{"title":"加里曼丹中部巴库派达雅族的曼扬噶传统与和谐","authors":"Surya Sukti, Munib Munib, Frenky Frenky, Rachmadi Rachmadi","doi":"10.23971/elma.v12i1.3663","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"ABSTRACTThe problem in this study is related to the tradition of manyangar heritage of the Hindu Kaharingan religion which is still maintained by the Bakumpai Dayak community even though they are already Muslim. The purpose of this study is to explore how the implementation of the manyangar tradition, explore the reasons for the community to carry out the tradition and analyze the content of Islamic values in the manyanggar tradition. This research is empirical legal research using a descriptive qualitative approach. The findings in this study are that there are two versions of the implementation of this tradition, firstly, the regency of South Barito and Murung Raya, still carry out manyanggar as in the past, using offerings and there are handlers who communicate with Jinn and Gods. Second, in the North Barito regency, manyangar activities have changed, namely by reading ṣalawat burdah around the village and no longer using offerings such as 40 kinds of cakes, buffalo heads, goat heads, chickens, and others. The reasons why people carry out the tradition of manyanggar include, firstly, people still believe in animist beliefs. Second, the community implements customary law that has been passed from generation to generation. As for those related to Islamic values in community-building activities, namely the spirit of cooperation, they work together in carrying out workshops, such as cooperation in making stages, making ancak, making cakes, making food ingredients, and others. The value of alms, in the event of dancing, requires a lot of funds and food ingredients. The funds and food ingredients are donated or donated by community members.Keywords: Manyanggar Tradition, Harmony, and Dayak Bakumpai.ABSTRAKPermasalahan dalam penelitian ini terkait adat manyanggar peninggalan agama Hindu Kaharingan masih dipertahankan oleh warga masyarakat Dayak Bakumpai padahal mereka sudah beragama Islam. Tujuan penelitian ini yaitu untuk menelusuri bagaimana pelaksanaan adat manyanggar, menelusuri alasan masyarakat melaksanakan adat tersebut, dan menganalisis kandungan nilai-nilai Islami pada adat manyanggar tersebut. Penelitian ini merupakan penelitian hukum empiris dengan menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Temuan dalam penelitian ini adalah pelaksanaan adat ini terdapat dua versi, pertama, kabupaten Barito Selatan dan Murung Raya, masih melaksanakan manyanggar seperti zaman dahulu, dengan menggunakan sesajen dan ada pawang yang mengkomunikasikan dengan makhluk jin dan dewa. Kedua, kabupaten Barito Utara, kegiatan manyanggar sudah mengalami perubahan yaitu dengan cara membaca shalawat burdah keliling kampung dan tidak lagi menggunakan sesajen seperti kue 40 macam, kepala kerbau, kepala kambing, ayam dan lain-lain. Alasan masyarakat melaksanakan adat manyanggar di antaranya, pertama masyarakat masih mempercayai kepercayaan animisme. Kedua, masyarakat melaksanakan hukum adat yang sudah berlangung secara turun-temurun. Adapun yang terkait dengan nilai-nilai Islam dalam kegiatan manyanggar yaitu semengat gotong royong, mereka bergotong royong dalam melaksanakan acara manyanggar, seperti gotong royong membuat panggung, membuat ancak, membuat kue, membuat bahan makanan, dan lain-lain. Nilai sedekah, dalam acara manyanggar banyak memerlukan dana dan bahan-bahan makanan. Dana dan bahan-bahan makanan itu disumbangkan atau disedekahkan oleh warga masyarakat.Kata Kunci: Adat Manyanggar, Keharmonisan, dan Dayak Bakumpai.","PeriodicalId":422421,"journal":{"name":"El-Mashlahah","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2022-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"3","resultStr":"{\"title\":\"The Manyanggar Tradition and Harmony of The Bakumpai Dayak Community in Central Kalimantan\",\"authors\":\"Surya Sukti, Munib Munib, Frenky Frenky, Rachmadi Rachmadi\",\"doi\":\"10.23971/elma.v12i1.3663\",\"DOIUrl\":null,\"url\":null,\"abstract\":\"ABSTRACTThe problem in this study is related to the tradition of manyangar heritage of the Hindu Kaharingan religion which is still maintained by the Bakumpai Dayak community even though they are already Muslim. The purpose of this study is to explore how the implementation of the manyangar tradition, explore the reasons for the community to carry out the tradition and analyze the content of Islamic values in the manyanggar tradition. This research is empirical legal research using a descriptive qualitative approach. The findings in this study are that there are two versions