{"title":"理性和教育的社会关怀:社会分析和辩论分析提摩太前书5:3-16","authors":"Pelita Hati Surbakti","doi":"10.30648/dun.v8i1.1060","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Abstract. A number of forms of social care have become church traditions throughout time. On the other hand, many have predicted that in 2023 the world, including Indonesia, will experience quite heavy economic pressure. In a situation like this, what if the church also experiences a crisis, either financially or in terms of other resources? Can the tradition of social care be annulled? To answer this question, this paper conducted argumentation analysis and social analysis in interpreting 1 Timothy 5:3-16. This study showed that Paul reminded the congregation leader (Timothy), that despite limited conditions, he must not annul this tradition, but in its implementation it must be making sense and educating. Thus, it can be concluded that the church in Indonesia needs to apply making sense and educating principles in practicing a number of social care traditions.Abstrak. Sejumlah bentuk kepedulian sosial telah menjadi tradisi gereja di sepanjang masa. Pada sisi lain, sejumlah pihak memprediksi bahwa pada 2023 dunia, termasuk Indonesia, akan mengalami tekanan ekonomi yang cukup berat. Dalam situasi seperti ini, bagaimana jika gereja ternyata juga mengalami krisis, baik krisis dalam hal keuangan maupun dalam hal sumber daya yang lain? Dapatkah tradisi kepedulian sosial itu dianulir? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, tulisan ini menggunakan analisis argumentasi dan analisis sosial dalam memaknai 1 Timotius 5:3-16 ini. Kajian ini menunjukkan bahwa Paulus mengingatkan pemimpin jemaat (Timotius) meskipun kondisi keterbatasan tidak boleh menganulir tradisi tersebut, tetapi dalam pelaksanaannya haruslah rasional dan mendidik. Dengan demikian dapat disimpulkan, gereja di Indonesia perlu menerapkan prinsip rasional dan mendidik dalam mempraktikkan sejumlah tradisi kepedulian sosial.","PeriodicalId":32879,"journal":{"name":"Dunamis Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani","volume":"57 10","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2023-10-23","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":"{\"title\":\"Kepedulian Sosial yang Rasional dan Mendidik: Analisis Sosial dan Analisis Argumentasi 1 Timotius 5:3-16\",\"authors\":\"Pelita Hati Surbakti\",\"doi\":\"10.30648/dun.v8i1.1060\",\"DOIUrl\":null,\"url\":null,\"abstract\":\"Abstract. A number of forms of social care have become church traditions throughout time. On the other hand, many have predicted that in 2023 the world, including Indonesia, will experience quite heavy economic pressure. In a situation like this, what if the church also experiences a crisis, either financially or in terms of other resources? Can the tradition of social care be annulled? To answer this question, this paper conducted argumentation analysis and social analysis in interpreting 1 Timothy 5:3-16. This study showed that Paul reminded the congregation leader (Timothy), that despite limited conditions, he must not annul this tradition, but in its implementation it must be making sense and educating. Thus, it can be concluded that the church in Indonesia needs to apply making sense and educating principles in practicing a number of social care traditions.Abstrak. Sejumlah bentuk kepedulian sosial telah menjadi tradisi gereja di sepanjang masa. Pada sisi lain, sejumlah pihak memprediksi bahwa pada 2023 dunia, termasuk Indonesia, akan mengalami tekanan ekonomi yang cukup berat. Dalam situasi seperti ini, bagaimana jika gereja ternyata juga mengalami krisis, baik krisis dalam hal keuangan maupun dalam hal sumber daya yang lain? Dapatkah tradisi kepedulian sosial itu dianulir? