{"title":"当地神圣的潜在科学在小学学习科学","authors":"M. Aufa","doi":"10.53395/jes.v5i1.369","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Di era globalisasi ini, terdapat banyak dampak negatif terutama dalam hal kearifan lokal. Demi melestarikan dan memperkenalkan kearifan lokal kepada siswa maka cara yang paling tepat adalah dengan menghubungkan kearifan lokal dengan materi IPA di Sekolah Dasar. Menghubungkan antara kearifan lokal dengan pembelajaran IPA di Sekolah Dasar ini mampu menguatkan penerapan konsep yang dipelajari dan mampu membuat kesan tersendiri bagi siswa sehingga informasi yang di dapat siswa akan tersimpan lebih lama di dalam otak mereka. Tujuan dari analisis penelitian ini yaitu untuk menganalisis potensi kearifan lokal dalam pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Metode dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif naratif. Penelitian dengan pendekatan naratif secara umum merupakan bagian menyeluruh dari suau praktik penelitian yang bersifat kualitatif sehingga diperlukan pemahaman mengenai karakteristik dari jenis – jenis penelitian yang termasuk dalam kategori pendekatan naratif sebelum melaksanakannya (Suparman, 2009). Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu wawancara dilakukan untuk mengumpulkan informasi dengan mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan dan dijawab secara lisan pula., observasi meliputi pengamatan kondisi interaksi pembelajaran, tingkah laku anak dan interaksi anak dalam kelompoknya. Teknik analisis data dilakukan sepanjang penelitian mulai dari awal penelitian hingga akhir penelitian. Hal ini dilakukan karena peneliti kualitatif mendapat data yang membutuhkan analisis sejak awal penelitin bahkan hasil analisis penelitian awal akan menentukan proses penelitian selanjutnya. Terdapat tiga jalur dalam analisis data kualitatif yaitu reduksi data, pemyajian data, dan penarikan simpulan (Miles & Huberman, 1992). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketika guru mampu menghadirkan kearifan lokal dalam menjelaskan materi IPA maka siswa akan menjadi lebih mudah dalam memahami materi, selain itu dapat membuat siswa menjadi lebih peka dengan hal-hal yang ada lingkungan sekitar. Contoh budaya yang dikembangan oleh guru dalam pembelajaran IPA adalah Batik Kudus. Selain itu batik Kudus contoh kearifan lokal yang disampaikan dalam pembelajaran yaitu Jenang Kudus. Pembelajaran berbasis kearifan lokal sangat penting diterapkan dalam pembelajaran yang bermanfaat untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman siswa serta sebagai media dalam menumbuhkan rasa cinta terhadap kearifan lokal di daerah, penanaman karakter positif sesuai nilai luhur.","PeriodicalId":297112,"journal":{"name":"Jurnal Edukasi Sumba (JES)","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2021-03-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":"{\"title\":\"Potensi Kearifan Lokal Kudus Dalam Pembelajaran IPA Di Sekolah Dasar\",\"authors\":\"M. Aufa\",\"doi\":\"10.53395/jes.v5i1.369\",\"DOIUrl\":null,\"url\":null,\"abstract\":\"Di era globalisasi ini, terdapat banyak dampak negatif terutama dalam hal kearifan lokal. Demi melestarikan dan memperkenalkan kearifan lokal kepada siswa maka cara yang paling tepat adalah dengan menghubungkan kearifan lokal dengan materi IPA di Sekolah Dasar. Menghubungkan antara kearifan lokal dengan pembelajaran IPA di Sekolah Dasar ini mampu menguatkan penerapan konsep yang dipelajari dan mampu membuat kesan tersendiri bagi siswa sehingga informasi yang di dapat siswa akan tersimpan lebih lama di dalam otak mereka. Tujuan dari analisis penelitian ini yaitu untuk menganalisis potensi kearifan lokal dalam pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Metode dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif naratif. Penelitian dengan pendekatan naratif secara umum merupakan bagian menyeluruh dari suau praktik penelitian yang bersifat kualitatif sehingga diperlukan pemahaman mengenai karakteristik dari jenis – jenis penelitian yang termasuk dalam kategori pendekatan naratif sebelum melaksanakannya (Suparman, 2009). Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu wawancara dilakukan untuk mengumpulkan informasi dengan mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan dan dijawab secara lisan pula., observasi meliputi pengamatan kondisi interaksi pembelajaran, tingkah laku anak dan interaksi anak dalam kelompoknya. Teknik analisis data dilakukan sepanjang penelitian mulai dari awal penelitian hingga akhir penelitian. Hal ini dilakukan karena peneliti kualitatif mendapat data yang membutuhkan analisis sejak awal penelitin bahkan hasil analisis penelitian awal akan menentukan proses penelitian selanjutnya. Terdapat tiga jalur dalam analisis data kualitatif yaitu reduksi data, pemyajian data, dan penarikan simpulan (Miles & Huberman, 1992). