{"title":"Struktur Janturan Wayang Kulit Purwa Yogyakarta","authors":"Endah Budiarti","doi":"10.24821/WAYANG.V3I1.3057","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"The purpose of this study was to find the structure janturan of the Yogyakarta shadow puppet. A further goal of this research is to find a method for learning puppetry language, especially janturan language. To achieve the above objectives, the researchers will first identify and categorize the structure of janturan carried out by Ki Hadi Sugito, Ki Timbul Hadiprayitno, Ki Suparman, and Mudjanattistomo. Second, the grammatical structure of the Yogyakarta senior puppeteers’ puppets wasthen reduced to the grammatical structure of the Yogyakarta shadow puppet show. To find the structure janturan of Yogyakarta Purwa shadow puppet, this study will apply structural analysis. The concept of tatas in chess aesthetics is the version of Soetarno et al. (2007) and the grammatical structure of the Sasangka version (1989) were used as analysis blades in this study. Janturan is the ukara-ukara (‘sentences’) kenès which are arranged in a complete, sequential, and not overlapping manner. As a ukara certainly has a grammatical structure. To be able to find the grammatical structure of scattering, the tatas concept and the grammatical theory of Javanese language are used. From the results of the study of the (grammatical) structure of the Yogyakarta senior mastermind’s succession, the following pattern is obtained: The first part is a section that contains worship. The second part of the janturan contains the greatness of the kingdom which is the center of storytelling. The third part of janturan contains the great king in the great kingdom who is the center of storytelling. The fourth part of the janturan is about the preparation of the trial and those present at the hearing. It is expected that the results of this study can improve teaching materials in thesubject of Bahasa Pedalangan, Pedalangan Rhetoric, and Basics of Pakeliran in the Pedalangan Department.Tujuan penelitian ini adalah menemukan struktur janturan wayang kulit purwa Yogyakarta. Tujuan lebih jauh dari penelitian ini ialah menemukan satu metode belajar bahasa pedalangan khususnya bahasa janturan. Untuk mencapai tujuan di atas, pertama-tama peneliti akan mengidentifikasi dan mengkategorikan struktur janturan yang dibawakan oleh Ki Hadi Sugito, Ki Timbul Hadiprayitno, Ki Suparman, dan Mudjanattistomo. Kedua, struktur gramatikal janturan dalang-dalangsenior Yogyakarta tersebut kemudian direduksi menjadi struktur gramatikal janturan wayang kulit purwa Yogyakarta. Untuk menemukan struktur janturan wayang kulit purwa Yogyakarta penelitian ini akan menerapkan analisis struktural. Konsep tatas dalam estetika catur versi Soetarno dkk. (2007) dan struktur gramatikal ukara versi Sasangka (1989) digunakan sebagai pisau analisis dalam penelitian ini. Janturanmerupakan ukara-ukara (‘kalimat-kalimat’) kenès yang disusun secara lengkap, urut, dan tidak tumpang tindih. Sebagai sebuah ukara tentu memiliki struktur gramatikal. Untuk dapat menemukan struktur gramatikal janturan digunakan konsep tatas dan teori struktur gramatikal bahasa Jawa. Dari hasil pelacakan terhadap struktur (gramatikal) janturan para dalang senior Yogyakarta, diperoleh pola sebagai berikut: Bagian pertama merupakan satu bagian yang berisi tentang doa pemujaan. Bagian kedua dari janturan berisi tentang kebesaran kerajaan yang menjadi pusat penceritaan. Bagian ketiga dari janturan berisi tentang raja agung di kerajaan besar yang menjadi pusat penceritaan. Bagian keempat dari janturan berisi tentang persiapan sidang dan yang hadir di dalam sidang. Diharapkan hasil penelitian ini dapat menyempurnakanbahan ajar mata kuliah Bahasa Pedalangan, Retorika Pedalangan, dan Dasar-dasar Pakeliran di Jurusan Pedalangan.","PeriodicalId":133263,"journal":{"name":"Wayang Nusantara: Journal of Puppetry","volume":"91 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2019-08-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Wayang Nusantara: Journal of Puppetry","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.24821/WAYANG.V3I1.3057","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
摘要
