2010-2020年纳土纳海域的炮舰外交:印尼在南海冲突中的威慑

Anugerah Akbar Maulana
{"title":"2010-2020年纳土纳海域的炮舰外交:印尼在南海冲突中的威慑","authors":"Anugerah Akbar Maulana","doi":"10.20884/1.ins.2022.9.1.4550","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Abstract \nSCS conflict comprises a substantial threat to Indonesia as China’s nine-dash line overlaps with Indonesia’s Exclusive Economic Zone EEZ in Natuna waters. The spillover of the conflict was exposed through China’s incursions in Natuna waters from 2010 to 2020 as China regard it has the right to carry out activities in several areas of Natuna waters that are considered as part of maritime territorial violations for Indonesia. Indonesia deploys the capabilities of its naval forces’ in Natuna waters in response to China’s incursions in which this phenomenon could be regarded as gunboat diplomacy. This study aimed to reveal the efficacy of Indonesia's gunboat diplomacy to deter China's incursions in Natuna Waters. Through the qualitative method, official documents and relevant literature will be analyzed to answer the study's objective. Employing gunboat diplomacy and deterrence as the conceptual framework, this study discerns that Indonesian naval forces become the forefront instrument as gunboat diplomacy in deterring China's assertiveness in SCS dispute, which led to the incursions over Indonesia maritime territory in Natuna. This study discovered that Indonesia's gunboat diplomacy leveraged as the purposeful forces and expressive force in which the warship managed as the media of diplomacy that altered China's vessels' behaviour over the incursions in Natuna waters and enabled Indonesia naval force fruitful to crackdown China's incursions in particular point of the occasion. However, gunboat diplomacy as Indonesia's deterrence means has not thoroughly delivered a deterrent effect to China since Chinese vessels' activities still recurred in Natuna waters at the latest 2020.  \nAbstrak \nKonflik Laut Tiongkok Selatan (LTS) memuat ancaman bagi Indonesia karena sembilan garis putus-putus Tiongkok tumpang tindih dengan Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia (ZEE) di perairan Natuna. Limpahan konflik tersebut terpapar pada serbuan Tiongkok di perairan Natuna sejak tahun 2010 hingga 2020 dimana Tiongkok menganggap memiliki hak untuk beraktivitas di beberapa area di perairan Natuna, sedangkan hal tersebut dianggap sebagai pelanggaran wilayah maritim bagi Indonesia. Indonesia mengerahkan kemampuan angkatan lautnya di perairan Natuna sebagai tanggapan atas serbuan Tiongkok di mana fenomena ini dapat dianggap sebagai diplomasi kapal perang. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap seberapa ampuh diplomasi kapal perang Indonesia untuk menangkal serbuan Tiongkok di perairan Natuna. Melalui metode kualitatif, dokumen resmi dan literatur yang relevan akan di analisa untuk menjawab tujuan penelitian. Menggunakan diplomasi kapal perang dan deterensi sebagai kerangka konseptual, penelitian ini melihat bahwa kekuatan angkatan laut menjadi instrumen terdepan sebagai diplomasi kapal perang untuk menangkal perilaku asertif Tiongkok di konflik Laut Tiongkok Selatan (LTS) yang menyebabkan Tiongkok menyerbu wilayah perairan Indonesia di Natuna. Penelitian ini menemukan bahwa diplomasi kapal perang Indonesia digunakan sebagai kekuatan yang bertujuan dan kekuatan ekspresif di mana kapal perang dikelola sebagai media diplomasi untuk mengubah perilaku kapal-kapal Tiongkok pada penyerbuan di perairan Natuna yang memungkinkan kekuatan angkatan laut Indonesia dapat menindak serbuan Tiongkok di perairan Natuna pada titik waktu tertentu. Namun, diplomasi kapal perang sebagai sarana deterensi Indonesia belum dapat memberikan efek jera kepada