{"title":"Sesajen sebagai Nilai hidup bermasyarakat di Kampung Cipicung Girang Kota Bandung","authors":"Ujang Kusnadi Adam, Andreian Yusup, Salma Fauziyyah Fadlullah, Siti Nurbayani","doi":"10.52483/ijsed.v1i1.3","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Budaya sesajen menjadi salah satu contoh akulturasi budaya Hindu-Islam. Kebudayaan ini menjadi identitas masyarakat lokal. Kebudayaan sesajen menjadi identitas dan akulturasi serta menjaga kearifan lokal seluruh sistem kehidupan. Akan tetapi hal ini bertolak belakang dengan budaya islam modern yang memgang teguh al-qur’an dan Hadist. Masyarakat awam tidak mengetahui makna serta nilai yang terkandung dalam budaya sesajen. Tujuan penelitian ini ialah 1) menganalisis kebudayaan sesajen, 2) mendeskripsikan kebudayaan sesajen sebagai identitas, 3) menganalisis sesajen sebagai akulturasi budaya, 4) menemukan model pelestarian sebagai kearifan lokal. Metode yang di gunakan dalam penelitian ini menggunakan deskriptif pendekatan kualitatif, intrumen penelitian ini menggunakan observasi partisipasif, catatatan lapangan dan wawancara mendalam. Observasi dilakukan dengan catatan lapangan dan wawancara mendalam dengan tokoh adat, masyarakat, remaja, serta tokoh agama. Hasil penelitian menunjukkan 1) budaya sesajen mulai luntur seiring berkembangnya zaman,serta tidak diminati oleh kalangan muda., 2) Penampilan sesajen pun sangat sederhana dengan balutan kopi,rujak,rokok,bara api 3) model pelestarian dengan cara menurunkan ilmunya ke generasi selanjutnya. Kebudayaan sesajen menjadi dwi fungsi makna dalam hidup bermasyarakat, menjadi sebuah identitas budaya serta kearifan lokal masyarakat yang hanya dapat dilakukan oleh semua pihak yang terlibat baik kalangan masyarakat tertentu dan keluarga tokoh adat.","PeriodicalId":360116,"journal":{"name":"Indonesian Journal of Sociology, Education, and Development","volume":"84 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2019-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"3","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Indonesian Journal of Sociology, Education, and Development","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.52483/ijsed.v1i1.3","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
Sesajen sebagai Nilai hidup bermasyarakat di Kampung Cipicung Girang Kota Bandung
Budaya sesajen menjadi salah satu contoh akulturasi budaya Hindu-Islam. Kebudayaan ini menjadi identitas masyarakat lokal. Kebudayaan sesajen menjadi identitas dan akulturasi serta menjaga kearifan lokal seluruh sistem kehidupan. Akan tetapi hal ini bertolak belakang dengan budaya islam modern yang memgang teguh al-qur’an dan Hadist. Masyarakat awam tidak mengetahui makna serta nilai yang terkandung dalam budaya sesajen. Tujuan penelitian ini ialah 1) menganalisis kebudayaan sesajen, 2) mendeskripsikan kebudayaan sesajen sebagai identitas, 3) menganalisis sesajen sebagai akulturasi budaya, 4) menemukan model pelestarian sebagai kearifan lokal. Metode yang di gunakan dalam penelitian ini menggunakan deskriptif pendekatan kualitatif, intrumen penelitian ini menggunakan observasi partisipasif, catatatan lapangan dan wawancara mendalam. Observasi dilakukan dengan catatan lapangan dan wawancara mendalam dengan tokoh adat, masyarakat, remaja, serta tokoh agama. Hasil penelitian menunjukkan 1) budaya sesajen mulai luntur seiring berkembangnya zaman,serta tidak diminati oleh kalangan muda., 2) Penampilan sesajen pun sangat sederhana dengan balutan kopi,rujak,rokok,bara api 3) model pelestarian dengan cara menurunkan ilmunya ke generasi selanjutnya. Kebudayaan sesajen menjadi dwi fungsi makna dalam hidup bermasyarakat, menjadi sebuah identitas budaya serta kearifan lokal masyarakat yang hanya dapat dilakukan oleh semua pihak yang terlibat baik kalangan masyarakat tertentu dan keluarga tokoh adat.