Agus Tatang Sopandi, Gede Suwardika, Kadek Masakazu, Nia Erlina
{"title":"赋予Sentra chips Tempe妇女权力,以促进社会收入和经济","authors":"Agus Tatang Sopandi, Gede Suwardika, Kadek Masakazu, Nia Erlina","doi":"10.37729/abdimas.v7i2.2524","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Salah satu IRT yang bergerak dibidang camilan adalah ibu Nur Aini. Ibu Nur Aini sudah lebih dari 10 tahun menggeluti usaha camilan keripik tempe. Awal berdirinya usaha ini hanya mempunyai 1 orang karyawan. Saat ini, mitra rata-rata mampu memproduksi sekitar 200-300 bungkus keripik tempe/hari dengan harga 1 bungkus Rp.1.000, dengan tingkat keuntungan sekitar 10 %- 25% dari harga jual. Akar permasalahan pada prioritas masalah yang dialamai mitra adalah proses produksi keripik tempe yang masih konvensional, pemotongan tempe dilakukan secara manual; pengemasan produk hanya menggunakan plastik yang dilipat kemudian di eratkan menggunakan staples; pola pemasaran yang hanya mengandalkan akses sekitar tempat tinggal mitra; dan bbelum mendapatkan ijin PIRT. Solusi permasalahan dalam program PKM dilaksanakan dengan mengadopsi metode PALS (participatory learning system). Pelaksanaan program PKM dengan metode PALS meliputi empat tahapan utama, yakni tahap penyadaran, tahap pengkapasitasan, tahap pendampingan, serta tahap pelembagaan. Respon keterlaksanaan kegiatan mendapatkan hasil 60% responden menanggapi dengan baik dan 40% lainnya menanggapi dengan sangat baik. Hasil yang didapatkan adalah peningkatan keterampilan mitra, kemampuan memproduksi berbasis IPTEK dengan lebih optimal, desain produk dan kemasan baru yang lebih modern, konsistensi membuat konten promosi melalui media sosial, serta pembuatan akun di salah satu marketplace, sehingga PIRT keripik tempe mampu meningkatkan penjualan.","PeriodicalId":102978,"journal":{"name":"Surya Abdimas","volume":"50 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2023-04-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":"{\"title\":\"Pemberdayaan Kelompok Perempuan Sentra Keripik Tempe Untuk Meningkatkan Pendapatan dan Ekonomi Masyarakat\",\"authors\":\"Agus Tatang Sopandi, Gede Suwardika, Kadek Masakazu, Nia Erlina\",\"doi\":\"10.37729/abdimas.v7i2.2524\",\"DOIUrl\":null,\"url\":null,\"abstract\":\"Salah satu IRT yang bergerak dibidang camilan adalah ibu Nur Aini. Ibu Nur Aini sudah lebih dari 10 tahun menggeluti usaha camilan keripik tempe. Awal berdirinya usaha ini hanya mempunyai 1 orang karyawan. Saat ini, mitra rata-rata mampu memproduksi sekitar 200-300 bungkus keripik tempe/hari dengan harga 1 bungkus Rp.1.000, dengan tingkat keuntungan sekitar 10 %- 25% dari harga jual. Akar permasalahan pada prioritas masalah yang dialamai mitra adalah proses produksi keripik tempe yang masih konvensional, pemotongan tempe dilakukan secara manual; pengemasan produk hanya menggunakan plastik yang dilipat kemudian di eratkan menggunakan staples; pola pemasaran yang hanya mengandalkan akses sekitar tempat tinggal mitra; dan bbelum mendapatkan ijin PIRT. Solusi permasalahan dalam program PKM dilaksanakan dengan mengadopsi metode PALS (participatory learning system). Pelaksanaan program PKM dengan metode PALS meliputi empat tahapan utama, yakni tahap penyadaran, tahap pengkapasitasan, tahap pendampingan, serta tahap pelembagaan. Respon keterlaksanaan kegiatan mendapatkan hasil 60% responden menanggapi dengan baik dan 40% lainnya menanggapi dengan sangat baik. Hasil yang didapatkan adalah peningkatan keterampilan mitra, kemampuan memproduksi berbasis IPTEK dengan lebih optimal, desain produk dan kemasan baru yang lebih modern, konsistensi membuat konten promosi melalui media sosial, serta pembuatan akun di salah satu marketplace, sehingga PIRT keripik tempe mampu meningkatkan penjualan.