{"title":"儒家宗教的生态维度:从人宇宙原理看人与自然的关系","authors":"Krisharyanto Umbu Deta","doi":"10.15548/al-adyan.v2i2.3395","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"The religious discourse has been dominated by the paradigm of world religions especially the Abrahamic religions like Islam and Christianity, shaping the way religion being understood and associated with other issues. Its strong emphasis on the ultimate being called God has resulted in commonly accepted categories of what could be counted as religion or more religious. It then brings a strict distinction between the sacred and the profane or secular. The issues of ecology, economics, politics, etc., therefore, are often dissociated from religions. This paper aims to challenge that paradigm by promoting Confucian distinctive ways of being religious which have been commonly perceived as having much to do with humanity or social matters. This paper, by using literature study as the method of research, further show the important significance of Confucian religiosity on the issue of ecology. In so doing, the discussion is framed in the underlying assumption of the contemporary ecological discourse on the idea of interconnectedness that humanity and ecology, as well as social and natural science, are actually intertwined and inseparable. Putting that under the term ‘religiosity’, it broadens our understanding of religiosity and implies great significance religions can contribute to the contemporary issues. It is also assumed here that social welfare of human beings cannot be separated from natural welfare of non-human beings since both are interdependent.Wacana keagamaan yang didominasi oleh paradigma agama dunia khususnya agama-agama Abrahamik seperti Islam dan Kristen, membentuk cara padang terhadap agama yang dipahami dan dikaitkan dengan isu-isu lain. Penekanannya yang kuat pada wujud tertinggi yang disebut Tuhan telah menghasilkan kategori-kategori yang diterima secara umum dari apa yang dapat dianggap sebagai agama atau lebih religius. Ini kemudian membawa perbedaan tegas antara yang sakral dan yang profan atau sekuler. Oleh karena itu, isu-isu ekologi, ekonomi, politik, dan lail-lain., seringkali dipisahkan dari agama. Artikel ini bertujuan untuk menantang paradigma tersebut dengan mempromosikan cara-cara beragama yang khas Konfusianisme yang selama ini dianggap banyak berhubungan dengan kemanusiaan atau masalah sosial. Dengan menggunakan studi kepustakaan sebagai metode penelitian, selanjutnya artikel ini menunjukkan pentingnya religiositas Konfusianisme dalam masalah ekologi. Dengan demikian, diskusi dibingkai dalam asumsi yang mendasari wacana ekologi kontemporer tentang gagasan keterkaitan bahwa kemanusiaan dan ekologi, serta ilmu sosial dan alam, sebenarnya saling terkait dan tidak dapat dipisahkan. Menempatkan bahwa di bawah istilah 'religiusitas', itu memperluas pemahaman tentang religiositas dan menyiratkan signifikansi besar agama dapat berkontribusi pada isu-isu kontemporer. Di sini juga diasumsikan bahwa kesejahteraan sosial manusia tidak dapat dipisahkan dari kesejahteraan alam non-manusia karena keduanya saling bergantung.","PeriodicalId":171940,"journal":{"name":"Al-Adyan: Journal of Religious Studies","volume":"312 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2021-12-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":"{\"title\":\"The Ecological Dimension of Confucian Religion: Perceiving Human-Nature Relation in the Anthropocosmic Principle\",\"authors\":\"Krisharyanto Umbu Deta\",\"doi\":\"10.15548/al-adyan.v2i2.3395\",\"DOIUrl\":null,\"url\":null,\"abstract\":\"The religious discourse has been dominated by the paradigm of world religions especially the Abrahamic religions like Islam and Christianity, shaping the way religion being understood and associated with other issues. Its strong emphasis on the ultimate being called God has resulted in commonly accepted categories of what could be counted as religion or more religious. It then brings a strict distinction between the sacred and the profane or secular. The issues of ecology, economics, politics, etc., therefore, are