Tiongkok secara menyeluruh karena aktivitas kapal Tiongkok di perairan Natuna masih terjadi paling terbaru pada tahun 2020. ","PeriodicalId":365464,"journal":{"name":"Insignia: Journal of International Relations","volume":"29 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2022-04-11","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":"{\"title\":\"Gunboat Diplomacy in Natuna Waters from 2010-2020: Indonesia’s Deterrence in South China Sea Conflict\",\"authors\":\"Anugerah Akbar Maulana\",\"doi\":\"10.20884/1.ins.2022.9.1.4550\",\"DOIUrl\":null,\"url\":null,\"abstract\":\"Abstract \\nSCS conflict comprises a substantial threat to Indonesia as China’s nine-dash line overlaps with Indonesia’s Exclusive Economic Zone EEZ in Natuna waters. The spillover of the conflict was exposed through China’s incursions in Natuna waters from 2010 to 2020 as China regard it has the right to carry out activities in several areas of Natuna waters that are considered as part of maritime territorial violations for Indonesia. Indonesia deploys the capabilities of its naval forces’ in Natuna waters in response to China’s incursions in which this phenomenon could be regarded as gunboat diplomacy. This study aimed to reveal the efficacy of Indonesia's gunboat diplomacy to deter China's incursions in Natuna Waters. Through the qualitative method, official documents and relevant literature will be analyzed to answer the study's objective. Employing gunboat diplomacy and deterrence as the conceptual framework, this study discerns that Indonesian naval forces become the forefront instrument as gunboat diplomacy in deterring China's assertiveness in SCS dispute, which led to the incursions over Indonesia maritime territory in Natuna. This study discovered that Indonesia's gunboat diplomacy leveraged as the purposeful forces and expressive force in which the warship managed as the media of diplomacy that altered China's vessels' behaviour over the incursions in Natuna waters and enabled Indonesia naval force fruitful to crackdown China's incursions in particular point of the occasion. However, gunboat diplomacy as Indonesia's deterrence means has not thoroughly delivered a deterrent effect to China since Chinese vessels' activities still recurred in Natuna waters at the latest 2020.  \\nAbstrak \\nKonflik Laut Tiongkok Selatan (LTS) memuat ancaman bagi Indonesia karena sembilan garis putus-putus Tiongkok tumpang tindih dengan Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia (ZEE) di perairan Natuna. Limpahan konflik tersebut terpapar pada serbuan Tiongkok di perairan Natuna sejak tahun 2010 hingga 2020 dimana Tiongkok menganggap memiliki hak untuk beraktivitas di beberapa area di perairan Natuna, sedangkan hal tersebut dianggap sebagai pelanggaran wilayah maritim bagi Indonesia. Indonesia mengerahkan kemampuan angkatan lautnya di perairan Natuna sebagai tanggapan atas serbuan Tiongkok di mana fenomena ini dapat dianggap sebagai diplomasi kapal perang. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap seberapa ampuh diplomasi kapal perang Indonesia untuk menangkal serbuan Tiongkok di perairan Natuna. Melalui metode kualitatif, dokumen resmi dan literatur yang relevan akan di analisa untuk menjawab tujuan penelitian. Menggunakan diplomasi kapal perang dan deterensi sebagai kerangka konseptual, penelitian ini melihat bahwa kekuatan angkatan laut menjadi instrumen terdepan sebagai diplomasi kapal perang untuk menangkal perilaku asertif Tiongkok di konflik Laut Tiongkok Selatan (LTS) yang menyebabkan Tiongkok menyerbu wilayah perairan Indonesia di Natuna. Penelitian ini menemukan bahwa diplomasi kapal perang Indonesia digunakan sebagai kekuatan yang bertujuan dan kekuatan ekspresif