Kuni Kusuma Prahastami, Aris Munandar, Yean Aguste
{"title":"PSYCHOLOGICAL WELL-BEING LGBT PENYINTAS HIV YANG MENDAPATKAN SIKAP DISKRIMINASI","authors":"Kuni Kusuma Prahastami, Aris Munandar, Yean Aguste","doi":"10.31004/jkt.v4i2.14487","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Stigma masyarakat tentang LGBT dan penyintas HIV sering membuat pelaku LGBT dengan HIV mendapatkan perlakuan diskriminasi yang sangat berdampak pada tingkat psychological well-being. Sementara psychological well-being yang baik sangat diperlukan oleh seorang individu untuk menjalani hidupnya. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan psychological well-being pada LGBT penyintas HIV yang mengalami sikap diskriminasi. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan teknik pengumpulan data yaitu observasi dan wawancara. Secara lebih spesifik, desain penelitian ini menggunakan studi kasus, dengan pemilihan partisipan dengan teknik purposive sampling yang karakteristiknya disesuaikan dengan tujuan penelitian. Partisipan penelitian berjumlah 2 orang dengan inisial HW yang berumur 37 tahun dan YS yang berumur 55 tahun. Teknik analisis data yang dipakai berupa reduksi data, penyajian data, dan conclusion drawing/verification. Dari data yang diperoleh dari partisipan dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa psychological well-being pada LGBT penyintas HIV yang mendapatkan sikap diskriminasi yaitu HW dan YS bersifat positif. Peran faktor internal yang positif yaitu penerimaan diri (Self-acceptance), perkembangan pribadi (personal growth),tujuan hidup (purpose in life), hubungan positif dengan orang lain (positive relationship with others), penguasaan terhadap lingkungan (environmental mastery), dan kemandirian (autonomy) memiliki kontribusi yang besar terhadap psychological well-being yang dimiliki oleh HW dan YS sehingga HW dan YS dapat menjalani hidupnya dengan baik meskipun HW dan YS masih mendapatkan perlakuan diskriminatif.","PeriodicalId":380921,"journal":{"name":"Jurnal Kesehatan Tambusai","volume":"35 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2023-06-02","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Jurnal Kesehatan Tambusai","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.31004/jkt.v4i2.14487","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
PSYCHOLOGICAL WELL-BEING LGBT PENYINTAS HIV YANG MENDAPATKAN SIKAP DISKRIMINASI
Stigma masyarakat tentang LGBT dan penyintas HIV sering membuat pelaku LGBT dengan HIV mendapatkan perlakuan diskriminasi yang sangat berdampak pada tingkat psychological well-being. Sementara psychological well-being yang baik sangat diperlukan oleh seorang individu untuk menjalani hidupnya. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan psychological well-being pada LGBT penyintas HIV yang mengalami sikap diskriminasi. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan teknik pengumpulan data yaitu observasi dan wawancara. Secara lebih spesifik, desain penelitian ini menggunakan studi kasus, dengan pemilihan partisipan dengan teknik purposive sampling yang karakteristiknya disesuaikan dengan tujuan penelitian. Partisipan penelitian berjumlah 2 orang dengan inisial HW yang berumur 37 tahun dan YS yang berumur 55 tahun. Teknik analisis data yang dipakai berupa reduksi data, penyajian data, dan conclusion drawing/verification. Dari data yang diperoleh dari partisipan dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa psychological well-being pada LGBT penyintas HIV yang mendapatkan sikap diskriminasi yaitu HW dan YS bersifat positif. Peran faktor internal yang positif yaitu penerimaan diri (Self-acceptance), perkembangan pribadi (personal growth),tujuan hidup (purpose in life), hubungan positif dengan orang lain (positive relationship with others), penguasaan terhadap lingkungan (environmental mastery), dan kemandirian (autonomy) memiliki kontribusi yang besar terhadap psychological well-being yang dimiliki oleh HW dan YS sehingga HW dan YS dapat menjalani hidupnya dengan baik meskipun HW dan YS masih mendapatkan perlakuan diskriminatif.