{"title":"KESULTANAN BUTON PADA MASA PEMERINTAHAN SULTAN ANHARUDDIN: 1823-1824","authors":"Yuni H, Aslim Aslim, Faika Burhan","doi":"10.33772/history.v4i2.1463","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan profil Sultan Anharuddin yang menjadi Sultan Buton ke-28 pada tahun 1823-1824, untuk mengetahui proses pengangkatan Anharuddin sebagai Sultan Buton pada tahun 1823, serta untuk mengetahui kondisi Kesultanan Buton pada masa pemerintahan Sultan Anharuddin. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah yang terdiri dari lima tahap kegiatan, yaitu: (a) Pemilihan topik; (b) Heuristik sumber; (c) Verifikasi sumber; (d) Interpretasi, dan (e) Historiografi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Sultan Anharuddin atau La Dani, yang lahir pada tanggal 4 Rajab 1152 Hijriah, merupakan keturunan bangsawan dari golongan Tapi-Tapi. Orang tua Sultan Anharuddin bernama La Masalimu dan ibunya bernama Wa Ode Bawine Putri Kapitalao Itembana Walanda La Ode Ungkuabuso. Sultan Anharuddin menikah dengan Wa Ode Mufti. Anak Sultan Anharuddin dan Wa Ode Mufti adalah Wa Ode Baawu, Wa Ode Moha Raja Tiworo, Wa Ode Ramli Wolowo, Wa Ode Hinusu, Sapati Baadia, dan Wa Ode Aidi Baluna Kapitalao Waale-ale. Proses pengangkatan Anharuddin sebagai Sultan Buton dilakukan setelah Sultan Anharuddin berhasil mengusir Bajak Laut Tobelo. Pemerintahan Sultan Anharuddin sebagai seorang sultan tidak berjalan dengan baik. Hal ini terjadi karena Sultan Anharuddin tidak bersedia menjalankan isi kontrak Dewan Syara Kesultanan Buton dengan pemerintah Belanda sehingga keadaan ekonomi, sosial, dan budaya pada masa pemerintahannya tidak berjalan dengan baik. Kondisi pertahanan dan keamanan Kesultanan Buton pada masa pemerintahan Sultan Anharuddin juga kurang kondusif.","PeriodicalId":163067,"journal":{"name":"Journal Idea of History","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2021-12-27","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Journal Idea of History","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.33772/history.v4i2.1463","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
摘要
本研究的目的是描述苏丹·阿鲁丁(Sultan Anharuddin)在1823年至1824年成为苏丹布顿(Buton)的资料,了解1823年任命阿鲁丁为苏丹布顿(Sultan Buton)的过程,以及了解布顿苏丹统治时期的苏丹布顿的状况。本研究采用的方法包括五个活动阶段的历史方法,即(a)选择主题;(b)来源启发;(c)源验证;(d)解释,(e)史学。研究结果表明,出生在Rajab 1152 Hijriah的苏丹Anharuddin或La Dani是但是王室后裔。苏丹Anharuddin的父母叫La Masalimu,他的母亲叫Wa Ode Bawine, krishna Itembana Walanda La oanda。苏丹Anharuddin娶了Wa Ode Mufti。苏丹Anharuddin和Wa Ode Mufti的儿子是Wa Ode Baawu, Wa Ode Ramli Wolowo, Wa Ode Hinusu, Sapati Baadia和Wa Ode Aidi baaleale。任命安哈丁为布顿苏丹的过程是在苏丹安哈丁成功驱逐托贝洛海盗之后进行的。苏丹作为苏丹的统治并不顺利。这是因为苏丹阿鲁丁不愿意与荷兰政府签订苏丹苏丹国理事会的合同,因此他统治时期的经济、社会和文化状况不佳。苏丹安哈丁统治期间,布顿苏丹的防御和安全状况也不太好。
KESULTANAN BUTON PADA MASA PEMERINTAHAN SULTAN ANHARUDDIN: 1823-1824
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan profil Sultan Anharuddin yang menjadi Sultan Buton ke-28 pada tahun 1823-1824, untuk mengetahui proses pengangkatan Anharuddin sebagai Sultan Buton pada tahun 1823, serta untuk mengetahui kondisi Kesultanan Buton pada masa pemerintahan Sultan Anharuddin. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah yang terdiri dari lima tahap kegiatan, yaitu: (a) Pemilihan topik; (b) Heuristik sumber; (c) Verifikasi sumber; (d) Interpretasi, dan (e) Historiografi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Sultan Anharuddin atau La Dani, yang lahir pada tanggal 4 Rajab 1152 Hijriah, merupakan keturunan bangsawan dari golongan Tapi-Tapi. Orang tua Sultan Anharuddin bernama La Masalimu dan ibunya bernama Wa Ode Bawine Putri Kapitalao Itembana Walanda La Ode Ungkuabuso. Sultan Anharuddin menikah dengan Wa Ode Mufti. Anak Sultan Anharuddin dan Wa Ode Mufti adalah Wa Ode Baawu, Wa Ode Moha Raja Tiworo, Wa Ode Ramli Wolowo, Wa Ode Hinusu, Sapati Baadia, dan Wa Ode Aidi Baluna Kapitalao Waale-ale. Proses pengangkatan Anharuddin sebagai Sultan Buton dilakukan setelah Sultan Anharuddin berhasil mengusir Bajak Laut Tobelo. Pemerintahan Sultan Anharuddin sebagai seorang sultan tidak berjalan dengan baik. Hal ini terjadi karena Sultan Anharuddin tidak bersedia menjalankan isi kontrak Dewan Syara Kesultanan Buton dengan pemerintah Belanda sehingga keadaan ekonomi, sosial, dan budaya pada masa pemerintahannya tidak berjalan dengan baik. Kondisi pertahanan dan keamanan Kesultanan Buton pada masa pemerintahan Sultan Anharuddin juga kurang kondusif.