本研究的目的是找出日惹皮影木偶的结构。本研究的另一个目标是寻找一种学习木偶戏语言的方法,特别是janturan语言。为了实现上述目标,研究人员将首先对Ki Hadi Sugito, Ki Timbul Hadiprayitno, Ki Suparman和Mudjanattistomo进行的janturan结构进行识别和分类。其次,日惹高级木偶戏演员的木偶的语法结构被简化为日惹皮影戏的语法结构。为了找出日惹普瓦皮影的结构特征,本研究将运用结构分析的方法。象棋美学中的塔塔概念是Soetarno et al.(2007)的版本,Sasangka版本(1989)的语法结构是本研究的分析刀片。Janturan是ukara-ukara(“句子”)ken,它们以完整、顺序和不重叠的方式排列。因为ukara当然有语法结构。为了能够找到散射的语法结构,使用了爪哇语的塔塔概念和语法理论。从对日惹高级策划人继承的(语法)结构的研究结果中,可以得出以下模式:第一部分是包含崇拜的部分。《janturan》的第二部分包含了王国的伟大,这是故事的中心。《janturan》的第三部分包含了伟大王国的伟大国王,他是故事的中心。第四部分是关于审判的准备工作和出席听证会的人员。期望本研究的结果能改善马来语、马来语修辞、马来语基础等科目的教材。Tujuan penelitian ini adalah menemukan strucktur janturan wayang kulit purwa日惹。Tujuan lebih jauh dari penelitian ini menemukan satu方法belajar bahasa pedalangan khususnya bahasa janturan。Untuk mencapai tujuan di ata, pertama- tamama peneliti akan mengidentifikasi dan mengkategorikan strucktuturan yang dibawakan oleh Ki Hadi Sugito, Ki Timbul Hadiprayitno, Ki Suparman, dan Mudjanattistomo。这句话的意思是:“日惹”,意思是“日惹”,意思是“日惹”。Untuk menemukan strucktur janturan wayang kulit purwa日惹penelitian ini akan menerapkan分析结构。Konsep tatas dalam estetika catur与Soetarno dkk。(2007)与Sasangka(1989)的对比分析。Janturanmerupakan ukara-ukara (' kalimat-kalimat ') ken yang dissusun secara lengkap, utut, dan tidak tumpang tindih。Sebagai sebuah ukara tenu memoriliki structutural语法。Untuk dapat menemukan struckturr gramatikal janturan digunakan konsep tatas dan teori struckturr bahasa java。日惹,日惹语,日惹语,日惹语,日惹语,日惹语,日惹语。巴吉安·克杜瓦·达里·詹图尔·贝里斯·唐·克贝斯·扬·曼贾迪·潘特·贝里斯。巴吉安·凯迪加·达尔达尔·贝瑞斯·阿格尔达尔·阿格尔达尔·阿格尔达尔·阿格尔达尔·巴吉安·巴格尔达尔·贝瑞斯。巴吉安人保持着良好的生活状态,但是,他们的生活状态很好。Diharapkan hasil penelitian ini dapat menyempurnakanbahan ajar mata kuliah Bahasa Pedalangan, Retorika Pedalangan, dan Dasar-dasar Pakeliran di Jurusan Pedalangan。
The purpose of this study was to find the structure janturan of the Yogyakarta shadow puppet. A further goal of this research is to find a method for learning puppetry language, especially janturan language. To achieve the above objectives, the researchers will first identify and categorize the structure of janturan carried out by Ki Hadi Sugito, Ki Timbul Hadiprayitno, Ki Suparman, and Mudjanattistomo. Second, the grammatical structure of the Yogyakarta senior puppeteers’ puppets wasthen reduced to the grammatical structure of the Yogyakarta shadow puppet show. To find the structure janturan of Yogyakarta Purwa shadow puppet, this study will apply structural analysis. The concept of tatas in chess aesthetics is the version of Soetarno et al. (2007) and the grammatical structure of the Sasangka version (1989) were used as analysis blades in this study. Janturan is the ukara-ukara (‘sentences’) kenès which are arranged in a complete, sequential, and not overlapping manner. As a ukara certainly has a grammatical structure. To be able to find the grammatical structure of scattering, the tatas concept and the grammatical theory of Javanese language are used. From the results of the study of the (grammatical) structure of the Yogyakarta senior mastermind’s succession, the following pattern is obtained: The first part is a section that contains worship. The second part of the janturan contains the greatness of the kingdom which is the center of storytelling. The third part of janturan contains the great king in the great kingdom who is the center of storytelling. The fourth part of the janturan is about the preparation of the trial and those present at the hearing. It is expected that the results of this study can improve teaching materials in thesubject of Bahasa Pedalangan, Pedalangan Rhetoric, and Basics of Pakeliran in the Pedalangan Department.Tujuan penelitian ini adalah menemukan struktur janturan wayang kulit purwa Yogyakarta. Tujuan lebih jauh dari penelitian ini ialah menemukan satu metode belajar bahasa pedalangan khususnya bahasa janturan. Untuk mencapai tujuan di atas, pertama-tama peneliti akan mengidentifikasi dan mengkategorikan struktur janturan yang dibawakan oleh Ki Hadi Sugito, Ki Timbul Hadiprayitno, Ki Suparman, dan Mudjanattistomo. Kedua, struktur gramatikal janturan dalang-dalangsenior Yogyakarta tersebut kemudian direduksi menjadi struktur gramatikal janturan wayang kulit purwa Yogyakarta. Untuk menemukan struktur janturan wayang kulit purwa Yogyakarta penelitian ini akan menerapkan analisis struktural. Konsep tatas dalam estetika catur versi Soetarno dkk. (2007) dan struktur gramatikal ukara versi Sasangka (1989) digunakan sebagai pisau analisis dalam penelitian ini. Janturanmerupakan ukara-ukara (‘kalimat-kalimat’) kenès yang disusun secara lengkap, urut, dan tidak tumpang tindih. Sebagai sebuah ukara tentu memiliki struktur gramatikal. Untuk dapat menemukan struktur gramatikal janturan digunakan konsep tatas dan teori struktur gramatikal bahasa Jawa. Dari hasil pelacakan terhadap struktur (gramatikal) janturan para dalang senior Yogyakarta, diperoleh pola sebagai berikut: Bagian pertama merupakan satu bagian yang berisi tentang doa pemujaan. Bagian kedua dari janturan berisi tentang kebesaran kerajaan yang menjadi pusat penceritaan. Bagian ketiga dari janturan berisi tentang raja agung di kerajaan besar yang menjadi pusat penceritaan. Bagian keempat dari janturan berisi tentang persiapan sidang dan yang hadir di dalam sidang. Diharapkan hasil penelitian ini dapat menyempurnakanbahan ajar mata kuliah Bahasa Pedalangan, Retorika Pedalangan, dan Dasar-dasar Pakeliran di Jurusan Pedalangan.