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketika guru mampu menghadirkan kearifan lokal dalam menjelaskan materi IPA maka siswa akan menjadi lebih mudah dalam memahami materi, selain itu dapat membuat siswa menjadi lebih peka dengan hal-hal yang ada lingkungan sekitar. Contoh budaya yang dikembangan oleh guru dalam pembelajaran IPA adalah Batik Kudus. Selain itu batik Kudus contoh kearifan lokal yang disampaikan dalam pembelajaran yaitu Jenang Kudus. Pembelajaran berbasis kearifan lokal sangat penting diterapkan dalam pembelajaran yang bermanfaat untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman siswa serta sebagai media dalam menumbuhkan rasa cinta terhadap kearifan lokal di daerah, penanaman karakter positif sesuai nilai luhur.\",\"PeriodicalId\":297112,\"journal\":{\"name\":\"Jurnal Edukasi Sumba (JES)\",\"volume\":\"1 1\",\"pages\":\"0\"},\"PeriodicalIF\":0.0000,\"publicationDate\":\"2021-03-30\",\"publicationTypes\":\"Journal Article\",\"fieldsOfStudy\":null,\"isOpenAccess\":false,\"openAccessPdf\":\"\",\"citationCount\":\"0\",\"resultStr\":null,\"platform\":\"Semanticscholar\",\"paperid\":null,\"PeriodicalName\":\"Jurnal Edukasi Sumba (JES)\",\"FirstCategoryId\":\"1085\",\"ListUrlMain\":\"https://doi.org/10.53395/jes.v5i1.369\",\"RegionNum\":0,\"RegionCategory\":null,\"ArticlePicture\":[],\"TitleCN\":null,\"AbstractTextCN\":null,\"PMCID\":null,\"EPubDate\":\"\",\"PubModel\":\"\",\"JCR\":\"\",\"JCRName\":\"\",\"Score\":null,\"Total\":0}","platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Jurnal Edukasi Sumba (JES)","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.53395/jes.v5i1.369","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
Potensi Kearifan Lokal Kudus Dalam Pembelajaran IPA Di Sekolah Dasar
Di era globalisasi ini, terdapat banyak dampak negatif terutama dalam hal kearifan lokal. Demi melestarikan dan memperkenalkan kearifan lokal kepada siswa maka cara yang paling tepat adalah dengan menghubungkan kearifan lokal dengan materi IPA di Sekolah Dasar. Menghubungkan antara kearifan lokal dengan pembelajaran IPA di Sekolah Dasar ini mampu menguatkan penerapan konsep yang dipelajari dan mampu membuat kesan tersendiri bagi siswa sehingga informasi yang di dapat siswa akan tersimpan lebih lama di dalam otak mereka. Tujuan dari analisis penelitian ini yaitu untuk menganalisis potensi kearifan lokal dalam pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Metode dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif naratif. Penelitian dengan pendekatan naratif secara umum merupakan bagian menyeluruh dari suau praktik penelitian yang bersifat kualitatif sehingga diperlukan pemahaman mengenai karakteristik dari jenis – jenis penelitian yang termasuk dalam kategori pendekatan naratif sebelum melaksanakannya (Suparman, 2009). Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu wawancara dilakukan untuk mengumpulkan informasi dengan mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan dan dijawab secara lisan pula., observasi meliputi pengamatan kondisi interaksi pembelajaran, tingkah laku anak dan interaksi anak dalam kelompoknya. Teknik analisis data dilakukan sepanjang penelitian mulai dari awal penelitian hingga akhir penelitian. Hal ini dilakukan karena peneliti kualitatif mendapat data yang membutuhkan analisis sejak awal penelitin bahkan hasil analisis penelitian awal akan menentukan proses penelitian selanjutnya. Terdapat tiga jalur dalam analisis data kualitatif yaitu reduksi data, pemyajian data, dan penarikan simpulan (Miles & Huberman, 1992). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketika guru mampu menghadirkan kearifan lokal dalam menjelaskan materi IPA maka siswa akan menjadi lebih mudah dalam memahami materi, selain itu dapat membuat siswa menjadi lebih peka dengan hal-hal yang ada lingkungan sekitar. Contoh budaya yang dikembangan oleh guru dalam pembelajaran IPA adalah Batik Kudus. Selain itu batik Kudus contoh kearifan lokal yang disampaikan dalam pembelajaran yaitu Jenang Kudus. Pembelajaran berbasis kearifan lokal sangat penting diterapkan dalam pembelajaran yang bermanfaat untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman siswa serta sebagai media dalam menumbuhkan rasa cinta terhadap kearifan lokal di daerah, penanaman karakter positif sesuai nilai luhur.