沙法的概念在古兰经里

A. Bashori
{"title":"沙法的概念在古兰经里","authors":"A. Bashori","doi":"10.51498/putih.v3i1.33","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Al-Qur’an adalah kitab suci yang diturunkan oleh Allah swt. sebagaipetunjuk dan jalan hidup bagi umat manusia. Tidak diturunkansedikitpun di dalamnya kecuali dengan adanya tujuan dan hikmah.Di antara tujuan yang terkandung dalam al-Qur’an adalahmemperbaiki akidah yang mengukuhkan akal sehat, ibadah yangmendekatkan diri kepada Tuhan-Nya dan mensucikan jiwa hamba,serta ajaran untuk menegakkan hubungan antara manusia denganasas kebenaran dan keadilan.Al Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia, pada prakteknya haruslahmemberi manfaat yang riil pada kehidupannya. Sebagai bentukpengejewantahan aksiologis al Qur’an dalam kehidupan manusia,maka menjadi kewajiban ilmu Tafsir untuk menawarkanepistemoliginya agar mampu beradaptasi dengan kondisi psiko-sosiodan kultur yang dihadapi manusia. Maka dengan hadirnya ilmuasbabun nuzul ini, diharapkan mampu menjembatani al Qur’an dankehidupan manusia, karena menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an denganmengetahui sisi kejadian dan hal-hal yang berkaitan denganturunnya ayat-ayat al-Qur’an mampu membawa manusia membukatabir yang tersimpan dalam al Qur’an.Al-Qur’an diturunkan secara bertahap. Setiap ayat yang diturunkansenantiasa berinteraksi dengan budaya dan perkembanganmasyarakat yang dijumpainya. Meski demikian, nilai-nilai dalam al-Qur’an tetap dapat diterapkan pada setiap situasi dan kondisi. Tentuada rahasia-rahasia tersembunyi kenapa Allah melalui Nabi-Nyamengurutkan ayat-ayat dan surah-surah al-Qur’an tidak berdasarkanturunnya al-Qur’an akan tetapi berdasarkan urutan yang ada padasaat ini. Sehingga muncul sebuah disiplin ilmu yang disebut sebagai‘ilm al-munasabah yaitu cabang ilmu dalam ‘ulum al-Qur’an yang \nmencakup dasar-dasar dan permasalahan-permasalahan yangberkaitan erat dengan sebab atau alasan kesesuaian urutan antarabagian-bagian dalam al-Qur’an, antara satu dengan yang lainnya.Telah menjadi ketetapan para mufassir bahwa menafsirkan ayat-ayatal-Qur’an harus sesuai dengan kaidah-kaidah penafsiran dandilakukan dengan langkah-langkah atau metode penafsiran yangbenar, sehingga melahirkan sebuah penafsiran yang sesuai denganapa yang menjadi ketetapan ayat-ayat al-Qur’an. Menafsirkan ayatayatal-Qur’an secara tidak menyeluruh (parsial) dan tidakmempertimbangkan aspek historis turunnya ayat al-Qur’an sertatidak memperhatikan munasabah antar ayat al-Qur’an dapatmenimbulkan kesalahan dalam mehahami isi kandungan al-Quran,salah satu contohnya adalah memahami tentang konsep shafa’ah ,hal tersebut dikarekan sebagian ayat secara sepintas menafikanadanya shafa’ah sedaAl-Qur’an adalah kitab suci yang diturunkan oleh Allah swt. sebagaipetunjuk dan jalan hidup bagi umat manusia. Tidak diturunkansedikitpun di dalamnya kecuali dengan adanya tujuan dan hikmah.Di antara tujuan yang terkandung dalam al-Qur’an adalahmemperbaiki akidah yang mengukuhkan akal sehat, ibadah yangmendekatkan diri kepada Tuhan-Nya dan mensucikan jiwa hamba,serta ajaran untuk menegakkan hubungan antara manusia denganasas kebenaran dan keadilan.Al Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia, pada prakteknya haruslahmemberi manfaat yang riil pada kehidupannya. Sebagai bentukpengejewantahan aksiologis al Qur’an dalam kehidupan manusia,maka menjadi kewajiban ilmu Tafsir untuk menawarkanepistemoliginya agar mampu beradaptasi dengan kondisi psiko-sosiodan kultur yang dihadapi manusia. Maka dengan hadirnya ilmuasbabun nuzul ini, diharapkan mampu menjembatani al Qur’an dankehidupan manusia, karena menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an denganmengetahui sisi kejadian dan hal-hal yang berkaitan denganturunnya ayat-ayat al-Qur’an mampu membawa manusia membukatabir yang tersimpan dalam al Qur’an. Al-Qur’an diturunkan secara bertahap. Setiap ayat yang diturunkansenantiasa berinteraksi dengan budaya dan perkembanganmasyarakat yang dijumpainya. Meski demikian, nilai-nilai dalam al-Qur’an tetap dapat diterapkan pada setiap situasi dan kondisi. Tentuada rahasia-rahasia tersembunyi kenapa Allah melalui Nabi-Nyamengurutkan ayat-ayat dan surah-surah al-Qur’an tidak berdasarkan turunnya al-Qur’an akan tetapi berdasarkan urutan yang ada padasaat ini. Sehingga muncul sebuah disiplin ilmu yang disebut sebagai‘ilm al-munasabah yaitu cabang ilmu dalam ‘ulum al-Qur’an yang ngkan sebagian yang lain menetapkankeberadaan shafa’ah . \nmencakup dasar-dasar dan permasalahan-permasalahan yang berkaitan erat dengan sebab atau alasan kesesuaian urutan antara bagian-bagian dalam al-Qur’an, antara satu dengan yang lainnya. Telah menjadi ketetapan para mufassir bahwa menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an harus sesuai dengan kaidah-kaidah penafsiran dan dilakukan dengan langkah-langkah atau metode penafsiran yang benar, sehingga melahirkan sebuah penafsiran yang sesuai dengan apa yang menjadi ketetapan ayat-ayat al-Qur’an. Menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an secara tidak menyeluruh (parsial) dan tidak mempertimbangkan aspek historis turunnya ayat al-Qur’an serta tidak memperhatikan munasabah antar ayat al-Qur’an dapat menimbulkan kesalahan dalam mehahami isi kandungan al-Quran, salah satu contohnya adalah memahami tentang konsep shafa’ah , hal tersebut dikarekan sebagian ayat secara sepintas menafikan adanya shafa’ah sedangkan sebagian yang lain menetapkan keberadaan shafa’ah.","PeriodicalId":232749,"journal":{"name":"PUTIH: Jurnal Pengetahuan Tentang Ilmu dan Hikmah","volume":"28 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2018-09-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":"{\"title\":\"KONSEP SHAFA’AH DALAM AL-QUR’AN\",\"authors\":\"A. Bashori\",\"doi\":\"10.51498/putih.v3i1.33\",\"DOIUrl\":null,\"url\":null,\"abstract\":\"Al-Qur’an adalah kitab suci yang diturunkan oleh Allah swt. sebagaipetunjuk dan jalan hidup bagi umat manusia. Tidak diturunkansedikitpun di dalamnya kecuali dengan adanya tujuan dan hikmah.Di antara tujuan yang terkandung dalam al-Qur’an adalahmemperbaiki akidah yang mengukuhkan akal sehat, ibadah yangmendekatkan diri kepada Tuhan-Nya dan mensucikan jiwa hamba,serta ajaran untuk menegakkan hubungan antara manusia denganasas kebenaran dan keadilan.Al Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia, pada prakteknya haruslahmemberi manfaat yang riil pada kehidupannya. Sebagai bentukpengejewantahan aksiologis al Qur’an dalam kehidupan manusia,maka menjadi kewajiban ilmu Tafsir untuk menawarkanepistemoliginya agar mampu beradaptasi dengan kondisi psiko-sosiodan kultur yang dihadapi manusia. Maka dengan hadirnya ilmuasbabun nuzul ini, diharapkan mampu menjembatani al Qur’an dankehidupan manusia, karena menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an denganmengetahui sisi kejadian dan hal-hal yang berkaitan denganturunnya ayat-ayat al-Qur’an mampu membawa manusia membukatabir yang tersimpan dalam al Qur’an.Al-Qur’an diturunkan secara bertahap. Setiap ayat yang diturunkansenantiasa berinteraksi dengan budaya dan perkembanganmasyarakat yang dijumpainya. Meski demikian, nilai-nilai dalam al-Qur’an tetap dapat diterapkan pada setiap situasi dan kondisi. Tentuada rahasia-rahasia tersembunyi kenapa