di mana kapal perang dikelola sebagai media diplomasi untuk mengubah perilaku kapal-kapal Tiongkok pada penyerbuan di perairan Natuna yang memungkinkan kekuatan angkatan laut Indonesia dapat menindak serbuan Tiongkok di perairan Natuna pada titik waktu tertentu. Namun, diplomasi kapal perang sebagai sarana deterensi Indonesia belum dapat memberikan efek jera kepada Tiongkok secara menyeluruh karena aktivitas kapal Tiongkok di perairan Natuna masih terjadi paling terbaru pada tahun 2020. \",\"PeriodicalId\":365464,\"journal\":{\"name\":\"Insignia: Journal of International Relations\",\"volume\":\"29 1\",\"pages\":\"0\"},\"PeriodicalIF\":0.0000,\"publicationDate\":\"2022-04-11\",\"publicationTypes\":\"Journal Article\",\"fieldsOfStudy\":null,\"isOpenAccess\":false,\"openAccessPdf\":\"\",\"citationCount\":\"0\",\"resultStr\":null,\"platform\":\"Semanticscholar\",\"paperid\":null,\"PeriodicalName\":\"Insignia: Journal of International Relations\",\"FirstCategoryId\":\"1085\",\"ListUrlMain\":\"https://doi.org/10.20884/1.ins.2022.9.1.4550\",\"RegionNum\":0,\"RegionCategory\":null,\"ArticlePicture\":[],\"TitleCN\":null,\"AbstractTextCN\":null,\"PMCID\":null,\"EPubDate\":\"\",\"PubModel\":\"\",\"JCR\":\"\",\"JCRName\":\"\",\"Score\":null,\"Total\":0}","platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Insignia: Journal of International Relations","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.20884/1.ins.2022.9.1.4550","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0

摘要

由于中国的九段线与印尼在纳土纳海域的专属经济区重叠,南海冲突对印尼构成了重大威胁。2010年至2020年,中国在纳土纳群岛海域的入侵暴露了冲突的外溢性,因为中国认为自己有权在纳土纳群岛海域的几个区域开展活动,这些区域被认为是侵犯印尼海洋领土的一部分。印尼在纳土纳群岛海域部署了海军力量,以回应中国的入侵,这种现象可以被视为炮舰外交。本研究旨在揭示印尼炮舰外交对遏制中国在纳土纳海域的入侵的有效性。通过定性的方法,官方文件和相关文献将被分析,以回答研究的目的。以炮舰外交和威慑为概念框架,本研究发现印度尼西亚海军力量成为炮舰外交的前沿工具,以威慑中国在南海争端中的自信,导致对纳土纳群岛印度尼西亚海上领土的入侵。本研究发现,印度尼西亚的炮舰外交作为一种有目的的力量和表现力的力量,在这种力量中,军舰作为外交媒体,改变了中国船只在纳土纳海域的入侵行为,使印度尼西亚海军在特定场合有效地镇压了中国的入侵。然而,截至2020年,中国舰船仍在纳土纳群岛海域频繁活动,作为印尼威慑手段的炮舰外交并未对中国产生彻底的威慑作用。摘要/ abstract摘要:Konflik Laut Tiongkok Selatan (LTS)纪念馆,印度尼西亚,karena sembilan garis, putus-putus, Tiongkok tumpang, dindinan, Zona Ekonomi, Ekslusif Indonesia (ZEE), perairan Natuna。Limpahan konflik tersebut terpapar pada serbuan Tiongkok di perairan Natuna sejak tahun 2010 hinga 2020 dimana Tiongkok menganggap memiliki hak untuk beraktivitas di beberapa area di perairan Natuna, sedangkan hal tersebut dianggap sebagai pelanggaran wilayah maritimbagi印度尼西亚。印度尼西亚人,我的祖国,我的祖国,我的祖国,我的祖国,我的祖国,我的祖国,我的祖国,我的祖国。印尼驻印尼大使、驻印尼大使、驻印尼大使、驻印尼大使、驻印尼大使、驻印尼大使、驻印尼大使。摘要美拉鲁方法定性、多普勒曼定性、多普勒曼定性、多普勒曼定性、多普勒曼定性、多普勒曼定性分析。蒙古那喀山外交使节,在马来西亚,在马来西亚,在马来西亚,在马来西亚,在马来西亚,在马来西亚,在马来西亚,在马来西亚,在马来西亚,在马来西亚,在马来西亚,在马来西亚,在马来西亚,在马来西亚,在马来西亚,在马来西亚,在印度尼西亚。印尼外交部长,印尼外交部长,印尼外交部长,印尼外交部长,印尼外交部长,印尼外交部长,印尼外交部长,印尼外交部长,印尼外交部长,印尼外交部长,印尼外交部长,印尼外交部长,印尼外交部长,印尼外交部长,印尼外交部长,印尼外交部长,印尼外交部长,印尼外交部长,印尼外交部长,印尼外交部长,印尼外交部长,印尼外交部长,印尼外交部长,印尼外交部长,印尼外交部长,印尼外交部长,印尼外交部长,印尼外交部长,印尼外交部长,印尼外交部长,印尼外交部长,印尼外交部长,印尼外交部长,印尼外交部长,印尼外交部长,印尼外交部长,印尼外交部长,印尼外交部长,印尼外交部长,印尼外交部长,印尼外交部长,印尼外交部长,印尼外交部长,印尼外交部长,印尼外交部长,印尼外交部长,印尼外交部长,印尼外交部长,印尼外交部长,印尼外交部长,印尼外交部长,印尼外交部长,印尼外交部长,印尼外交部长,印尼外交部长,印尼外交部长,印尼外交部长,印尼外交部长,印尼外交部长,印尼外交部长。Namun,马来西亚外交部长,马来西亚外交部长,印度尼西亚外交部长,马来西亚外交部长,马来西亚外交部长,马来西亚外交部长,马来西亚外交部长,马来西亚外交部长,马来西亚外交部长,印度尼西亚外交部长,印度尼西亚外交部长,印度尼西亚外交部长,印度尼西亚外交部长,印度尼西亚外交部长,印度尼西亚外交部长,2020年。
本文章由计算机程序翻译,如有差异,请以英文原文为准。
Gunboat Diplomacy in Natuna Waters from 2010-2020: Indonesia’s Deterrence in South China Sea Conflict
