ini. Penelitian ini bertujuan untuk melengkapi aspek-aspek yang masih diabaikan oleh para sarjana dengan mengkaji praktik pemerintahan kolonial dalam upaya mendisiplinkan masyarakat Surabaya melalui pengelolaan sampah dan kotoran (tinja). Selain memetakan kebijakan pemerintah dalam pengelolaan sampah dan kotoran (tinja), artikel ini juga menganalisis mengapa pemerintah kolonial gagal mendisiplinkan masyarakat. Penelitian ini menggunakan sumber-sumber primer dalam bentuk surat kabar yang diterbitkan pada masa kolonial. Data yang terkumpul dianalisis dengan mengikuti tiga tahap, yaitu reduksi, display, dan verifikasi data. Artikel ini menyimpulkan bahwa pelanggaran masyarakat terhadap aturan pemerintah kolonial dalam pengelolaan sampah dan kotoran menunjukkan kegagalan praktik tata kelola kolonial dalam mendisiplinkan masyarakat. Ketidaktaatan masyarakat ini juga mencerminkan ketidakpercayaan masyarakat terhadap aparatur yang menjalankan aturan. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa sikap represif pemerintah kolonial dalam menerapkan aturan kebersihan lingkungan mencerminkan kesadaran bagi masyarakat Eropa tentang pentingnya kesehatan lingkungan yang sejalan dengan kesehatan masyarakat.
求助全文
通过发布文献求助,成功后即可免费获取论文全文。 去求助
来源期刊
自引率
0.00%
发文量
15
审稿时长
12 weeks
×
引用
GB/T 7714-2015
复制
MLA
复制
APA
复制
导出至
BibTeX EndNote RefMan NoteFirst NoteExpress
×
提示
您的信息不完整,为了账户安全,请先补充。
现在去补充
×
提示
您因"违规操作"
具体请查看互助需知
我知道了
×
提示
确定
请完成安全验证×
copy
已复制链接
快去分享给好友吧!
我知道了
右上角分享
点击右上角分享
0
联系我们:info@booksci.cn Book学术提供免费学术资源搜索服务,方便国内外学者检索中英文文献。致力于提供最便捷和优质的服务体验。 Copyright © 2023 布克学术 All rights reserved.
京ICP备2023020795号-1
ghs 京公网安备 11010802042870号
Book学术文献互助
Book学术文献互助群
群 号:481959085
Book学术官方微信