不同宗教婚姻

Andri Rifai Togatorop
{"title":"不同宗教婚姻","authors":"Andri Rifai Togatorop","doi":"10.46362/jrsc.v4i1.126","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Interfaith marriage becomes polemic because it creates a debate between agreeing and disagreeing, but the impact of interfaith marriage is not only personal but also social and cultural. Is interfaith marriage allowed? Maybe some people say it's okay because marriage is sacred. But in fact, marriage is fun for people of different religions. The Religion Law number 1 of 1974 clearly states that people may marry the same religion, not different religions. However, interfaith marriage is the best solution without partner prayer. The purpose of this article is to introduce an understanding of interfaith marriage by Islam and Christianity, as well as how to reflect on theological ethics. Therefore, this research is qualitative in nature supported by books to see whether marriage is permissible in a particular religion. The result is Law number 1 of 1974 concerning marriage, which says that one must have the same faith. This interfaith marriage is not recommended. Marriage is not to destroy kinship; marriage should make you happy. \n  \nPernikahan beda agama menjadi polemik karena menimbulkan perdebatan antara setuju dan tidak setuju, tetapi dampak dari pernikahan beda agama tidak hanya secara pribadi tetapi juga sosial dan budaya. Apakah pernikahan beda agama diperbolehkan? Mungkin sebagian orang mengatakan tidak apa-apa, karena menikah itu sakral. Namun nyatanya menikah itu menyenangkan bagi yang berbeda agama. Undang-Undang Agama nomor 1 tahun 1974 dengan jelas menyatakan bahwa orang boleh menikah seagama, tidak boleh beda agama. Tetapi demikian, menikah beda agama merupakan solusi terbaik tanpa doa pasangan. Tujuan artikel ini adalah mengantar pemahaman pernikahan beda agama oleh Islam dan Kristen, serta bagaimana refleksi etis teologisnya. Oleh karena itu, penelitian ini bersifat kualitatif yang didukung oleh buku-buku untuk melihat diperbolehkan atau tidaknya perkawinan dalam suatu agama tertentu. Hasilnya Undang-Undang nomor 1 tahun 1974 tentang pernikahan, dimana dikatakan bahwa harus seiman. Pernikahan beda agama ini tidak di rekomendasi. Menikah bukan untuk merusak hubungan kekerabatan, seharusnya pernikahan itu membuat bahagia. \n  \n ","PeriodicalId":194583,"journal":{"name":"Journal of Religious and Socio-Cultural","volume":"20 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2023-01-14","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"1","resultStr":"{\"title\":\"Perkawinan Beda Agama\",\"authors\":\"Andri Rifai Togatorop\",\"doi\":\"10.46362/jrsc.v4i1.126\",\"DOIUrl\":null,\"url\":null,\"abstract\":\"Interfaith marriage becomes polemic because it creates a debate between agreeing and disagreeing, but the impact of interfaith marriage is not only personal but also social and cultural. Is interfaith marriage allowed? Maybe some people say it's okay because marriage is sacred. But in fact, marriage is fun for people of different religions. The Religion Law number 1 of 1974 clearly states that people may marry the same religion, not different religions. However, interfaith marriage is the best solution without partner prayer. The purpose of this article is to