{"title":"Pemikiran dan Peranan Sayyid Idrus Bin Salim Aljufri terhadap Perkembangan Pendidikan Islam di Manado","authors":"Lisa Aisyiah Rasyid, S. Supriadi, Siti Aisa","doi":"10.30984/J.V3I1.857","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Abstrack. As one of the scholars of the hadramain who played an important role in the development of islamic education in the eastern region of Indonesia, It is important to understand how the thinking and role of sayyid, the iraniacal bin salim aljufri, especially in the tower of the thousand churches, the city of manado. When Indonesia is beset by two themes of political persecution, fierce debate over islamic relations and countries between \"secular\" and religious nationalists, and the struggle between the hadrami of loyalty and integrity against the land between Indonesia or hadramaut. As one of the scholars of hadrami in the eastern region of Indonesia (kti), the old teacher did not get caught up in the political ideology of the political ideology, focusing on the movement: education, the preaching work, and the social empowerment, to the establishing of an alkhairaat islamic college in 1930. In 1934, the old master sent one of his disciples, muhammad qasim maragau for the preaching of the manado. In 1947 the official alkhairaat opened a branch in the town of manado, north sulawesi, to the rest of the istiqlal (Arab village), the following year in 1960 became a boarding school. From 1960 to 1996 the number of islamic islamic educational institutions of alkhairaate in sulut including manado steadily rises up to 167 branches, 2 of which is a boarding school located in the city of manado.Keywords:Guru Tua, Alkhairaat,Thought, role, Manado Abstrak. Sebagai salah satu ulama hadramain yang berperan penting terhadap perkembangan pendidikan Islam di Kawasan Timur Indonesia, penting kiranya untuk memahami bagaimana pemikiran dan peran Sayyid Idrus bin Salim Aljufri khususnya di wilayah Menara Seribu Gereja, Kota Manado. Ketika Indonesia dilanda oleh dua tema diskursus politik yang terjadi, yaitu perdebatan sengit tentang hubungan Islam dan negara antara kaum nasionalis “sekuler” dan nasionalis religious, dan pergumulan di kalangan Hadrami tentang loyalitas dan integritas terhadap tanah air antara Indonesia atau Hadramaut. Sebagai salah ulama Hadrami di wilayah Kawasan Timur Indonesia (KTI), Guru Tua tidak terjebak pada perdebatan ideologi politik tersebut, justru memfokuskan diri pada gerakan: pendidikan, dakwah, dan pemberdayaan sosial, hingga mendirikan sebuah perguruan Islam Alkhairaat pada tahun 1930. Pada tahun 1934, Guru Tua kemudian mengutus salah seorang muridnya, Muhammad Qasim Maragau untuk berdakwah ke Manado.Pada tahun 1947, Alkhairaat resmi membuka cabang di Kota Manado, Sulawesi Utara, tepatnya di Kelurahan Istiqlal (kampung Arab), yang selanjutnya pada tahun 1960 berkembang menjadi sebuah pondok pesantren. Sejak tahun 1960 hingga 1996 jumlah lembaga pendidikan Islam Alkhairaat di Sulut termasuk Manado terus meningkat hingga menjadi 167 cabang, 2 diantaranya adalah pondok pesantren yang berlokasi di kota Manado.Kata kunci: Guru Tua, Alkhairaat, Pemikiran, Peran, Manado.","PeriodicalId":435657,"journal":{"name":"Journal of Islamic Education Policy","volume":"36 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2018-07-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Journal of Islamic Education Policy","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.30984/J.V3I1.857","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
摘要
