{"title":"Prevalensi mutasi epidermal growth factor receptor (EGFR) pada adenokarsinoma paru di Rumah Sakit MRCCC Siloam Jakarta","authors":"Budiarjo Notonagoro Raharjo, Sony Sugiharto","doi":"10.24912/tmj.v4i2.18052","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Kanker paru merupakan kanker kedua terbanyak setelah kanker payudara di seluruh dunia. Data Globocan 2020 memperlihatkan terdapat 2.206.771 kasus kanker paru (11,4%) dari 19.292.789 kasus kanker di dunia. Kanker paru juga menyebabkan kematian terbanyak dari seluruh kematian karena kanker. Di Indonesia kanker paru menempati urutan ketiga setelah kanker payudara dan serviks. Insiden mutasi epidermal growth factor receptor (EGFR) pada adenokarsinoma paru lebih tinggi pada wanita dari populasi Kaukasia dan Asia. Selain itu, wanita Asia yang tidak merokok memiliki tingkat mutasi genetik yang lebih tinggi. Indonesia adalah negara besar dengan lebih dari 300 kelompok etnis yang berbeda dengan tingkat potensi mutasi yang berbeda. Studi ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi dan jenis mutasi EGFR pada pasien adenokarsinoma paru. Metode yang digunakan dalam studi ini adalah deskriptif dengan menggunakan desain cross-sectional. Studi ini menggunakan 130 sampel dari pasien RS MRCCC Siloam yang menderita adenokarsinoma paru selama tahun 2019-2020. Prevalensi mutasi EGFR sebanyak 47 kasus (36,2%). Jenis mutasi EGFR yaitu delesi exon 19 sebanyak 25 kasus (19,2 %), mutasi titik L858R exon 21 sebanyak 18 kasus (13,8 %), mutasi titik T790M exon 20; L858R exon 21 sebanyak 2 kasus (1,5%), delesi exon 20 dan mutasi titik L861Q exon 21 masing-masing sebanyak 1 kasus (0,8%). ","PeriodicalId":416279,"journal":{"name":"Tarumanagara Medical Journal","volume":"6 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2022-12-02","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Tarumanagara Medical Journal","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.24912/tmj.v4i2.18052","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
Prevalensi mutasi epidermal growth factor receptor (EGFR) pada adenokarsinoma paru di Rumah Sakit MRCCC Siloam Jakarta
Kanker paru merupakan kanker kedua terbanyak setelah kanker payudara di seluruh dunia. Data Globocan 2020 memperlihatkan terdapat 2.206.771 kasus kanker paru (11,4%) dari 19.292.789 kasus kanker di dunia. Kanker paru juga menyebabkan kematian terbanyak dari seluruh kematian karena kanker. Di Indonesia kanker paru menempati urutan ketiga setelah kanker payudara dan serviks. Insiden mutasi epidermal growth factor receptor (EGFR) pada adenokarsinoma paru lebih tinggi pada wanita dari populasi Kaukasia dan Asia. Selain itu, wanita Asia yang tidak merokok memiliki tingkat mutasi genetik yang lebih tinggi. Indonesia adalah negara besar dengan lebih dari 300 kelompok etnis yang berbeda dengan tingkat potensi mutasi yang berbeda. Studi ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi dan jenis mutasi EGFR pada pasien adenokarsinoma paru. Metode yang digunakan dalam studi ini adalah deskriptif dengan menggunakan desain cross-sectional. Studi ini menggunakan 130 sampel dari pasien RS MRCCC Siloam yang menderita adenokarsinoma paru selama tahun 2019-2020. Prevalensi mutasi EGFR sebanyak 47 kasus (36,2%). Jenis mutasi EGFR yaitu delesi exon 19 sebanyak 25 kasus (19,2 %), mutasi titik L858R exon 21 sebanyak 18 kasus (13,8 %), mutasi titik T790M exon 20; L858R exon 21 sebanyak 2 kasus (1,5%), delesi exon 20 dan mutasi titik L861Q exon 21 masing-masing sebanyak 1 kasus (0,8%).