of the implementation of this tradition, firstly, the regency of South Barito and Murung Raya, still carry out manyanggar as in the past, using offerings and there are handlers who communicate with Jinn and Gods. Second, in the North Barito regency, manyangar activities have changed, namely by reading ṣalawat burdah around the village and no longer using offerings such as 40 kinds of cakes, buffalo heads, goat heads, chickens, and others. The reasons why people carry out the tradition of manyanggar include, firstly, people still believe in animist beliefs. Second, the community implements customary law that has been passed from generation to generation. As for those related to Islamic values in community-building activities, namely the spirit of cooperation, they work together in carrying out workshops, such as cooperation in making stages, making ancak, making cakes, making food ingredients, and others. The value of alms, in the event of dancing, requires a lot of funds and food ingredients. The funds and food ingredients are donated or donated by community members.Keywords: Manyanggar Tradition, Harmony, and Dayak Bakumpai.ABSTRAKPermasalahan dalam penelitian ini terkait adat manyanggar peninggalan agama Hindu Kaharingan masih dipertahankan oleh warga masyarakat Dayak Bakumpai padahal mereka sudah beragama Islam. Tujuan penelitian ini yaitu untuk menelusuri bagaimana pelaksanaan adat manyanggar, menelusuri alasan masyarakat melaksanakan adat tersebut, dan menganalisis kandungan nilai-nilai Islami pada adat manyanggar tersebut. Penelitian ini merupakan penelitian hukum empiris dengan menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Temuan dalam penelitian ini adalah pelaksanaan adat ini terdapat dua versi, pertama, kabupaten Barito Selatan dan Murung Raya, masih melaksanakan manyanggar seperti zaman dahulu, dengan menggunakan sesajen dan ada pawang yang mengkomunikasikan dengan makhluk jin dan dewa. Kedua, kabupaten Barito Utara, kegiatan manyanggar sudah mengalami perubahan yaitu dengan cara membaca shalawat burdah keliling kampung dan tidak lagi menggunakan sesajen seperti kue 40 macam, kepala kerbau, kepala kambing, ayam dan lain-lain. Alasan masyarakat melaksanakan adat manyanggar di antaranya, pertama masyarakat masih mempercayai kepercayaan animisme. Kedua, masyarakat melaksanakan hukum adat yang sudah berlangung secara turun-temurun. Adapun yang terkait dengan nilai-nilai Islam dalam kegiatan manyanggar yaitu semengat gotong royong, mereka bergotong royong dalam melaksanakan acara manyanggar, seperti gotong royong membuat panggung, membuat ancak, membuat kue, membuat bahan makanan, dan lain-lain. Nilai sedekah, dalam acara manyanggar banyak memerlukan dana dan bahan-bahan makanan. Dana dan bahan-bahan makanan itu disumbangkan atau disedekahkan oleh warga masyarakat.Kata Kunci: Adat Manyanggar, Keharmonisan, dan Dayak Bakumpai.\",\"PeriodicalId\":422421,\"journal\":{\"name\":\"El-Mashlahah\",\"volume\":\"1 1\",\"pages\":\"0\"},\"PeriodicalIF\":0.0000,\"publicationDate\":\"2022-06-30\",\"publicationTypes\":\"Journal Article\",\"fieldsOfStudy\":null,\"isOpenAccess\":false,\"openAccessPdf\":\"\",\"citationCount\":\"3\",\"resultStr\":null,\"platform\":\"Semanticscholar\",\"paperid\":null,\"PeriodicalName\":\"El-Mashlahah\",\"FirstCategoryId\":\"1085\",\"ListUrlMain\":\"https://doi.org/10.23971/elma.v12i1.3663\",\"RegionNum\":0,\"RegionCategory\":null,\"ArticlePicture\":[],\"TitleCN\":null,\"AbstractTextCN\":null,\"PMCID\":null,\"EPubDate\":\"\",\"PubModel\":\"\",\"JCR\":\"\",\"JCRName\":\"\",\"Score\":null,\"Total\":0}","platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"El-Mashlahah","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.23971/elma.v12i1.3663","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 3
摘要
【摘要】本研究的问题与印度卡哈林根宗教的曼扬加尔传统有关,尽管巴库派达亚克人已经是穆斯林,但他们仍然保留着这种传统。本研究的目的是探讨曼阳伽传统的实施方式,探讨社区实施传统的原因,分析曼阳伽传统中伊斯兰价值观的内容。本研究是采用描述性定性方法的实证法律研究。本研究发现,这一传统的实施有两个版本,第一,南巴里托摄政王和穆隆罗亚摄政王仍然像过去一样进行manyanggar,使用供品,并有与神灵和神灵沟通的处理者。其次,在北巴里托摄摄区,许多扬嘎活动发生了变化,即在村庄周围阅读ṣalawat burdah,不再使用40种蛋糕、水牛头、山羊头、鸡等供品。人们之所以坚持吃羊角的传统,首先是因为人们仍然相信万物有灵论。第二,社区执行代代相传的习惯法。至于在社区建设活动中与伊斯兰价值观有关的,即合作精神,他们共同开展工作坊,如合作制作舞台、制作ancak、制作蛋糕、制作食品配料等。布施的价值,在跳舞的情况下,需要大量的资金和食物原料。资金和食品原料由社区成员捐赠或捐赠。关键词:曼阳嘎传统、和谐、达雅巴库派【摘要】【摘要】【摘要】【摘要】【摘要】【摘要】【摘要】【摘要】【摘要】【摘要】【摘要】【摘要】【摘要】【摘要】【摘要】【摘要】【摘要】【摘要】【摘要】【摘要】【摘要】【摘要】【摘要】【摘要】【摘要】【摘要】【摘要】Tujuan penelitian ini yitu untuk menelusuri bagaimana pelaksanaan adat manyanggar, menelusuri alasan masyarakat melaksanakan adat tersebut, dan menganalis kandungan nilai-nilai Islami padat manyanggar tersebut。Penelitian ini merupakan Penelitian hukum imperiis dengan menggunakan pendekatan质量描述。