{"title":"对违反秩序的学生的社会耻辱","authors":"Mayani Mayani, Yoyok Hendarso, Abdullah Idi","doi":"10.35724/sjias.v8i2.2555","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":" Stigma terbentuk dari penyimpangan yang dilakukan individu dan menggambarkan sesuatu yang sangat negatif. Hal ini seharusnya dapat dicegah pada saat proses pembentukan stigma. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui proses pembentukan stigma terhadap mahasiswi pelanggar tata tertib dan penyebab mahasiswi melakukan pelanggaran tata tertib tersebut pada Akademi Kebidanan Tunas Harapan Bangsa Palembang. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode penelitian deskriftif kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Teknik pengumpulan dilakukan dengan cara kombinasi antara penelitian pustaka, observasi lapangan dan wawancara mendalam (indepth interview). Hasil penelitian menunjukkan bahwa stigma terhadap mahasiswi pelanggar tata tertib terbentuk atas peran lembaga pendidikan. Tahapan pembentukan stigma di awali dari adanya pelanggaran berupa penyimpangan primer (primere deviance) yang kemudian lembaga pendidikan memberi label/cap serta pandangan sterotif atau pandangan dimana pelanggaran merupakan suatu budaya bagi kelompok tertentu. Setelah itu lembaga memisahkan kelompok (separation) pelanggar tata tertib dengan kelompok pada umumnya dan terjadilah diskriminasi. Stigma kemudian terbentuk dan pada tahap akhir terjadilah penyimpangan lanjutan (secondary deviance), sehingga stigma melekat pada devian. Sedangkan penyebab dilakukannya pelanggaran tata tertib oleh mahasiswi Akademi Kebidanan Tunas Harapan Bangsa Palembang adalah terdiri atas dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.","PeriodicalId":312787,"journal":{"name":"Societas : Jurnal Ilmu Administrasi dan Sosial","volume":"166 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2019-11-25","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":"{\"title\":\"Stigma Sosial Terhadap Mahasiswi Pelanggar Tata Tertib\",\"authors\":\"Mayani Mayani, Yoyok Hendarso, Abdullah Idi\",\"doi\":\"10.35724/sjias.v8i2.2555\",\"DOIUrl\":null,\"url\":null,\"abstract\":\" Stigma terbentuk dari penyimpangan yang dilakukan individu dan menggambarkan sesuatu yang sangat negatif. Hal ini seharusnya dapat dicegah pada saat proses pembentukan stigma. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui proses pembentukan stigma terhadap mahasiswi pelanggar tata tertib dan penyebab mahasiswi melakukan pelanggaran tata tertib tersebut pada Akademi Kebidanan Tunas Harapan Bangsa Palembang. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode penelitian deskriftif kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Teknik pengumpulan dilakukan dengan cara kombinasi antara penelitian pustaka, observasi lapangan dan wawancara mendalam (indepth interview). Hasil penelitian menunjukkan bahwa stigma terhadap mahasiswi pelanggar tata tertib terbentuk atas peran lembaga pendidikan. Tahapan pembentukan stigma di awali dari adanya pelanggaran berupa penyimpangan primer (primere deviance) yang kemudian lembaga pendidikan memberi label/cap serta pandangan sterotif atau pandangan dimana pelanggaran merupakan suatu budaya bagi kelompok tertentu. Setelah itu lembaga memisahkan kelompok (separation) pelanggar tata tertib dengan kelompok pada umumnya dan terjadilah diskriminasi. Stigma kemudian terbentuk dan pada tahap akhir terjadilah penyimpangan lanjutan (secondary deviance), sehingga stigma melekat pada devian. Sedangkan penyebab dilakukannya pelanggaran tata tertib oleh mahasiswi Akademi Kebidanan Tunas Harapan Bangsa Palembang adalah terdiri atas dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.\",\"PeriodicalId\":312787,\"journal\":{\"name\":\"Societas : Jurnal Ilmu Administrasi dan Sosial\",\"volume\":\"166 1\",\"pages\":\"0\"},\"PeriodicalIF\":0.0000,\"publicationDate\":\"2019-11-25\",\"publicationTypes\":\"Journal Article\",\"fieldsOfStudy\":null,\"isOpenAccess\":false,\"openAccessPdf\":\"\",\"citationCount\":\"0\",\"resultStr\":null,\"platform\":\"Semanticscholar\",\"paperid\":null,\"PeriodicalName\":\"Societas : Jurnal Ilmu Administrasi dan Sosial\",\"FirstCategoryId\":\"1085\",\"ListUrlMain\":\"https://doi.org/10.35724/sjias.v8i2.2555\",\"RegionNum\":0,\"RegionCategory\":null,\"ArticlePicture\":[],\"TitleCN\":null,\"AbstractTextCN\":null,\"PMCID\":null,\"EPubDate\":\"\",\"PubModel\":\"\",\"JCR\":\"\",\"JCRName\":\"\",\"Score\":null,\"Total\":0}","platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Societas : Jurnal Ilmu Administrasi dan Sosial","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.35724/sjias.v8i2.2555","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
Stigma Sosial Terhadap Mahasiswi Pelanggar Tata Tertib
Stigma terbentuk dari penyimpangan yang dilakukan individu dan menggambarkan sesuatu yang sangat negatif. Hal ini seharusnya dapat dicegah pada saat proses pembentukan stigma. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui proses pembentukan stigma terhadap mahasiswi pelanggar tata tertib dan penyebab mahasiswi melakukan pelanggaran tata tertib tersebut pada Akademi Kebidanan Tunas Harapan Bangsa Palembang. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode penelitian deskriftif kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Teknik pengumpulan dilakukan dengan cara kombinasi antara penelitian pustaka, observasi lapangan dan wawancara mendalam (indepth interview). Hasil penelitian menunjukkan bahwa stigma terhadap mahasiswi pelanggar tata tertib terbentuk atas peran lembaga pendidikan. Tahapan pembentukan stigma di awali dari adanya pelanggaran berupa penyimpangan primer (primere deviance) yang kemudian lembaga pendidikan memberi label/cap serta pandangan sterotif atau pandangan dimana pelanggaran merupakan suatu budaya bagi kelompok tertentu. Setelah itu lembaga memisahkan kelompok (separation) pelanggar tata tertib dengan kelompok pada umumnya dan terjadilah diskriminasi. Stigma kemudian terbentuk dan pada tahap akhir terjadilah penyimpangan lanjutan (secondary deviance), sehingga stigma melekat pada devian. Sedangkan penyebab dilakukannya pelanggaran tata tertib oleh mahasiswi Akademi Kebidanan Tunas Harapan Bangsa Palembang adalah terdiri atas dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.