{"title":"Menggunjing Relief Candi Borobudur sebagai “Cikal Bakal” Komik Indonesia","authors":"Aditya Nirwana","doi":"10.33479/cd.v2i01.298","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Merujuk pada kajian sejarah Komik Indonesia, sebagian besar kritikus dan peneliti bersepakat bahwa komik pertama Indonesia adalah Put On karya Kho Wan Gie, yang terbit pada tahun 1930-an di harian Sin Po dalam bentuk medium komik strip yang bernuansa humor. Namun sebagian diantaranya menganggap relief candi Borobudur, wayang beber, dan wayang kulit sebagai “cikal bakal” komik Indonesia. Hal ini menjadi ganjil ketika menganggap Put On sebagai komik Indonesia pertama, sembari meyakini relief candi Borobudur merupakan cikal bakal bentuk komik sebagai medium. Keduanya, secara historis tidak memiliki hubungan logis, baik dari segi kelanjutan (continuities) maupun perubahan (changes). Klaim semacam itu juga disebabkan oleh kejumbuhan pengertian tradisional komik yang ahistoris. Kejumbuhan ini menyebabkan relief candi Borobudur terseret ke dalam kategori komik (atau setidaknya ‘mirip komik’), dan diklaim sebagai cikal bakal komik Indonesia. Esai ini mengekplorasi konteks sosio-historio-kultural untuk mendedahkan hal tersebut. Dari uraian argumen didapatkan beberapa kesimpulan bahwa : 1) Relief candi Borobudur tidak dapat dikatakan sebagai cikal bakal komik Indonesia, keduanya tidak memiliki kontinuitas dan juga ‘garis’ genealogi yang cukup jelas; 2) Komik Indonesia modern tidak mewarisi tradisi relief maupun wayang dari segi stilisasi, teknik, material, proyeksi aksonometri dan juga arah baca; 3) Bentuk, struktur, karakteristik, dan medium komik Indonesia di awal-awal masa kemunculannya, dikenal oleh komikus Indonesia melalui proses belajar kepada pelukis/seniman asing, atau pengenalan terhadap komik Eropa dan Amerika yang terlebih dahulu masuk dan beredar di Indonesia.","PeriodicalId":142161,"journal":{"name":"Citradirga - Jurnal Desain Komunikasi Visual dan Intermedia","volume":"26 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2020-05-15","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Citradirga - Jurnal Desain Komunikasi Visual dan Intermedia","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.33479/cd.v2i01.298","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
摘要
根据对印尼漫画历史的研究,大多数评论家和研究人员一致认为,印尼的第一部漫画是Kho Wan Gie的作品。然而,有些人认为婆罗浮屠寺、木偶戏和皮影戏是印尼漫画的“创始人”。人们认为Put Put是印尼第一部漫画,但同时认为婆罗浮屠寺的浮雕是漫画形式作为媒介的原型。从历史上看,无论是延续还是变化,都没有逻辑上的联系。这种说法也是由于漫画传统意义上的改变而引起的。这种表演使婆罗浮屠寺的浮雕被吸入漫画类(或至少“类似漫画”),并声称是印尼漫画的前奏。这篇文章借鉴了社会历史文化背景来解释它。从论证的描述中可以得出这样的结论:1)婆罗浮屠寺的浮雕不能作为印尼漫画的创始人,既没有连续性,也没有足够明确的系谱‘线条’;2)现代印尼漫画没有从固定、工程、材料、数字投影和阅读方向上继承浮雕或木偶剧的传统;3)印度尼西亚漫画在其早期出现的形式、结构、特征和媒介,以印度尼西亚漫画向外国画家/艺术家学习或介绍欧洲和美洲漫画而闻名。
Menggunjing Relief Candi Borobudur sebagai “Cikal Bakal” Komik Indonesia
Merujuk pada kajian sejarah Komik Indonesia, sebagian besar kritikus dan peneliti bersepakat bahwa komik pertama Indonesia adalah Put On karya Kho Wan Gie, yang terbit pada tahun 1930-an di harian Sin Po dalam bentuk medium komik strip yang bernuansa humor. Namun sebagian diantaranya menganggap relief candi Borobudur, wayang beber, dan wayang kulit sebagai “cikal bakal” komik Indonesia. Hal ini menjadi ganjil ketika menganggap Put On sebagai komik Indonesia pertama, sembari meyakini relief candi Borobudur merupakan cikal bakal bentuk komik sebagai medium. Keduanya, secara historis tidak memiliki hubungan logis, baik dari segi kelanjutan (continuities) maupun perubahan (changes). Klaim semacam itu juga disebabkan oleh kejumbuhan pengertian tradisional komik yang ahistoris. Kejumbuhan ini menyebabkan relief candi Borobudur terseret ke dalam kategori komik (atau setidaknya ‘mirip komik’), dan diklaim sebagai cikal bakal komik Indonesia. Esai ini mengekplorasi konteks sosio-historio-kultural untuk mendedahkan hal tersebut. Dari uraian argumen didapatkan beberapa kesimpulan bahwa : 1) Relief candi Borobudur tidak dapat dikatakan sebagai cikal bakal komik Indonesia, keduanya tidak memiliki kontinuitas dan juga ‘garis’ genealogi yang cukup jelas; 2) Komik Indonesia modern tidak mewarisi tradisi relief maupun wayang dari segi stilisasi, teknik, material, proyeksi aksonometri dan juga arah baca; 3) Bentuk, struktur, karakteristik, dan medium komik Indonesia di awal-awal masa kemunculannya, dikenal oleh komikus Indonesia melalui proses belajar kepada pelukis/seniman asing, atau pengenalan terhadap komik Eropa dan Amerika yang terlebih dahulu masuk dan beredar di Indonesia.