抽象。作为对印尼东部地区伊斯兰教教育发展起到重要作用的哈德拉曼学者之一,了解伊朗人赛义德(bin salim aljufri)的思想和作用是非常重要的,特别是在万鸦老市的千教堂塔中。当印尼被政治迫害的两个主题所困扰时,“世俗”和宗教民族主义者之间关于伊斯兰关系和国家的激烈辩论,以及忠诚和正直的哈德拉米与印度尼西亚或哈德拉毛之间的土地之间的斗争。作为印尼东部地区(kti)的哈德拉米学者之一,这位老老师没有陷入政治意识形态的政治意识形态,而是专注于运动:教育、传教工作和社会赋权,直到1930年建立了一所伊斯兰学院。1934年,老大师派了他的一个弟子穆罕默德·卡西姆·马拉高去宣讲马纳多。1947年,官方的alkhairaat在北苏拉威西岛的manado镇开设了一所分校,向其余的istiqlal(阿拉伯村)开放,次年在1960年成为一所寄宿学校。从1960年到1996年,包括万纳多在内的苏禄地区的伊斯兰教教育机构数量稳步上升至167个分支机构,其中2个是位于万纳多市的寄宿学校。关键词:上师,阿尔卡伊拉,思想,作用,万鸦鸦文摘Sebagai salah satu ulama hadramain yang berperan penhadap perkembangan pendidikan Islam di Kawasan Timur印度尼西亚,penting kiranya untuk memahami bagaimana pemikiran dan peran Sayyid Idrus bin Salim Aljufri khususnya di wilayah Menara Seribu Gereja, Kota Manado。Ketika Indonesia dilanda oleh dua tema diskursus politik yang terjaut, yititperdebatan sangiit tentenan hubungan Islam, dannegara antara kaum nationalist,“sekuler”,dannationalist religis, danpergumulan di kalangan Hadrami, tenalitas danintegritas terhadap tanah air, antara Indonesia atau Hadramaut。印度尼西亚(KTI),宗师Tua tidak terjebak pagada perdebatan ideology politik tersebut, justru memfokuskan diri pagada gerakan: pendidikan, dakwah, dan pemberdayaan社会,hinga mendirikan sebuah perguran Islam Alkhairaat pagada tahun, 1930。padtahun 1934, Guru Tua kemudian mengutus salah seorang muridnya, Muhammad Qasim Maragau untuk berdakwah ke Manado。1947年,Alkhairaat resmi membuka cabang di Kota Manado,苏拉威西,tepatnya di Kelurahan Istiqlal(甘邦阿拉伯语),1960年,berkembang menjadi sebuah pondok pesantren。Sejak tahun 1960 hinga 1996 jumlah lembaga pendidikan伊斯兰教Alkhairaat di Sulut termasuk Manado terus meningkat singga menjadi 167 cabang, 2 diantaranya adalah pondok pesantren yang berlokasi di kota Manado。Kata kunci: Guru Tua, Alkhairaat, Pemikiran, Peran, Manado。
Pemikiran dan Peranan Sayyid Idrus Bin Salim Aljufri terhadap Perkembangan Pendidikan Islam di Manado
Abstrack. As one of the scholars of the hadramain who played an important role in the development of islamic education in the eastern region of Indonesia, It is important to understand how the thinking and role of sayyid, the iraniacal bin salim aljufri, especially in the tower of the thousand churches, the city of manado. When Indonesia is beset by two themes of political persecution, fierce debate over islamic relations and countries between "secular" and religious nationalists, and the struggle between the hadrami of loyalty and integrity against the land between Indonesia or hadramaut. As one of the scholars of hadrami in the eastern region of Indonesia (kti), the old teacher did not get caught up in the political ideology of the political ideology, focusing on the movement: education, the preaching work, and the social empowerment, to the establishing of an alkhairaat islamic college in 1930. In 1934, the old master sent one of his disciples, muhammad qasim maragau for the preaching of the manado. In 1947 the official alkhairaat opened a branch in the town of manado, north sulawesi, to the rest of the istiqlal (Arab village), the following year in 1960 became a boarding school. From 1960 to 1996 the number of islamic islamic educational institutions of alkhairaate in sulut including manado steadily rises up to 167 branches, 2 of which is a boarding school located in the city of manado.Keywords:Guru Tua, Alkhairaat,Thought, role, Manado Abstrak. Sebagai salah satu ulama hadramain yang berperan penting terhadap perkembangan pendidikan Islam di Kawasan Timur Indonesia, penting kiranya untuk memahami bagaimana pemikiran dan peran Sayyid Idrus bin Salim Aljufri khususnya di wilayah Menara Seribu Gereja, Kota Manado. Ketika Indonesia dilanda oleh dua tema diskursus politik yang terjadi, yaitu perdebatan sengit tentang hubungan Islam dan negara antara kaum nasionalis “sekuler” dan nasionalis religious, dan pergumulan di kalangan Hadrami tentang loyalitas dan integritas terhadap tanah air antara Indonesia atau Hadramaut. Sebagai salah ulama Hadrami di wilayah Kawasan Timur Indonesia (KTI), Guru Tua tidak terjebak pada perdebatan ideologi politik tersebut, justru memfokuskan diri pada gerakan: pendidikan, dakwah, dan pemberdayaan sosial, hingga mendirikan sebuah perguruan Islam Alkhairaat pada tahun 1930. Pada tahun 1934, Guru Tua kemudian mengutus salah seorang muridnya, Muhammad Qasim Maragau untuk berdakwah ke Manado.Pada tahun 1947, Alkhairaat resmi membuka cabang di Kota Manado, Sulawesi Utara, tepatnya di Kelurahan Istiqlal (kampung Arab), yang selanjutnya pada tahun 1960 berkembang menjadi sebuah pondok pesantren. Sejak tahun 1960 hingga 1996 jumlah lembaga pendidikan Islam Alkhairaat di Sulut termasuk Manado terus meningkat hingga menjadi 167 cabang, 2 diantaranya adalah pondok pesantren yang berlokasi di kota Manado.Kata kunci: Guru Tua, Alkhairaat, Pemikiran, Peran, Manado.