introduce an understanding of interfaith marriage by Islam and Christianity, as well as how to reflect on theological ethics. Therefore, this research is qualitative in nature supported by books to see whether marriage is permissible in a particular religion. The result is Law number 1 of 1974 concerning marriage, which says that one must have the same faith. This interfaith marriage is not recommended. Marriage is not to destroy kinship; marriage should make you happy. \\n  \\nPernikahan beda agama menjadi polemik karena menimbulkan perdebatan antara setuju dan tidak setuju, tetapi dampak dari pernikahan beda agama tidak hanya secara pribadi tetapi juga sosial dan budaya. Apakah pernikahan beda agama diperbolehkan? Mungkin sebagian orang mengatakan tidak apa-apa, karena menikah itu sakral. Namun nyatanya menikah itu menyenangkan bagi yang berbeda agama. Undang-Undang Agama nomor 1 tahun 1974 dengan jelas menyatakan bahwa orang boleh menikah seagama, tidak boleh beda agama. Tetapi demikian, menikah beda agama merupakan solusi terbaik tanpa doa pasangan. Tujuan artikel ini adalah mengantar pemahaman pernikahan beda agama oleh Islam dan Kristen, serta bagaimana refleksi etis teologisnya. Oleh karena itu, penelitian ini bersifat kualitatif yang didukung oleh buku-buku untuk melihat diperbolehkan atau tidaknya perkawinan dalam suatu agama tertentu. Hasilnya Undang-Undang nomor 1 tahun 1974 tentang pernikahan, dimana dikatakan bahwa harus seiman. Pernikahan beda agama ini tidak di rekomendasi. Menikah bukan untuk merusak hubungan kekerabatan, seharusnya pernikahan itu membuat bahagia. \\n  \\n \",\"PeriodicalId\":194583,\"journal\":{\"name\":\"Journal of Religious and Socio-Cultural\",\"volume\":\"20 1\",\"pages\":\"0\"},\"PeriodicalIF\":0.0000,\"publicationDate\":\"2023-01-14\",\"publicationTypes\":\"Journal Article\",\"fieldsOfStudy\":null,\"isOpenAccess\":false,\"openAccessPdf\":\"\",\"citationCount\":\"1\",\"resultStr\":null,\"platform\":\"Semanticscholar\",\"paperid\":null,\"PeriodicalName\":\"Journal of Religious and Socio-Cultural\",\"FirstCategoryId\":\"1085\",\"ListUrlMain\":\"https://doi.org/10.46362/jrsc.v4i1.126\",\"RegionNum\":0,\"RegionCategory\":null,\"ArticlePicture\":[],\"TitleCN\":null,\"AbstractTextCN\":null,\"PMCID\":null,\"EPubDate\":\"\",\"PubModel\":\"\",\"JCR\":\"\",\"JCRName\":\"\",\"Score\":null,\"Total\":0}","platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Journal of Religious and Socio-Cultural","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.46362/jrsc.v4i1.126","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 1

摘要

跨宗教婚姻之所以会引起争论,是因为它会引发同意和不同意之间的争论,但跨宗教婚姻的影响不仅是个人的,而且是社会和文化的。跨宗教婚姻被允许吗?也许有些人会说这没什么,因为婚姻是神圣的。但事实上,婚姻对不同宗教的人来说都很有趣。1974年第1号《宗教法》明确规定,人们可以与同一宗教的人结婚,不能与不同宗教的人结婚。然而,跨宗教婚姻是最好的解决方案,无需伴侣祈祷。本文的目的是介绍伊斯兰教和基督教对跨宗教婚姻的理解,以及如何进行神学伦理反思。因此,这项研究本质上是定性的,并得到书籍的支持,以确定婚姻在特定宗教中是否被允许。其结果是1974年关于婚姻的第1号法律,该法律规定双方必须拥有相同的信仰。这种跨宗教婚姻是不推荐的。婚姻不是为了破坏亲情;婚姻应该让你幸福。Pernikahan beda agama menjadi polemik karena menimbulkan perdebatan antara setuju dan tidak setuju, tetapi dampak dari Pernikahan beda agama tidak hanya secara pribadi tetapi juga social dan budaya。Apakah pernikahan beda agama diperbolehkan?蒙金·赛巴吉安·蒙加达坎·提达克·阿帕-阿帕,karena menikah itu sakral。Namun nyatanya menikah to menyenangkan bagi yang berbeda agama。