{"title":"Kelimpahan dan Keanekaragaman Teripang Pada Daerah Sasisen dan Non-Sasisen Di Perairan Pulau Numfor","authors":"Natan Baransano, Lisiard Dimara, Herlina Menufandu","doi":"10.31957/ACR.V2I1.983","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Salah satu upaya untuk menjaga keberadaan dan kelestarian sumberdaya alam di wilayah pesisir dan laut adalah dengan diterapkannya wilayah-wilayah yang dilindungi, baik secara hukum maupun adat istiadat. Sasisen merupakan salah satu kearifan lokal masyarakat Biak dalam usaha perlindungan kawasan dan sumberdaya laut. Sasisen sudah lama dikenal oleh masyarakat adat Biak, namun pada umumnya sasisen yang biasanya dilakukan oleh masyarakat adat Biak adalah sasisen dusun kelapa, dusun pinang, dan tumbuh-tumbuhan lainnya dalam rangka kegiatan-kegiatan adat dan gereja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis teripang, kelimpahan dan keanekaragaman teripang di ekosistem padang lamun yang merupakan daerah sasisen (Kampung Pakreki) dan non-sasisen (Kampung Manggari) di Pulau Numfor. Metode yang digunakan dalam inventarisasi dan pengambilan data teripang adalah transek garis dengan panjang 100 m dan lebar 25 m, dimana di setiap stasiun terdapat 3 transek. Hasil penelitian menunjukan bahwa daerah sasisen ditemukan 2 jenis teripang, yaitu Holothuria atra dan Holothuria argus. Sedangkan di daerah non-sasisen ditemukan 8 jenis teripang yaitu Holothuria atra, Holothuria argus, Holothuria scabra, Bohadschia scabra, Agtinopyga miliaris, Bohadschia vitiensis, Holothuria nobilis, dan Agtinopyga lecanora. Jumlah individu teripang tertinggi adalah jenis H. atra di daerah sasisen. Kelimpahan teripang di daerah sasisen berkisar antara 0,017 ind/m2 sampai 0,333 ind/m2, sedangkan di daerah non-sasisen berkisar antara 0,017 ind/m2 sampai 0,167 ind/m2. Tingkat keanekaragaman di daerah sasisen 0,191 dan di daerah non-sasisen 1,808. Keanekaragaman teripang di daerah sasisen tergolong rendah, sedangkan di daerah non-sasisen tergolong sedang.Kata Kunci: Kelimpahan; Keanekaragaman; Teripang; Ekosistem lamun; Sasien dan non-sasisen","PeriodicalId":179620,"journal":{"name":"ACROPORA: Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan Papua","volume":"11 12 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2019-07-26","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"2","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"ACROPORA: Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan Papua","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.31957/ACR.V2I1.983","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
Kelimpahan dan Keanekaragaman Teripang Pada Daerah Sasisen dan Non-Sasisen Di Perairan Pulau Numfor
Salah satu upaya untuk menjaga keberadaan dan kelestarian sumberdaya alam di wilayah pesisir dan laut adalah dengan diterapkannya wilayah-wilayah yang dilindungi, baik secara hukum maupun adat istiadat. Sasisen merupakan salah satu kearifan lokal masyarakat Biak dalam usaha perlindungan kawasan dan sumberdaya laut. Sasisen sudah lama dikenal oleh masyarakat adat Biak, namun pada umumnya sasisen yang biasanya dilakukan oleh masyarakat adat Biak adalah sasisen dusun kelapa, dusun pinang, dan tumbuh-tumbuhan lainnya dalam rangka kegiatan-kegiatan adat dan gereja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis teripang, kelimpahan dan keanekaragaman teripang di ekosistem padang lamun yang merupakan daerah sasisen (Kampung Pakreki) dan non-sasisen (Kampung Manggari) di Pulau Numfor. Metode yang digunakan dalam inventarisasi dan pengambilan data teripang adalah transek garis dengan panjang 100 m dan lebar 25 m, dimana di setiap stasiun terdapat 3 transek. Hasil penelitian menunjukan bahwa daerah sasisen ditemukan 2 jenis teripang, yaitu Holothuria atra dan Holothuria argus. Sedangkan di daerah non-sasisen ditemukan 8 jenis teripang yaitu Holothuria atra, Holothuria argus, Holothuria scabra, Bohadschia scabra, Agtinopyga miliaris, Bohadschia vitiensis, Holothuria nobilis, dan Agtinopyga lecanora. Jumlah individu teripang tertinggi adalah jenis H. atra di daerah sasisen. Kelimpahan teripang di daerah sasisen berkisar antara 0,017 ind/m2 sampai 0,333 ind/m2, sedangkan di daerah non-sasisen berkisar antara 0,017 ind/m2 sampai 0,167 ind/m2. Tingkat keanekaragaman di daerah sasisen 0,191 dan di daerah non-sasisen 1,808. Keanekaragaman teripang di daerah sasisen tergolong rendah, sedangkan di daerah non-sasisen tergolong sedang.Kata Kunci: Kelimpahan; Keanekaragaman; Teripang; Ekosistem lamun; Sasien dan non-sasisen