{"title":"ANALISIS KUALITATIF TEKNOLOGI 5G PENGGANTI 4G DI INDONESIA","authors":"Ditra Andalisto, Yuliarman Saragih, I. Ibrahim","doi":"10.21831/jee.v6i1.47021","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"ABSTRACT:This scientific paper discusses and finds that the need for 5G in Indonesia is of a high level of urgency because it is needed by almost everyone in the use of voice calls, internet data and video as online transmissions such as distance learning, video conferencing, webinars, and election of regional leaders online. . This mass use requires a large-capacity band width and 5G is able to answer that need. However, from the results of this qualitative research, it was found that the situation of telecommunications infrastructure in Indonesia which is an archipelagic country has not been able to install 5G devices in all areas including frontier, remote, and disadvantaged (3T) areas in the near future even though the Indonesian Ministry of Communication and Informatics had announced a commercial 5G target. In 2020 but not yet proven. Meanwhile, the continuity of 4G, which has very high costs, has not yet returned the investment (Break Even Point) to operators of wireless telephone operators, so that the 5G decision for now in Indonesia cannot be implemented due to these factors.ABSTRAK:Tulisan ilmiah ini membahas dan menemukan bahwa kebutuhan 5G di Indonesia dengan tingkat urgensi yang tinggi karena dibutuhkan hampir semua orang dalam penggunaan voice call, data internet dan video sebagai transmisi daring seperti belajar jarak jauh, video conference, webinar, serta pemilihan para pemimpin daerah secara daring. Pemakaian massal tersebut membutuhkan lebar band berkapasitas besar dan 5G mampu menjawab kebutuhan itu. Namun dari hasil penelitian kualitatif ini maka ditemukan bahwa situasi infrastruktur telekomunikasi di Indonesia yang merupakan negara kepulauan belum mampu memasang perangkat 5G di seluruh area termasuk daerah terdepan, terpencil, dan tertinggal (3T) dalam waktu dekat walaupun sempat dicanangkan kementerian kominfo indonesia target komersial 5G ada di tahun 2020 tapi belum terbukti. Sementara keberlangsungan 4G yang berbiaya sangat tinggi belum balik modal (Break Even Point) kepada operator penyelenggara telepon tanpa kabel sehingga keputusan 5G untuk saat ini di Indonesia belum dapat dilaksanakan karena faktor-faktor tersebut.","PeriodicalId":294346,"journal":{"name":"Jurnal Edukasi Elektro","volume":"45 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2022-05-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"2","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Jurnal Edukasi Elektro","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.21831/jee.v6i1.47021","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 2
摘要
摘要:这篇科学论文讨论并发现,印度尼西亚对5G的需求非常迫切,因为几乎每个人都需要使用语音通话、互联网数据和视频作为在线传输,如远程学习、视频会议、网络研讨会和在线地区领导人选举。这种大规模使用需要大容量的带宽,而5G能够满足这一需求。然而,从这项定性研究的结果来看,尽管印度尼西亚通信和信息部宣布了商用5G目标,但印度尼西亚作为一个群岛国家的电信基础设施状况仍无法在不久的将来在包括前沿、偏远和弱势(3T)地区在内的所有地区安装5G设备。2020年,但尚未得到证实。同时,成本非常高的4G的连续性还没有将投资(Break Even Point)回报给无线电话运营商的运营商,因此印尼目前的5G决策由于这些因素无法实施。摘要/ abstract摘要:5G网络是指印尼的语音通话、数据互联网和视频传输、视频会议、网络研讨会、网络会议、网络会议、网络会议等。Pemakaian massal tersebut membutuhkan lebar band berkapasitas besar和5G mampu menjawab kebutuhan itu。Namun dari hasil penelitian kuitatif ini maka ditemukan bahwa sitasi基础设施telekomunikasi印度尼西亚yang merupakan negara kepulauan belum mampu memasang perangkat 5G在seluruh地区termasukdaerah terdepan, terpencil, tertinggal (3T) dalam waktu dekat walaupun sempat dicanangkan kementerian kominfo印度尼西亚目标商用5G ada di tahun 2020 tapi belumukan terbukti。Sementara keberlangsungan 4G yang berbiaya sangat tinggi belum balik modal(盈亏平衡点)kepada运营商penyelenggara电话tanpa kabel seingga keputusan 5G untuk saat ini di印度尼西亚belentara dapat dilaksanakan kkfactor - factor - factor - factor - factor - factor - factor - factor - factor - factor - factor - factor - factor - factor - factor - factor - factor
ANALISIS KUALITATIF TEKNOLOGI 5G PENGGANTI 4G DI INDONESIA
ABSTRACT:This scientific paper discusses and finds that the need for 5G in Indonesia is of a high level of urgency because it is needed by almost everyone in the use of voice calls, internet data and video as online transmissions such as distance learning, video conferencing, webinars, and election of regional leaders online. . This mass use requires a large-capacity band width and 5G is able to answer that need. However, from the results of this qualitative research, it was found that the situation of telecommunications infrastructure in Indonesia which is an archipelagic country has not been able to install 5G devices in all areas including frontier, remote, and disadvantaged (3T) areas in the near future even though the Indonesian Ministry of Communication and Informatics had announced a commercial 5G target. In 2020 but not yet proven. Meanwhile, the continuity of 4G, which has very high costs, has not yet returned the investment (Break Even Point) to operators of wireless telephone operators, so that the 5G decision for now in Indonesia cannot be implemented due to these factors.ABSTRAK:Tulisan ilmiah ini membahas dan menemukan bahwa kebutuhan 5G di Indonesia dengan tingkat urgensi yang tinggi karena dibutuhkan hampir semua orang dalam penggunaan voice call, data internet dan video sebagai transmisi daring seperti belajar jarak jauh, video conference, webinar, serta pemilihan para pemimpin daerah secara daring. Pemakaian massal tersebut membutuhkan lebar band berkapasitas besar dan 5G mampu menjawab kebutuhan itu. Namun dari hasil penelitian kualitatif ini maka ditemukan bahwa situasi infrastruktur telekomunikasi di Indonesia yang merupakan negara kepulauan belum mampu memasang perangkat 5G di seluruh area termasuk daerah terdepan, terpencil, dan tertinggal (3T) dalam waktu dekat walaupun sempat dicanangkan kementerian kominfo indonesia target komersial 5G ada di tahun 2020 tapi belum terbukti. Sementara keberlangsungan 4G yang berbiaya sangat tinggi belum balik modal (Break Even Point) kepada operator penyelenggara telepon tanpa kabel sehingga keputusan 5G untuk saat ini di Indonesia belum dapat dilaksanakan karena faktor-faktor tersebut.