Abstract SCS conflict comprises a substantial threat to Indonesia as China’s nine-dash line overlaps with Indonesia’s Exclusive Economic Zone EEZ in Natuna waters. The spillover of the conflict was exposed through China’s incursions in Natuna waters from 2010 to 2020 as China regard it has the right to carry out activities in several areas of Natuna waters that are considered as part of maritime territorial violations for Indonesia. Indonesia deploys the capabilities of its naval forces’ in Natuna waters in response to China’s incursions in which this phenomenon could be regarded as gunboat diplomacy. This study aimed to reveal the efficacy of Indonesia's gunboat diplomacy to deter China's incursions in Natuna Waters. Through the qualitative method, official documents and relevant literature will be analyzed to answer the study's objective. Employing gunboat diplomacy and deterrence as the conceptual framework, this study discerns that Indonesian naval forces become the forefront instrument as gunboat diplomacy in deterring China's assertiveness in SCS dispute, which led to the incursions over Indonesia maritime territory in Natuna. This study discovered that Indonesia's gunboat diplomacy leveraged as the purposeful forces and expressive force in which the warship managed as the media of diplomacy that altered China's vessels' behaviour over the incursions in Natuna waters and enabled Indonesia naval force fruitful to crackdown China's incursions in particular point of the occasion. However, gunboat diplomacy as Indonesia's deterrence means has not thoroughly delivered a deterrent effect to China since Chinese vessels' activities still recurred in Natuna waters at the latest 2020.  Abstrak Konflik Laut Tiongkok Selatan (LTS) memuat ancaman bagi Indonesia karena sembilan garis putus-putus Tiongkok tumpang tindih dengan Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia (ZEE) di perairan Natuna. Limpahan konflik tersebut terpapar pada serbuan Tiongkok di perairan Natuna sejak tahun 2010 hingga 2020 dimana Tiongkok menganggap memiliki hak untuk beraktivitas di beberapa area di perairan Natuna, sedangkan hal tersebut dianggap sebagai pelanggaran wilayah maritim bagi Indonesia. Indonesia mengerahkan kemampuan angkatan lautnya di perairan Natuna sebagai tanggapan atas serbuan Tiongkok di mana fenomena ini dapat dianggap sebagai diplomasi kapal perang. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap seberapa ampuh diplomasi kapal perang Indonesia untuk menangkal serbuan Tiongkok di perairan Natuna. Melalui metode kualitatif, dokumen resmi dan literatur yang relevan akan di analisa untuk menjawab tujuan penelitian. Menggunakan diplomasi kapal perang dan deterensi sebagai kerangka konseptual, penelitian ini melihat bahwa kekuatan angkatan laut menjadi instrumen terdepan sebagai diplomasi kapal perang untuk menangkal perilaku asertif Tiongkok di konflik Laut Tiongkok Selatan (LTS) yang menyebabkan Tiongkok menyerbu wilayah perairan Indonesia di Natuna. Penelitian ini menemukan bahwa diplomasi kapal perang Indonesia digunakan sebagai kekuatan yang bertujuan dan kekuatan ekspresif di mana kapal perang dikelola sebagai media diplomasi untuk mengubah perilaku kapal-kapal Tiongkok pada penyerbuan di perairan Natuna yang memungkinkan kekuatan angkatan laut Indonesia dapat menindak serbuan Tiongkok di perairan Natuna pada titik waktu tertentu. Namun, diplomasi kapal perang sebagai sarana deterensi Indonesia belum dapat memberikan efek jera kepada Tiongkok secara menyeluruh karena aktivitas kapal Tiongkok di perairan Natuna masih terjadi paling terbaru pada tahun 2020. 
求助全文
通过发布文献求助,成功后即可免费获取论文全文。 去求助
来源期刊
自引率
0.00%
发文量
0
×
引用
GB/T 7714-2015
复制
MLA
复制
APA
复制
导出至
BibTeX EndNote RefMan NoteFirst NoteExpress
×
提示
您的信息不完整,为了账户安全,请先补充。
现在去补充
×
提示
您因"违规操作"
具体请查看互助需知
我知道了
×
提示
确定
请完成安全验证×
copy
已复制链接
快去分享给好友吧!
我知道了
右上角分享
点击右上角分享
0
联系我们:info@booksci.cn Book学术提供免费学术资源搜索服务,方便国内外学者检索中英文文献。致力于提供最便捷和优质的服务体验。 Copyright © 2023 布克学术 All rights reserved.
京ICP备2023020795号-1
ghs 京公网安备 11010802042870号
Book学术文献互助
Book学术文献互助群
群 号:481959085
Book学术官方微信