Temuan dalam penelitian ini adalah pelaksanaan adat ini terdapat dua versi, pertama, kabupten Barito Selatan dan Murung Raya, masih melaksanakan manyanggar seperti zaman dahulu, dengan menggunakan sesajen dan ada pawangyang mengkomunikasikan dengan makhluk jin dan dewa。Kedua, kabupaten Barito Utara, kegiatan manyanggar sudah mengalami perubahan yitu dengan cara membaca shalawat burdah keliling kampung dan tidak lagi menggunakan sesajen seperti kue 40 macam, kepala kerbau, kepala kambing, ayam dan lain-lain。Alasan masyarakat melaksanakan adat manyanggar di antaranya, pertamama masyarakat masih mempercayai kepercayaan泛灵论。我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说。Adapun yang terkait dengan nilai-nilai Islam dalam kegiatan manyanggar yitu semengat gotong royong, mereka bergotong royong dalam melaksanakan acara manyanggar, seperti gotong royong, member and ak, member kue, member bahan makanan, dan lain-lain。Nilai sedekah, dalam acara manyanggar banyak memerlukan dana dan bahan-bahan makanan。Dana dan bahan-bahan makanan是disumbangkan atau disedekahkan oleh warga masyarakat。Kata Kunci: Adat Manyanggar, Keharmonisan, dan Dayak Bakumpai。
The Manyanggar Tradition and Harmony of The Bakumpai Dayak Community in Central Kalimantan
ABSTRACTThe problem in this study is related to the tradition of manyangar heritage of the Hindu Kaharingan religion which is still maintained by the Bakumpai Dayak community even though they are already Muslim. The purpose of this study is to explore how the implementation of the manyangar tradition, explore the reasons for the community to carry out the tradition and analyze the content of Islamic values in the manyanggar tradition. This research is empirical legal research using a descriptive qualitative approach. The findings in this study are that there are two versions of the implementation of this tradition, firstly, the regency of South Barito and Murung Raya, still carry out manyanggar as in the past, using offerings and there are handlers who communicate with Jinn and Gods. Second, in the North Barito regency, manyangar activities have changed, namely by reading ṣalawat burdah around the village and no longer using offerings such as 40 kinds of cakes, buffalo heads, goat heads, chickens, and others. The reasons why people carry out the tradition of manyanggar include, firstly, people still believe in animist beliefs. Second, the community implements customary law that has been passed from generation to generation. As for those related to Islamic values in community-building activities, namely the spirit of cooperation, they work together in carrying out workshops, such as cooperation in making stages, making ancak, making cakes, making food ingredients, and others. The value of alms, in the event of dancing, requires a lot of funds and food ingredients. The funds and food ingredients are donated or donated by community members.Keywords: Manyanggar Tradition, Harmony, and Dayak Bakumpai.ABSTRAKPermasalahan dalam penelitian ini terkait adat manyanggar peninggalan agama Hindu Kaharingan masih dipertahankan oleh warga masyarakat Dayak Bakumpai padahal mereka sudah beragama Islam. Tujuan penelitian ini yaitu untuk menelusuri bagaimana pelaksanaan adat manyanggar, menelusuri alasan masyarakat melaksanakan adat tersebut, dan menganalisis kandungan nilai-nilai Islami pada adat manyanggar tersebut. Penelitian ini merupakan penelitian hukum empiris dengan menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Temuan dalam penelitian ini adalah pelaksanaan adat ini terdapat dua versi, pertama, kabupaten Barito Selatan dan Murung Raya, masih melaksanakan manyanggar seperti zaman dahulu, dengan menggunakan sesajen dan ada pawang yang mengkomunikasikan dengan makhluk jin dan dewa. Kedua, kabupaten Barito Utara, kegiatan manyanggar sudah mengalami perubahan yaitu dengan cara membaca shalawat burdah keliling kampung dan tidak lagi menggunakan sesajen seperti kue 40 macam, kepala kerbau, kepala kambing, ayam dan lain-lain. Alasan masyarakat melaksanakan adat manyanggar di antaranya, pertama masyarakat masih mempercayai kepercayaan animisme. Kedua, masyarakat melaksanakan hukum adat yang sudah berlangung secara turun-temurun. Adapun yang terkait dengan nilai-nilai Islam dalam kegiatan manyanggar yaitu semengat gotong royong, mereka bergotong royong dalam melaksanakan acara manyanggar, seperti gotong royong membuat panggung, membuat ancak, membuat kue, membuat bahan makanan, dan lain-lain. Nilai sedekah, dalam acara manyanggar banyak memerlukan dana dan bahan-bahan makanan. Dana dan bahan-bahan makanan itu disumbangkan atau disedekahkan oleh warga masyarakat.Kata Kunci: Adat Manyanggar, Keharmonisan, dan Dayak Bakumpai.