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, tulisan ini menggunakan analisis argumentasi dan analisis sosial dalam memaknai 1 Timotius 5:3-16 ini. Kajian ini menunjukkan bahwa Paulus mengingatkan pemimpin jemaat (Timotius) meskipun kondisi keterbatasan tidak boleh menganulir tradisi tersebut, tetapi dalam pelaksanaannya haruslah rasional dan mendidik. Dengan demikian dapat disimpulkan, gereja di Indonesia perlu menerapkan prinsip rasional dan mendidik dalam mempraktikkan sejumlah tradisi kepedulian sosial.\",\"PeriodicalId\":32879,\"journal\":{\"name\":\"Dunamis Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani\",\"volume\":\"57 10\",\"pages\":\"0\"},\"PeriodicalIF\":0.0000,\"publicationDate\":\"2023-10-23\",\"publicationTypes\":\"Journal Article\",\"fieldsOfStudy\":null,\"isOpenAccess\":false,\"openAccessPdf\":\"\",\"citationCount\":\"0\",\"resultStr\":null,\"platform\":\"Semanticscholar\",\"paperid\":null,\"PeriodicalName\":\"Dunamis Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani\",\"FirstCategoryId\":\"1085\",\"ListUrlMain\":\"https://doi.org/10.30648/dun.v8i1.1060\",\"RegionNum\":0,\"RegionCategory\":null,\"ArticlePicture\":[],\"TitleCN\":null,\"AbstractTextCN\":null,\"PMCID\":null,\"EPubDate\":\"\",\"PubModel\":\"\",\"JCR\":\"\",\"JCRName\":\"\",\"Score\":null,\"Total\":0}","platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Dunamis Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.30648/dun.v8i1.1060","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
摘要
摘要随着时间的推移,许多形式的社会关怀已经成为教会的传统。另一方面,许多人预测,到2023年,包括印度尼西亚在内的世界将面临相当沉重的经济压力。在这种情况下,如果教会也经历了危机,无论是经济危机还是其他资源危机呢?社会关怀的传统能被废除吗?为了回答这个问题,本文对提摩太前书5:3-16进行了论证分析和社会分析。这个研究表明,保罗提醒会众领袖(提摩太),尽管条件有限,他不能废除这个传统,但在实施的过程中,它必须是有意义和教育的。因此,可以得出结论,印度尼西亚的教会需要在实践一些社会关怀传统时应用有意义和教育的原则。Sejumlah bentuk保持社会电视menjadi tradisi gereja di sepanjang masa。巴基斯坦sisi lain, sejumlah pihak memprediksi bahwa Pada 2023 dunia, termasuk Indonesia, akan mengalami tekanan economi yang cuup berat。Dalam sitasi seperti ini, bagaimana jika gereja ternyata juga mengalami危机,baik危机Dalam hal keuangan maupun Dalam hal sumya yang lain?帕帕塔的传统是保持社会稳定。【提摩太前书5:3-16】我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说。Dengan demikian dapat disimpulkan gereja di印尼perlu menerapkan prinsip rasional丹mendidik dalam mempraktikkan sejumlah tradisi kepedulian sosial。
Kepedulian Sosial yang Rasional dan Mendidik: Analisis Sosial dan Analisis Argumentasi 1 Timotius 5:3-16
Abstract. A number of forms of social care have become church traditions throughout time. On the other hand, many have predicted that in 2023 the world, including Indonesia, will experience quite heavy economic pressure. In a situation like this, what if the church also experiences a crisis, either financially or in terms of other resources? Can the tradition of social care be annulled? To answer this question, this paper conducted argumentation analysis and social analysis in interpreting 1 Timothy 5:3-16. This study showed that Paul reminded the congregation leader (Timothy), that despite limited conditions, he must not annul this tradition, but in its implementation it must be making sense and educating. Thus, it can be concluded that the church in Indonesia needs to apply making sense and educating principles in practicing a number of social care traditions.Abstrak. Sejumlah bentuk kepedulian sosial telah menjadi tradisi gereja di sepanjang masa. Pada sisi lain, sejumlah pihak memprediksi bahwa pada 2023 dunia, termasuk Indonesia, akan mengalami tekanan ekonomi yang cukup berat. Dalam situasi seperti ini, bagaimana jika gereja ternyata juga mengalami krisis, baik krisis dalam hal keuangan maupun dalam hal sumber daya yang lain? Dapatkah tradisi kepedulian sosial itu dianulir? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, tulisan ini menggunakan analisis argumentasi dan analisis sosial dalam memaknai 1 Timotius 5:3-16 ini. Kajian ini menunjukkan bahwa Paulus mengingatkan pemimpin jemaat (Timotius) meskipun kondisi keterbatasan tidak boleh menganulir tradisi tersebut, tetapi dalam pelaksanaannya haruslah rasional dan mendidik. Dengan demikian dapat disimpulkan, gereja di Indonesia perlu menerapkan prinsip rasional dan mendidik dalam mempraktikkan sejumlah tradisi kepedulian sosial.