often dissociated from religions. This paper aims to challenge that paradigm by promoting Confucian distinctive ways of being religious which have been commonly perceived as having much to do with humanity or social matters. This paper, by using literature study as the method of research, further show the important significance of Confucian religiosity on the issue of ecology. In so doing, the discussion is framed in the underlying assumption of the contemporary ecological discourse on the idea of interconnectedness that humanity and ecology, as well as social and natural science, are actually intertwined and inseparable. Putting that under the term ‘religiosity’, it broadens our understanding of religiosity and implies great significance religions can contribute to the contemporary issues. It is also assumed here that social welfare of human beings cannot be separated from natural welfare of non-human beings since both are interdependent.Wacana keagamaan yang didominasi oleh paradigma agama dunia khususnya agama-agama Abrahamik seperti Islam dan Kristen, membentuk cara padang terhadap agama yang dipahami dan dikaitkan dengan isu-isu lain. Penekanannya yang kuat pada wujud tertinggi yang disebut Tuhan telah menghasilkan kategori-kategori yang diterima secara umum dari apa yang dapat dianggap sebagai agama atau lebih religius. Ini kemudian membawa perbedaan tegas antara yang sakral dan yang profan atau sekuler. Oleh karena itu, isu-isu ekologi, ekonomi, politik, dan lail-lain., seringkali dipisahkan dari agama. Artikel ini bertujuan untuk menantang paradigma tersebut dengan mempromosikan cara-cara beragama yang khas Konfusianisme yang selama ini dianggap banyak berhubungan dengan kemanusiaan atau masalah sosial. Dengan menggunakan studi kepustakaan sebagai metode penelitian, selanjutnya artikel ini menunjukkan pentingnya religiositas Konfusianisme dalam masalah ekologi. Dengan demikian, diskusi dibingkai dalam asumsi yang mendasari wacana ekologi kontemporer tentang gagasan keterkaitan bahwa kemanusiaan dan ekologi, serta ilmu sosial dan alam, sebenarnya saling terkait dan tidak dapat dipisahkan. Menempatkan bahwa di bawah istilah 'religiusitas', itu memperluas pemahaman tentang religiositas dan menyiratkan signifikansi besar agama dapat berkontribusi pada isu-isu kontemporer. Di sini juga diasumsikan bahwa kesejahteraan sosial manusia tidak dapat dipisahkan dari kesejahteraan alam non-manusia karena keduanya saling bergantung.\",\"PeriodicalId\":171940,\"journal\":{\"name\":\"Al-Adyan: Journal of Religious Studies\",\"volume\":\"312 1\",\"pages\":\"0\"},\"PeriodicalIF\":0.0000,\"publicationDate\":\"2021-12-31\",\"publicationTypes\":\"Journal Article\",\"fieldsOfStudy\":null,\"isOpenAccess\":false,\"openAccessPdf\":\"\",\"citationCount\":\"0\",\"resultStr\":null,\"platform\":\"Semanticscholar\",\"paperid\":null,\"PeriodicalName\":\"Al-Adyan: Journal of Religious Studies\",\"FirstCategoryId\":\"1085\",\"ListUrlMain\":\"https://doi.org/10.15548/al-adyan.v2i2.3395\",\"RegionNum\":0,\"RegionCategory\":null,\"ArticlePicture\":[],\"TitleCN\":null,\"AbstractTextCN\":null,\"PMCID\":null,\"EPubDate\":\"\",\"PubModel\":\"\",\"JCR\":\"\",\"JCRName\":\"\",\"Score\":null,\"Total\":0}","platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Al-Adyan: Journal of Religious Studies","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.15548/al-adyan.v2i2.3395","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
摘要
宗教话语一直被世界宗教的范式所主导,尤其是像伊斯兰教和基督教这样的亚伯拉罕宗教,塑造了宗教被理解和与其他问题联系在一起的方式。它强烈强调被称为上帝的终极存在,这导致了人们普遍接受的可以算作宗教或更宗教的类别。然后,它带来了一个严格的区分神圣和世俗或世俗。因此,生态、经济、政治等问题往往与宗教分离。本文旨在通过推广儒家独特的宗教方式来挑战这种范式,这些方式通常被认为与人性或社会事务有很大关系。本文以文献研究法为研究方法,进一步显示儒家宗教性在生态问题上的重要意义。在这样做的过程中,讨论是在当代生态话语的基本假设框架下进行的,即人类和生态,以及社会和自然科学,实际上是交织在一起的,不可分割的。把它放在“宗教虔诚”一词下,它拓宽了我们对宗教虔诚的理解,并暗示了宗教对当代问题的重要贡献。这里还假设,人类的社会福利不能与非人类的自然福利分开,因为两者是相互依存的。Wacana keagamaan yang didominasi oleh范式agama dunia khususnya agama-agama Abrahamik seperti Islam dan Kristen, membentuk cara padang terhadap agama yang dipahami dan dikaitkan dengan isu-isu lain。