{"title":"Tradisi Mupupantunu dan Korban Penebus Salah dalam Kitab Imamat","authors":"Alferdi Alferdi","doi":"10.46348/car.v2i2.53","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"AbstractThe purpose of this article is to examine one of the traditions in Seko and to be juxtaposed with victims of wrongdoing in Imamat. Traditions or customs within a certain community group that have a characteristic entity in their application. This article discusses a tradition that is quite unique, namely the Mupupantunu tradition in a part of Seko, namely in Kalamio. This tradition is a tradition of giving sanctions to members of society who violate wrong norms or mistakes. This tradition involves slaughtering an animal as a sacrifice and paying a predetermined fine. This tradition will be compared to the Fraud Sacrifice in the Book of Imamat. The traditions of Mupantunu and Sacrifice for the Falsehood are the same as animals in practice. This study uses descriptive qualitative methods with a literature study and interview approach, and shows that, the tradition that was born among the Seko (Mupantunu) people, especially the Kalamio area, had a large number of cults practiced by the Israelites of the Old Testament, namely the False Redeemers. The most striking similarity is that a watch has to offer an animal as a sacrifice, and there are also certain parts that are eaten by the adat leaders as implementers of the Mupupantunu tradition and the Priest as a sacrificial burner in the Book of Leviticus. Of these, there were also differences between victims, such as burning places or burnt offerings.AbstrakTujuan dari penulisan artikel ini ialah akan mengkaji salah satu adat di Seko dan disandingkan dengan korban penebus salah dalam Imamat. Tradisi atau adat-istiadat dalam suatu golongan masyarakat tertentu mempunyai ciri khas tersendiri dalam penerapannya. Artikel ini membahas salah satu tradisi yang cukup unik yaitu tradisi Mupupantunu di salah satu daerah bagian Seko yaitu di Kalamio. Tradisi ini adalah tradisi pemberian sanksi kepada anggota masyarakat yang melanggar norma atau berbuat salah. Tradisi ini ditandai dengan penyembelihan hewan sebagai korban penebusnya dan juga membayar denda yang telah ditentukan. Tradisi ini akan coba dibandingkan dengan Korban Penebus Salah dalam Kitab Imamat. Tradisi Mupupantunu dan Korban Penebus Salah sama-sama mengorbankan hewan dalam prakteknya. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan pendekatan studi kepustakaan dan wawancara, dan menunjukkan bahwa, tradisi yang lahir dari kalangan orang Seko (Mupupantunu) khususnya daerah Kalamio, memiliki sejumlah kesamaan dengan kultus yang dilaksanakan oleh orang Israel zaman Perjanjian Lama yaitu Korban Penebus Salah. Kesamaan yang paling menonjol ialah keduanya harus mempersembahkan hewan sebagai korban, dan juga ada bagian tertentu yang dimakan oleh Pemangku Adat sebagai pelaksana tradisi Mupupantunu dan Imam sebagai pembakar korban dalam Kitab Imamat. Terlepas dari semua itu, ada juga perbedaan di antara keduanya, seperti tempat pembakaran ataupun tempat memakan korban bakaran.","PeriodicalId":431596,"journal":{"name":"CARAKA: Jurnal Teologi Biblika dan Praktika","volume":"28 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2021-11-23","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"1","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"CARAKA: Jurnal Teologi Biblika dan Praktika","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.46348/car.v2i2.53","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 1
摘要