Allah melalui Nabi-Nyamengurutkan ayat-ayat dan surah-surah al-Qur’an tidak berdasarkanturunnya al-Qur’an akan tetapi berdasarkan urutan yang ada padasaat ini. Sehingga muncul sebuah disiplin ilmu yang disebut sebagai‘ilm al-munasabah yaitu cabang ilmu dalam ‘ulum al-Qur’an yang \\nmencakup dasar-dasar dan permasalahan-permasalahan yangberkaitan erat dengan sebab atau alasan kesesuaian urutan antarabagian-bagian dalam al-Qur’an, antara satu dengan yang lainnya.Telah menjadi ketetapan para mufassir bahwa menafsirkan ayat-ayatal-Qur’an harus sesuai dengan kaidah-kaidah penafsiran dandilakukan dengan langkah-langkah atau metode penafsiran yangbenar, sehingga melahirkan sebuah penafsiran yang sesuai denganapa yang menjadi ketetapan ayat-ayat al-Qur’an. Menafsirkan ayatayatal-Qur’an secara tidak menyeluruh (parsial) dan tidakmempertimbangkan aspek historis turunnya ayat al-Qur’an sertatidak memperhatikan munasabah antar ayat al-Qur’an dapatmenimbulkan kesalahan dalam mehahami isi kandungan al-Quran,salah satu contohnya adalah memahami tentang konsep shafa’ah ,hal tersebut dikarekan sebagian ayat secara sepintas menafikanadanya shafa’ah sedaAl-Qur’an adalah kitab suci yang diturunkan oleh Allah swt. sebagaipetunjuk dan jalan hidup bagi umat manusia. Tidak diturunkansedikitpun di dalamnya kecuali dengan adanya tujuan dan hikmah.Di antara tujuan yang terkandung dalam al-Qur’an adalahmemperbaiki akidah yang mengukuhkan akal sehat, ibadah yangmendekatkan diri kepada Tuhan-Nya dan mensucikan jiwa hamba,serta ajaran untuk menegakkan hubungan antara manusia denganasas kebenaran dan keadilan.Al Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia, pada prakteknya haruslahmemberi manfaat yang riil pada kehidupannya. Sebagai bentukpengejewantahan aksiologis al Qur’an dalam kehidupan manusia,maka menjadi kewajiban ilmu Tafsir untuk menawarkanepistemoliginya agar mampu beradaptasi dengan kondisi psiko-sosiodan kultur yang dihadapi manusia. Maka dengan hadirnya ilmuasbabun nuzul ini, diharapkan mampu menjembatani al Qur’an dankehidupan manusia, karena menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an denganmengetahui sisi kejadian dan hal-hal yang berkaitan denganturunnya ayat-ayat al-Qur’an mampu membawa manusia membukatabir yang tersimpan dalam al Qur’an. Al-Qur’an diturunkan secara bertahap. Setiap ayat yang diturunkansenantiasa berinteraksi dengan budaya dan perkembanganmasyarakat yang dijumpainya. Meski demikian, nilai-nilai dalam al-Qur’an tetap dapat diterapkan pada setiap situasi dan kondisi. Tentuada rahasia-rahasia tersembunyi kenapa Allah melalui Nabi-Nyamengurutkan ayat-ayat dan surah-surah al-Qur’an tidak berdasarkan turunnya al-Qur’an akan tetapi berdasarkan urutan yang ada padasaat ini. Sehingga muncul sebuah disiplin ilmu yang disebut sebagai‘ilm al-munasabah yaitu cabang ilmu dalam ‘ulum al-Qur’an yang ngkan sebagian yang lain menetapkankeberadaan shafa’ah . \\nmencakup dasar-dasar dan permasalahan-permasalahan yang berkaitan erat dengan sebab atau alasan kesesuaian urutan antara bagian-bagian dalam al-Qur’an, antara satu dengan yang lainnya. Telah menjadi ketetapan para mufassir bahwa menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an harus sesuai dengan kaidah-kaidah penafsiran dan dilakukan dengan langkah-langkah atau metode penafsiran yang benar, sehingga melahirkan sebuah penafsiran yang sesuai dengan apa yang menjadi ketetapan ayat-ayat al-Qur’an. Menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an secara tidak menyeluruh (parsial) dan tidak mempertimbangkan aspek historis turunnya ayat al-Qur’an serta tidak memperhatikan munasabah antar ayat al-Qur’an dapat menimbulkan kesalahan dalam mehahami isi kandungan al-Quran, salah satu contohnya adalah memahami tentang konsep shafa’ah , hal tersebut dikarekan sebagian ayat secara sepintas menafikan adanya shafa’ah sedangkan sebagian yang lain menetapkan keberadaan shafa’ah.