{"title":"国家媒体与干预","authors":"Fitri Hardianti","doi":"10.20527/mc.v7i2.12155","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Industri media di Indonesia mengalami pasang surut, dimana pada awalnya Indonesia pernah menganut paham otoriter sehingga media-media di Indonesia seakan harus tunduk pada Negara. Namun jika dikaji saat ini, hal tersebut bertolak-belakang dimana jika kita analisis dari tiga model yang ditawarkan oleh Hallin dan Manchini dalam buku Comparing Media System maka Indonesia berada pada model liberal jika dikaitkan antara industri media dengan intervensi Negara. Metode yang digunakan dalam riset ini adalah studi Pustaka. Adapun kategori-kategorinya, dapat dilihat dari peran Negara sebagai regulator, yang mana Negara memiliki peran yang lemah dalam Industri media. Karena industri media telah mampu mengalahkan regulasi atau peraturan yang dibuat oleh para regulator. Aspek krusial lainnya adalah tidak adanya koordinasi antara kebijakan yang ada dengan hak serta kewajibannya yang saling tumpang tindih. Selanjutnya, jika kita lihat aspek berikutnya yaitu Subsidi, dimana pada industri media di Indonesia saat ini tidak memikirkan subsidi dari pemerintah dikarenakan industri media di Indonesia mampu menghidupi dirinya sendiri dengan keuntungan-keuntungan yang sudah ia dapatkan dari komersialisasi program atau konten yang dibuatnya. Dan terakhir dari aspek kualitas isi media, dimana seperti yang kita ketahui bahwa banyak konten-konten atau program yang dibuat tidak memiliki nilai positif melainkan hanya sekedar mencari sensasional semata, demi meraih rating yang tinggi.","PeriodicalId":190868,"journal":{"name":"Metacommunication; Journal of Communication Studies","volume":"23 2 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2022-10-13","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":"{\"title\":\"MEDIA DAN INTERVENSI NEGARA\",\"authors\":\"Fitri Hardianti\",\"doi\":\"10.20527/mc.v7i2.12155\",\"DOIUrl\":null,\"url\":null,\"abstract\":\"Industri media di Indonesia mengalami pasang surut, dimana pada awalnya Indonesia pernah menganut paham otoriter sehingga media-media di Indonesia seakan harus tunduk pada Negara. Namun jika dikaji saat ini, hal tersebut bertolak-belakang dimana jika kita analisis dari tiga model yang ditawarkan oleh Hallin dan Manchini dalam buku Comparing Media System maka Indonesia berada pada model liberal jika dikaitkan antara industri media dengan intervensi Negara. Metode yang digunakan dalam riset ini adalah studi Pustaka. Adapun kategori-kategorinya, dapat dilihat dari peran Negara sebagai regulator, yang mana Negara memiliki peran yang lemah dalam Industri media. Karena industri media telah mampu mengalahkan regulasi atau peraturan yang dibuat oleh para regulator. Aspek krusial lainnya adalah tidak adanya koordinasi antara kebijakan yang ada dengan hak serta kewajibannya yang saling tumpang tindih. Selanjutnya, jika kita lihat aspek berikutnya yaitu Subsidi, dimana pada industri media di Indonesia saat ini tidak memikirkan subsidi dari pemerintah dikarenakan industri media di Indonesia mampu menghidupi dirinya sendiri dengan keuntungan-keuntungan yang sudah ia dapatkan dari komersialisasi program atau konten yang dibuatnya. Dan terakhir dari aspek kualitas isi media, dimana seperti yang kita ketahui bahwa banyak konten-konten atau program yang dibuat tidak memiliki nilai positif melainkan hanya sekedar mencari sensasional semata, demi meraih rating yang tinggi.\",\"PeriodicalId\":190868,\"journal\":{\"name\":\"Metacommunication; Journal of Communication Studies\",\"volume\":\"23 2 1\",\"pages\":\"0\"},\"PeriodicalIF\":0.0000,\"publicationDate\":\"2022-10-13\",\"publicationTypes\":\"Journal Article\",\"fieldsOfStudy\":null,\"isOpenAccess\":false,\"openAccessPdf\":\"\",\"citationCount\":\"0\",\"resultStr\":null,\"platform\":\"Semanticscholar\",\"paperid\":null,\"PeriodicalName\":\"Metacommunication; Journal of Communication Studies\",\"FirstCategoryId\":\"1085\",\"ListUrlMain\":\"https://doi.org/10.20527/mc.v7i2.12155\",\"RegionNum\":0,\"RegionCategory\":null,\"ArticlePicture\":[],\"TitleCN\":null,\"AbstractTextCN\":null,\"PMCID\":null,\"EPubDate\":\"\",\"PubModel\":\"\",\"JCR\":\"\",\"JCRName\":\"\",\"Score\":null,\"Total\":0}","platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Metacommunication; Journal of Communication Studies","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.20527/mc.v7i2.12155","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
Industri media di Indonesia mengalami pasang surut, dimana pada awalnya Indonesia pernah menganut paham otoriter sehingga media-media di Indonesia seakan harus tunduk pada Negara. Namun jika dikaji saat ini, hal tersebut bertolak-belakang dimana jika kita analisis dari tiga model yang ditawarkan oleh Hallin dan Manchini dalam buku Comparing Media System maka Indonesia berada pada model liberal jika dikaitkan antara industri media dengan intervensi Negara. Metode yang digunakan dalam riset ini adalah studi Pustaka. Adapun kategori-kategorinya, dapat dilihat dari peran Negara sebagai regulator, yang mana Negara memiliki peran yang lemah dalam Industri media. Karena industri media telah mampu mengalahkan regulasi atau peraturan yang dibuat oleh para regulator. Aspek krusial lainnya adalah tidak adanya koordinasi antara kebijakan yang ada dengan hak serta kewajibannya yang saling tumpang tindih. Selanjutnya, jika kita lihat aspek berikutnya yaitu Subsidi, dimana pada industri media di Indonesia saat ini tidak memikirkan subsidi dari pemerintah dikarenakan industri media di Indonesia mampu menghidupi dirinya sendiri dengan keuntungan-keuntungan yang sudah ia dapatkan dari komersialisasi program atau konten yang dibuatnya. Dan terakhir dari aspek kualitas isi media, dimana seperti yang kita ketahui bahwa banyak konten-konten atau program yang dibuat tidak memiliki nilai positif melainkan hanya sekedar mencari sensasional semata, demi meraih rating yang tinggi.