摘要本文的目的是研究世科的一个传统,并将其与伊玛目中不法行为的受害者并置。传统或习俗,在某一社区群体中,在其应用中具有特色实体。这篇文章讨论了一个非常独特的传统,即在Seko的一部分,也就是Kalamio的Mupupantunu传统。这一传统是对违反错误规范或犯错误的社会成员进行制裁的传统。这个传统包括宰杀一只动物作为祭品,并支付预先确定的罚款。这一传统将被比作伊玛目书中的欺诈献祭。Mupantunu的传统和为虚假而牺牲的传统在实践中与动物相同。本研究采用文献研究法和访谈法,采用描述性定性方法,表明Seko (Mupantunu)人,特别是Kalamio地区所产生的传统中,有大量的旧约以色列人所信奉的邪教,即假救赎者。最惊人的相似之处在于,一只手表必须将一只动物作为祭品,而且在《利未记》中,也有一些特定的部分被作为Mupupantunu传统执行者的adat领导人和作为献祭者的祭司吃掉。其中,受害者之间也存在差异,例如焚烧地点或燔祭。[摘要]图juan dari penpenbus salah dalam Imamat(伊斯兰教教主)。传统上,印度人有一种特殊的生活方式,那就是印度人有一种特殊的生活方式。Artikel - ini成员有salah satu tradisi yang cucuup unik yitu tradisi Mupupantunu di salah satu daerah bagian Seko yitu di Kalamio。贸易是一种贸易,贸易是一种贸易,贸易是一种贸易,贸易是一种贸易,贸易是一种贸易。传统上,我是指我的女儿,我的女儿,我的女儿,我的女儿,我的女儿,我的女儿,我的女儿。Tradisi ini akan coba dibandingkan dengan Korban Penebus Salah dalam Kitab Imamat。Tradisi Mupupantunu dan Korban Penebus Salah sama-sama mengorbankan hewan dalam prakteknya。Penelitian ini menggunakan mealititalitakan danwawankara, danmenunjukkan bahwa, tradisi yang lahir dari kalangan orang Seko (Mupupantunu) khususnya daerah Kalamio, memiliki sejumlah kesamaan dengan kultus yang dilaksanakan oleh ororan以色列zaman Perjanjian喇嘛yitu Korban Penebus Salah。我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是我的意思。Terlepas dari semua itu, ada juga perbedaan and di antara keduanya, perti tempat pembakaran ataupun tempat memakan korban bakaran。
Tradisi Mupupantunu dan Korban Penebus Salah dalam Kitab Imamat
AbstractThe purpose of this article is to examine one of the traditions in Seko and to be juxtaposed with victims of wrongdoing in Imamat. Traditions or customs within a certain community group that have a characteristic entity in their application. This article discusses a tradition that is quite unique, namely the Mupupantunu tradition in a part of Seko, namely in Kalamio. This tradition is a tradition of giving sanctions to members of society who violate wrong norms or mistakes. This tradition involves slaughtering an animal as a sacrifice and paying a predetermined fine. This tradition will be compared to the Fraud Sacrifice in the Book of Imamat. The traditions of Mupantunu and Sacrifice for the Falsehood are the same as animals in practice. This study uses descriptive qualitative methods with a literature study and interview approach, and shows that, the tradition that was born among the Seko (Mupantunu) people, especially the Kalamio area, had a large number of cults practiced by the Israelites of the Old Testament, namely the False Redeemers. The most striking similarity is that a watch has to offer an animal as a sacrifice, and there are also certain parts that are eaten by the adat leaders as implementers of the Mupupantunu tradition and the Priest as a sacrificial burner in the Book of Leviticus. Of these, there were also differences between victims, such as burning places or burnt offerings.AbstrakTujuan dari penulisan artikel ini ialah akan mengkaji salah satu adat di Seko dan disandingkan dengan korban penebus salah dalam Imamat. Tradisi atau adat-istiadat dalam suatu golongan masyarakat tertentu mempunyai ciri khas tersendiri dalam penerapannya. Artikel ini membahas salah satu tradisi yang cukup unik yaitu tradisi Mupupantunu di salah satu daerah bagian Seko yaitu di Kalamio. Tradisi ini adalah tradisi pemberian sanksi kepada anggota masyarakat yang melanggar norma atau berbuat salah. Tradisi ini ditandai dengan penyembelihan hewan sebagai korban penebusnya dan juga membayar denda yang telah ditentukan. Tradisi ini akan coba dibandingkan dengan Korban Penebus Salah dalam Kitab Imamat. Tradisi Mupupantunu dan Korban Penebus Salah sama-sama mengorbankan hewan dalam prakteknya. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan pendekatan studi kepustakaan dan wawancara, dan menunjukkan bahwa, tradisi yang lahir dari kalangan orang Seko (Mupupantunu) khususnya daerah Kalamio, memiliki sejumlah kesamaan dengan kultus yang dilaksanakan oleh orang Israel zaman Perjanjian Lama yaitu Korban Penebus Salah. Kesamaan yang paling menonjol ialah keduanya harus mempersembahkan hewan sebagai korban, dan juga ada bagian tertentu yang dimakan oleh Pemangku Adat sebagai pelaksana tradisi Mupupantunu dan Imam sebagai pembakar korban dalam Kitab Imamat. Terlepas dari semua itu, ada juga perbedaan di antara keduanya, seperti tempat pembakaran ataupun tempat memakan korban bakaran.