\",\"PeriodicalId\":232749,\"journal\":{\"name\":\"PUTIH: Jurnal Pengetahuan Tentang Ilmu dan Hikmah\",\"volume\":\"28 1\",\"pages\":\"0\"},\"PeriodicalIF\":0.0000,\"publicationDate\":\"2018-09-30\",\"publicationTypes\":\"Journal Article\",\"fieldsOfStudy\":null,\"isOpenAccess\":false,\"openAccessPdf\":\"\",\"citationCount\":\"0\",\"resultStr\":null,\"platform\":\"Semanticscholar\",\"paperid\":null,\"PeriodicalName\":\"PUTIH: Jurnal Pengetahuan Tentang Ilmu dan Hikmah\",\"FirstCategoryId\":\"1085\",\"ListUrlMain\":\"https://doi.org/10.51498/putih.v3i1.33\",\"RegionNum\":0,\"RegionCategory\":null,\"ArticlePicture\":[],\"TitleCN\":null,\"AbstractTextCN\":null,\"PMCID\":null,\"EPubDate\":\"\",\"PubModel\":\"\",\"JCR\":\"\",\"JCRName\":\"\",\"Score\":null,\"Total\":0}","platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"PUTIH: Jurnal Pengetahuan Tentang Ilmu dan Hikmah","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.51498/putih.v3i1.33","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0

摘要

不全面地解释伊斯兰教经文'an(部分)和历史方面没有考虑到伊斯兰教经文下降'an以及不注意到伊斯兰教经文之间的munasabah 'an导致妇科mehahami填写《古兰经》中的错误,例如是理解的概念之一'ah节,这部分dikarekan粗略地否认任何的'ah而另一个部分设定的存在'ah。
本文章由计算机程序翻译,如有差异,请以英文原文为准。
KONSEP SHAFA’AH DALAM AL-QUR’AN
Al-Qur’an adalah kitab suci yang diturunkan oleh Allah swt. sebagaipetunjuk dan jalan hidup bagi umat manusia. Tidak diturunkansedikitpun di dalamnya kecuali dengan adanya tujuan dan hikmah.Di antara tujuan yang terkandung dalam al-Qur’an adalahmemperbaiki akidah yang mengukuhkan akal sehat, ibadah yangmendekatkan diri kepada Tuhan-Nya dan mensucikan jiwa hamba,serta ajaran untuk menegakkan hubungan antara manusia denganasas kebenaran dan keadilan.Al Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia, pada prakteknya haruslahmemberi manfaat yang riil pada kehidupannya. Sebagai bentukpengejewantahan aksiologis al Qur’an dalam kehidupan manusia,maka menjadi kewajiban ilmu Tafsir untuk menawarkanepistemoliginya agar mampu beradaptasi dengan kondisi psiko-sosiodan kultur yang dihadapi manusia. Maka dengan hadirnya ilmuasbabun nuzul ini, diharapkan mampu menjembatani al Qur’an dankehidupan manusia, karena menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an denganmengetahui sisi kejadian dan hal-hal yang berkaitan denganturunnya ayat-ayat al-Qur’an mampu membawa manusia membukatabir yang tersimpan dalam al Qur’an.Al-Qur’an diturunkan secara bertahap. Setiap ayat yang diturunkansenantiasa berinteraksi dengan budaya dan perkembanganmasyarakat yang dijumpainya. Meski demikian, nilai-nilai dalam al-Qur’an tetap dapat diterapkan pada setiap situasi dan kondisi. Tentuada rahasia-rahasia tersembunyi kenapa Allah melalui Nabi-Nyamengurutkan ayat-ayat dan surah-surah al-Qur’an tidak berdasarkanturunnya al-Qur’an akan tetapi berdasarkan urutan yang ada padasaat ini. Sehingga muncul sebuah disiplin ilmu yang disebut sebagai‘ilm al-munasabah yaitu cabang ilmu dalam ‘ulum al-Qur’an yang mencakup dasar-dasar dan permasalahan-permasalahan yangberkaitan erat dengan sebab atau alasan kesesuaian urutan antarabagian-bagian dalam al-Qur’an, antara satu dengan yang lainnya.Telah menjadi ketetapan para mufassir bahwa menafsirkan ayat-ayatal-Qur’an harus sesuai dengan kaidah-kaidah penafsiran dandilakukan dengan langkah-langkah atau metode penafsiran yangbenar, sehingga melahirkan sebuah penafsiran yang sesuai denganapa yang menjadi