\",\"PeriodicalId\":102978,\"journal\":{\"name\":\"Surya Abdimas\",\"volume\":\"50 1\",\"pages\":\"0\"},\"PeriodicalIF\":0.0000,\"publicationDate\":\"2023-04-28\",\"publicationTypes\":\"Journal Article\",\"fieldsOfStudy\":null,\"isOpenAccess\":false,\"openAccessPdf\":\"\",\"citationCount\":\"0\",\"resultStr\":null,\"platform\":\"Semanticscholar\",\"paperid\":null,\"PeriodicalName\":\"Surya Abdimas\",\"FirstCategoryId\":\"1085\",\"ListUrlMain\":\"https://doi.org/10.37729/abdimas.v7i2.2524\",\"RegionNum\":0,\"RegionCategory\":null,\"ArticlePicture\":[],\"TitleCN\":null,\"AbstractTextCN\":null,\"PMCID\":null,\"EPubDate\":\"\",\"PubModel\":\"\",\"JCR\":\"\",\"JCRName\":\"\",\"Score\":null,\"Total\":0}","platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Surya Abdimas","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.37729/abdimas.v7i2.2524","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
摘要
Nur Aini的母亲是研究零食的IRT之一。Nur Aini的母亲已经经营了10多年的tempe片生意。这家公司最初只有一名员工。目前,合伙人平均每天生产200-300包坦佩薯片,价格为1卢比1包,利润比销售价格高出10% - 25%。优先级问题的根源是传统的tempe芯片生产过程,手工切割tempe;产品包装只使用折叠塑料,然后用订书钉固定;营销模式只依赖于对合伙人住所的访问;并没有得到服务许可证。PKM项目的问题解决方案是采用PALS方法(participatory learning system)实现的。以PALS方法实施PKM项目包括四个主要阶段,即恢复阶段、分配阶段、裁员和制度化。民意调查结果显示,60%的受访者反应良好,40%的人反应良好。其结果将是改善合作伙伴的技能、更好地以IPTEK为基础的生产能力、更现代的产品设计和包装、通过社交媒体创建促销内容的一致性以及在一家市场上建立账户,从而增加销售能力。
Pemberdayaan Kelompok Perempuan Sentra Keripik Tempe Untuk Meningkatkan Pendapatan dan Ekonomi Masyarakat
Salah satu IRT yang bergerak dibidang camilan adalah ibu Nur Aini. Ibu Nur Aini sudah lebih dari 10 tahun menggeluti usaha camilan keripik tempe. Awal berdirinya usaha ini hanya mempunyai 1 orang karyawan. Saat ini, mitra rata-rata mampu memproduksi sekitar 200-300 bungkus keripik tempe/hari dengan harga 1 bungkus Rp.1.000, dengan tingkat keuntungan sekitar 10 %- 25% dari harga jual. Akar permasalahan pada prioritas masalah yang dialamai mitra adalah proses produksi keripik tempe yang masih konvensional, pemotongan tempe dilakukan secara manual; pengemasan produk hanya menggunakan plastik yang dilipat kemudian di eratkan menggunakan staples; pola pemasaran yang hanya mengandalkan akses sekitar tempat tinggal mitra; dan bbelum mendapatkan ijin PIRT. Solusi permasalahan dalam program PKM dilaksanakan dengan mengadopsi metode PALS (participatory learning system). Pelaksanaan program PKM dengan metode PALS meliputi empat tahapan utama, yakni tahap penyadaran, tahap pengkapasitasan, tahap pendampingan, serta tahap pelembagaan. Respon keterlaksanaan kegiatan mendapatkan hasil 60% responden menanggapi dengan baik dan 40% lainnya menanggapi dengan sangat baik. Hasil yang didapatkan adalah peningkatan keterampilan mitra, kemampuan memproduksi berbasis IPTEK dengan lebih optimal, desain produk dan kemasan baru yang lebih modern, konsistensi membuat konten promosi melalui media sosial, serta pembuatan akun di salah satu marketplace, sehingga PIRT keripik tempe mampu meningkatkan penjualan.