Undang-Undang Agama nomor 1 tahun 1974 dengan jelas menyatakan bahwa orang boleh menikah seagama, tidak boleh beda Agama。Tetapi demikian, menikah beda agama merupakan solusi terbaik tanpa doa pasangan。Tujuan artikel ini adalah mengantar pemahaman pernikahan beda agama oleh Islam dan Kristen, serta bagaimana反映了这一技术。我想说的是,我想说的是,我想说的是,我想说的是,我想说的是,我想说的是,我想说的是,我想说的是,我想说的是,我想说的是,我想说的是,我想说的是,我想说的是。Hasilnya Undang-Undang nomor 1 tahun 1974 tantanpernikahan, dimana dikatakan bahwa harus seiman。Pernikahan beda agama ini tidak di rekomendasi。Menikah bukan untuk merusak hubungan kekerabatan, seharusnya pernikahan是bahagia的成员。
本文章由计算机程序翻译,如有差异,请以英文原文为准。
Perkawinan Beda Agama
Interfaith marriage becomes polemic because it creates a debate between agreeing and disagreeing, but the impact of interfaith marriage is not only personal but also social and cultural. Is interfaith marriage allowed? Maybe some people say it's okay because marriage is sacred. But in fact, marriage is fun for people of different religions. The Religion Law number 1 of 1974 clearly states that people may marry the same religion, not different religions. However, interfaith marriage is the best solution without partner prayer. The purpose of this article is to introduce an understanding of interfaith marriage by Islam and Christianity, as well as how to reflect on theological ethics. Therefore, this research is qualitative in nature supported by books to see whether marriage is permissible in a particular religion. The result is Law number 1 of 1974 concerning marriage, which says that one must have the same faith. This interfaith marriage is not recommended. Marriage is not to destroy kinship; marriage should make you happy.   Pernikahan beda agama menjadi polemik karena menimbulkan perdebatan antara setuju dan tidak setuju, tetapi dampak dari pernikahan beda agama tidak hanya secara pribadi tetapi juga sosial dan budaya. Apakah pernikahan beda agama diperbolehkan? Mungkin sebagian orang mengatakan tidak apa-apa, karena menikah itu sakral. Namun nyatanya menikah itu menyenangkan bagi yang berbeda agama. Undang-Undang Agama nomor 1 tahun 1974 dengan jelas menyatakan bahwa orang boleh menikah seagama, tidak boleh beda agama. Tetapi demikian, menikah beda agama merupakan solusi terbaik tanpa doa pasangan. Tujuan artikel ini adalah mengantar pemahaman pernikahan beda agama oleh Islam dan Kristen, serta bagaimana refleksi etis teologisnya. Oleh karena itu, penelitian ini bersifat kualitatif yang didukung oleh buku-buku untuk melihat diperbolehkan atau tidaknya perkawinan dalam suatu agama tertentu. Hasilnya Undang-Undang nomor 1 tahun 1974 tentang pernikahan, dimana dikatakan bahwa harus seiman. Pernikahan beda agama ini tidak di rekomendasi. Menikah bukan untuk merusak hubungan kekerabatan, seharusnya pernikahan itu membuat bahagia.    
求助全文
通过发布文献求助,成功后即可免费获取论文全文。 去求助
来源期刊
自引率
0.00%
发文量
0
×
引用
GB/T 7714-2015
复制
MLA
复制
APA
复制
导出至
BibTeX EndNote RefMan NoteFirst NoteExpress
×
提示
您的信息不完整,为了账户安全,请先补充。
现在去补充
×
提示
您因"违规操作"
具体请查看互助需知
我知道了
×
提示
确定
请完成安全验证×
copy
已复制链接
快去分享给好友吧!
我知道了
右上角分享
点击右上角分享
0
联系我们:info@booksci.cn Book学术提供免费学术资源搜索服务,方便国内外学者检索中英文文献。致力于提供最便捷和优质的服务体验。 Copyright © 2023 布克学术 All rights reserved.
京ICP备2023020795号-1
ghs 京公网安备 11010802042870号
Book学术文献互助
Book学术文献互助群
群 号:604180095
Book学术官方微信