ketetapan ayat-ayat al-Qur’an. Menafsirkan ayatayatal-Qur’an secara tidak menyeluruh (parsial) dan tidakmempertimbangkan aspek historis turunnya ayat al-Qur’an sertatidak memperhatikan munasabah antar ayat al-Qur’an dapatmenimbulkan kesalahan dalam mehahami isi kandungan al-Quran,salah satu contohnya adalah memahami tentang konsep shafa’ah ,hal tersebut dikarekan sebagian ayat secara sepintas menafikanadanya shafa’ah sedaAl-Qur’an adalah kitab suci yang diturunkan oleh Allah swt. sebagaipetunjuk dan jalan hidup bagi umat manusia. Tidak diturunkansedikitpun di dalamnya kecuali dengan adanya tujuan dan hikmah.Di antara tujuan yang terkandung dalam al-Qur’an adalahmemperbaiki akidah yang mengukuhkan akal sehat, ibadah yangmendekatkan diri kepada Tuhan-Nya dan mensucikan jiwa hamba,serta ajaran untuk menegakkan hubungan antara manusia denganasas kebenaran dan keadilan.Al Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia, pada prakteknya haruslahmemberi manfaat yang riil pada kehidupannya. Sebagai bentukpengejewantahan aksiologis al Qur’an dalam kehidupan manusia,maka menjadi kewajiban ilmu Tafsir untuk menawarkanepistemoliginya agar mampu beradaptasi dengan kondisi psiko-sosiodan kultur yang dihadapi manusia. Maka dengan hadirnya ilmuasbabun nuzul ini, diharapkan mampu menjembatani al Qur’an dankehidupan manusia, karena menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an denganmengetahui sisi kejadian dan hal-hal yang berkaitan denganturunnya ayat-ayat al-Qur’an mampu membawa manusia membukatabir yang tersimpan dalam al Qur’an. Al-Qur’an diturunkan secara bertahap. Setiap ayat yang diturunkansenantiasa berinteraksi dengan budaya dan perkembanganmasyarakat yang dijumpainya. Meski demikian, nilai-nilai dalam al-Qur’an tetap dapat diterapkan pada setiap situasi dan kondisi. Tentuada rahasia-rahasia tersembunyi kenapa Allah melalui Nabi-Nyamengurutkan ayat-ayat dan surah-surah al-Qur’an tidak berdasarkan turunnya al-Qur’an akan tetapi berdasarkan urutan yang ada padasaat ini. Sehingga muncul sebuah disiplin ilmu yang disebut sebagai‘ilm al-munasabah yaitu cabang ilmu dalam ‘ulum al-Qur’an yang ngkan sebagian yang lain menetapkankeberadaan shafa’ah . mencakup dasar-dasar dan permasalahan-permasalahan yang berkaitan erat dengan sebab atau alasan kesesuaian urutan antara bagian-bagian dalam al-Qur’an, antara satu dengan yang lainnya. Telah menjadi ketetapan para mufassir bahwa menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an harus sesuai dengan kaidah-kaidah penafsiran dan dilakukan dengan langkah-langkah atau metode penafsiran yang benar, sehingga melahirkan sebuah penafsiran yang sesuai dengan apa yang menjadi ketetapan ayat-ayat al-Qur’an. Menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an secara tidak menyeluruh (parsial) dan tidak mempertimbangkan aspek historis turunnya ayat al-Qur’an serta tidak memperhatikan munasabah antar ayat al-Qur’an dapat menimbulkan kesalahan dalam mehahami isi kandungan al-Quran, salah satu contohnya adalah memahami tentang konsep shafa’ah , hal tersebut dikarekan sebagian ayat secara sepintas menafikan adanya shafa’ah sedangkan sebagian yang lain menetapkan keberadaan shafa’ah.
求助全文
通过发布文献求助,成功后即可免费获取论文全文。 去求助
来源期刊
自引率
0.00%
发文量
0
×
引用
GB/T 7714-2015
复制
MLA
复制
APA
复制
导出至
BibTeX EndNote RefMan NoteFirst NoteExpress
×
提示
您的信息不完整,为了账户安全,请先补充。
现在去补充
×
提示
您因"违规操作"
具体请查看互助需知
我知道了
×
提示
确定
请完成安全验证×
copy
已复制链接
快去分享给好友吧!
我知道了
右上角分享
点击右上角分享
0
联系我们:info@booksci.cn Book学术提供免费学术资源搜索服务,方便国内外学者检索中英文文献。致力于提供最便捷和优质的服务体验。 Copyright © 2023 布克学术 All rights reserved.
京ICP备2023020795号-1
ghs 京公网安备 11010802042870号
Book学术文献互助
Book学术文献互助群
群 号:481959085
Book学术官方微信