Penekanannya yang kuat pada wujud tertinggi yang disebut Tuhan telah menghasilkan kategori-kategori yang diterima secara umum dari apa yang dapat dianggap sebagai agama atau lebih religius。Ini kemudian membawa perbedaan and tegas antara yang sakral dan yang profan atau sekuler。Oleh karena itu, isu-isu生态学,经济学,政治学,dan laillain。, seringkali dipisahkan dari agama。Artikel ini bertujuan untuk menantang范式teresbut dengan mempromosikan cara-cara beragama yang khas konfuusime yang selama ini dianggap banyak berhubungan dengan kemanusian and atau masalah social。登安蒙古纳坎的研究与研究的方法与方法;登安蒙古纳坎的研究与研究;登安蒙古纳坎的研究与研究;登安蒙古纳坎的研究与研究;Dengan demikian, diskusi dibingkai dalam asumsi yang mendasari wacana ekologi kontemporer tentangagasan keterkaitan bahwa kemanusiaan an ekologi, serta ilmu social dan alam, sebenarya saling terkait dan tidak dapat dipisahkan。Menempatkan bahwa di bawah istilah 'religiusitas',其成员为penahaman tentang religiositas和menyiratas。Di sini juga diasumsikan bahwa kesejahteraan社会杂志,dapat dipisahkan dari kesejahteraan警报,非杂志,karena keduanya销售bergantung。
The Ecological Dimension of Confucian Religion: Perceiving Human-Nature Relation in the Anthropocosmic Principle
The religious discourse has been dominated by the paradigm of world religions especially the Abrahamic religions like Islam and Christianity, shaping the way religion being understood and associated with other issues. Its strong emphasis on the ultimate being called God has resulted in commonly accepted categories of what could be counted as religion or more religious. It then brings a strict distinction between the sacred and the profane or secular. The issues of ecology, economics, politics, etc., therefore, are often dissociated from religions. This paper aims to challenge that paradigm by promoting Confucian distinctive ways of being religious which have been commonly perceived as having much to do with humanity or social matters. This paper, by using literature study as the method of research, further show the important significance of Confucian religiosity on the issue of ecology. In so doing, the discussion is framed in the underlying assumption of the contemporary ecological discourse on the idea of interconnectedness that humanity and ecology, as well as social and natural science, are actually intertwined and inseparable. Putting that under the term ‘religiosity’, it broadens our understanding of religiosity and implies great significance religions can contribute to the contemporary issues. It is also assumed here that social welfare of human beings cannot be separated from natural welfare of non-human beings since both are interdependent.Wacana keagamaan yang didominasi oleh paradigma agama dunia khususnya agama-agama Abrahamik seperti Islam dan Kristen, membentuk cara padang terhadap agama yang dipahami dan dikaitkan dengan isu-isu lain. Penekanannya yang kuat pada wujud tertinggi yang disebut Tuhan telah menghasilkan kategori-kategori yang diterima secara umum dari apa yang dapat dianggap sebagai agama atau lebih religius. Ini kemudian membawa perbedaan tegas antara yang sakral dan yang profan atau sekuler. Oleh karena itu, isu-isu ekologi, ekonomi, politik, dan lail-lain., seringkali dipisahkan dari agama. Artikel ini bertujuan untuk menantang paradigma tersebut dengan mempromosikan cara-cara beragama yang khas Konfusianisme yang selama ini dianggap banyak berhubungan dengan kemanusiaan atau masalah sosial. Dengan menggunakan studi kepustakaan sebagai metode penelitian, selanjutnya artikel ini menunjukkan pentingnya religiositas Konfusianisme dalam masalah ekologi. Dengan demikian, diskusi dibingkai dalam asumsi yang mendasari wacana ekologi kontemporer tentang gagasan keterkaitan bahwa kemanusiaan dan ekologi, serta ilmu sosial dan alam, sebenarnya saling terkait dan tidak dapat dipisahkan. Menempatkan bahwa di bawah istilah 'religiusitas', itu memperluas pemahaman tentang religiositas dan menyiratkan signifikansi besar agama dapat berkontribusi pada isu-isu kontemporer. Di sini juga diasumsikan bahwa kesejahteraan sosial manusia tidak dapat dipisahkan dari kesejahteraan alam non-manusia karena keduanya saling bergantung.