{"title":"子宫颈癌患者的宗教地位","authors":"Natalia Tamba, D. Adila, Riau Roslita","doi":"10.36341/jka.v6i1.2093","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Penderita kanker akan mengalami salah satu faktor stres dan cemas. Stres sangat berpengaruh terhadap konsep diri dan penerimaan diri penderita. Hal ini berhubungan terhadap kebahagiaan, kesejahteraan dan kepuasan hidup penderita. Sehingga diperlukan dukungan religiusitas untuk tetap menjalankan keyakinan agama agar konsep diri dan penerimaan diri terkait kondisi penyakit yang dialami lebih baik. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan religiusitas terhadap Subjective Well-Being (SWB) pada pasien kanker serviks. Pengambilan data pada penelitian ini dengan menggunakan kuesioner religiusitas dan Subjective Well-Being (SWB). Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif dengan desain deskriptif korelasi dan menggunakan pendekatan Cross Sectional. Sampel dalam penelitian ini diambil dengan teknik purposive sampling sebanyak 49 responden. Penelitian ini menggunakan analisis bivariat yaitu uji alternatif dengan penggabungan cell. Hasil penelitian ini di dapatkan bahwa P value 0,251 > 0,05, hal ini berarti tidak terdapat hubungan religiusitas terhadap Subjective Well-Being (SWB) pada pasien kanker serviks. Maka berdasarkan penelitian ini didapat bahwa adanya beberapa faktor yang memengaruhi Subjective Well-Being (SWB) seperti kesehatan dan pendidikan terakhir. Meskipun tidak terdapat hubungan diharapkan kepada pasien kanker serviks tetap menjalankan praktik agamanya guna meningkatkan kualitas hidupnya dan mengurangi kecemasan yang dirasakan.","PeriodicalId":250775,"journal":{"name":"Jurnal Keperawatan Abdurrab","volume":"52 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2022-07-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":"{\"title\":\"HUBUNGAN RELIGIUSITAS TERHADAP SUBJECTIVE WELL-BEING (SWB) PADA PASIEN KANKER SERVIKS\",\"authors\":\"Natalia Tamba, D. Adila, Riau Roslita\",\"doi\":\"10.36341/jka.v6i1.2093\",\"DOIUrl\":null,\"url\":null,\"abstract\":\"Penderita kanker akan mengalami salah satu faktor stres dan cemas. Stres sangat berpengaruh terhadap konsep diri dan penerimaan diri penderita. Hal ini berhubungan terhadap kebahagiaan, kesejahteraan dan kepuasan hidup penderita. Sehingga diperlukan dukungan religiusitas untuk tetap menjalankan keyakinan agama agar konsep diri dan penerimaan diri terkait kondisi penyakit yang dialami lebih baik. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan religiusitas terhadap Subjective Well-Being (SWB) pada pasien kanker serviks. Pengambilan data pada penelitian ini dengan menggunakan kuesioner religiusitas dan Subjective Well-Being (SWB). Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif dengan desain deskriptif korelasi dan menggunakan pendekatan Cross Sectional. Sampel dalam penelitian ini diambil dengan teknik purposive sampling sebanyak 49 responden. Penelitian ini menggunakan analisis bivariat yaitu uji alternatif dengan penggabungan cell. Hasil penelitian ini di dapatkan bahwa P value 0,251 > 0,05, hal ini berarti tidak terdapat hubungan religiusitas terhadap Subjective Well-Being (SWB) pada pasien kanker serviks. Maka berdasarkan penelitian ini didapat bahwa adanya beberapa faktor yang memengaruhi Subjective Well-Being (SWB) seperti kesehatan dan pendidikan terakhir. Meskipun tidak terdapat hubungan diharapkan kepada pasien kanker serviks tetap menjalankan praktik agamanya guna meningkatkan kualitas hidupnya dan mengurangi kecemasan yang dirasakan.\",\"PeriodicalId\":250775,\"journal\":{\"name\":\"Jurnal Keperawatan Abdurrab\",\"volume\":\"52 1\",\"pages\":\"0\"},\"PeriodicalIF\":0.0000,\"publicationDate\":\"2022-07-01\",\"publicationTypes\":\"Journal Article\",\"fieldsOfStudy\":null,\"isOpenAccess\":false,\"openAccessPdf\":\"\",\"citationCount\":\"0\",\"resultStr\":null,\"platform\":\"Semanticscholar\",\"paperid\":null,\"PeriodicalName\":\"Jurnal Keperawatan Abdurrab\",\"FirstCategoryId\":\"1085\",\"ListUrlMain\":\"https://doi.org/10.36341/jka.v6i1.2093\",\"RegionNum\":0,\"RegionCategory\":null,\"ArticlePicture\":[],\"TitleCN\":null,\"AbstractTextCN\":null,\"PMCID\":null,\"EPubDate\":\"\",\"PubModel\":\"\",\"JCR\":\"\",\"JCRName\":\"\",\"Score\":null,\"Total\":0}","platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Jurnal Keperawatan Abdurrab","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.36341/jka.v6i1.2093","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
HUBUNGAN RELIGIUSITAS TERHADAP SUBJECTIVE WELL-BEING (SWB) PADA PASIEN KANKER SERVIKS
Penderita kanker akan mengalami salah satu faktor stres dan cemas. Stres sangat berpengaruh terhadap konsep diri dan penerimaan diri penderita. Hal ini berhubungan terhadap kebahagiaan, kesejahteraan dan kepuasan hidup penderita. Sehingga diperlukan dukungan religiusitas untuk tetap menjalankan keyakinan agama agar konsep diri dan penerimaan diri terkait kondisi penyakit yang dialami lebih baik. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan religiusitas terhadap Subjective Well-Being (SWB) pada pasien kanker serviks. Pengambilan data pada penelitian ini dengan menggunakan kuesioner religiusitas dan Subjective Well-Being (SWB). Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif dengan desain deskriptif korelasi dan menggunakan pendekatan Cross Sectional. Sampel dalam penelitian ini diambil dengan teknik purposive sampling sebanyak 49 responden. Penelitian ini menggunakan analisis bivariat yaitu uji alternatif dengan penggabungan cell. Hasil penelitian ini di dapatkan bahwa P value 0,251 > 0,05, hal ini berarti tidak terdapat hubungan religiusitas terhadap Subjective Well-Being (SWB) pada pasien kanker serviks. Maka berdasarkan penelitian ini didapat bahwa adanya beberapa faktor yang memengaruhi Subjective Well-Being (SWB) seperti kesehatan dan pendidikan terakhir. Meskipun tidak terdapat hubungan diharapkan kepada pasien kanker serviks tetap menjalankan praktik agamanya guna meningkatkan kualitas hidupnya dan mengurangi kecemasan yang dirasakan.