{"title":"从建构主义和政治战略的角度来看,第二次起义时期的古以色列冲突","authors":"Amalia Tri Puspita Sari","doi":"10.35748/jurnalicmes.v6i1.120","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Abstrak \nKonflik Palestina-Israel telah terjadi sejak tahun 1948 dan terus berkepanjangan, sampai saat ini belum usai. Ada masa-masa ketika konflik tereskalasi, antara lain pada periode tahun 2000-2005 yang dikenal dikenal dengan nama Intifada II. Periode itu menjadi peristiwa bersejarah di abad 21 khususnya di wilayah Timur Tengah. Sebelum terjadinya Intifada II, telah terjadi Intifada I (1987-1993) yang menjadi simbol perlawanan terencana secara fisik yang pertama dilakukan oleh rakyat Palestina setelah banyak kali dilakukan upaya penyelesaian konflik secara diplomasi. Pasca Intifada I, dilakukan upaya penyelesaian konflik melalui Perjanjian Oslo namun tidak terealisasinya isi perjanian dan berlanjutnya pendudukan dan represi terhadap bangsa Palestina telah memicu konflik yang lebih besar hingga meletuslah Intifada II (2000-2005). Tujuan artikel ini adalah untuk memetakan variabel-variabel yang terlibat dalam konflik ini sehingga diketahui variabel mana saja yang berperan dalam mengeskalasi dan memperpanjang konflik. Hubungan antarvariabel itu dikonstruksi dengan berbasis systems thinking dan divisualisasikan dalam sebuah Causal Loop Diagram. Selanjutnya penulis menganalisis fenomena ini dengan konsep konstruktivisme dan konsep strategi politik dalam resolusi konflik. Temuan penelitian ini adalah bahwa aktor eksternal, yaitu Amerika Serikat telah melakukan bentuk strategi Gradualisme lewat manipulasi konflik sehingga konflik menjadi berkepanjangan.","PeriodicalId":383581,"journal":{"name":"Jurnal ICMES","volume":"112 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2022-06-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"1","resultStr":"{\"title\":\"Konflik Palestina-Israel Pada Masa Intifada II dalam Perspektif Konstruktivisme dan Strategi Politik\",\"authors\":\"Amalia Tri Puspita Sari\",\"doi\":\"10.35748/jurnalicmes.v6i1.120\",\"DOIUrl\":null,\"url\":null,\"abstract\":\"Abstrak \\nKonflik Palestina-Israel telah terjadi sejak tahun 1948 dan terus berkepanjangan, sampai saat ini belum usai. Ada masa-masa ketika konflik tereskalasi, antara lain pada periode tahun 2000-2005 yang dikenal dikenal dengan nama Intifada II. Periode itu menjadi peristiwa bersejarah di abad 21 khususnya di wilayah Timur Tengah. Sebelum terjadinya Intifada II, telah terjadi Intifada I (1987-1993) yang menjadi simbol perlawanan terencana secara fisik yang pertama dilakukan oleh rakyat Palestina setelah banyak kali dilakukan upaya penyelesaian konflik secara diplomasi. Pasca Intifada I, dilakukan upaya penyelesaian konflik melalui Perjanjian Oslo namun tidak terealisasinya isi perjanian dan berlanjutnya pendudukan dan represi terhadap bangsa Palestina telah memicu konflik yang lebih besar hingga meletuslah Intifada II (2000-2005). Tujuan artikel ini adalah untuk memetakan variabel-variabel yang terlibat dalam konflik ini sehingga diketahui variabel mana saja yang berperan dalam mengeskalasi dan memperpanjang konflik. Hubungan antarvariabel itu dikonstruksi dengan berbasis systems thinking dan divisualisasikan dalam sebuah Causal Loop Diagram. Selanjutnya penulis menganalisis fenomena ini dengan konsep konstruktivisme dan konsep strategi politik dalam resolusi konflik. Temuan penelitian ini adalah bahwa aktor eksternal, yaitu Amerika Serikat telah melakukan bentuk strategi Gradualisme lewat manipulasi konflik sehingga konflik menjadi berkepanjangan.\",\"PeriodicalId\":383581,\"journal\":{\"name\":\"Jurnal ICMES\",\"volume\":\"112 1\",\"pages\":\"0\"},\"PeriodicalIF\":0.0000,\"publicationDate\":\"2022-06-29\",\"publicationTypes\":\"Journal Article\",\"fieldsOfStudy\":null,\"isOpenAccess\":false,\"openAccessPdf\":\"\",\"citationCount\":\"1\",\"resultStr\":null,\"platform\":\"Semanticscholar\",\"paperid\":null,\"PeriodicalName\":\"Jurnal ICMES\",\"FirstCategoryId\":\"1085\",\"ListUrlMain\":\"https://doi.org/10.35748/jurnalicmes.v6i1.120\",\"RegionNum\":0,\"RegionCategory\":null,\"ArticlePicture\":[],\"TitleCN\":null,\"AbstractTextCN\":null,\"PMCID\":null,\"EPubDate\":\"\",\"PubModel\":\"\",\"JCR\":\"\",\"JCRName\":\"\",\"Score\":null,\"Total\":0}","platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Jurnal ICMES","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.35748/jurnalicmes.v6i1.120","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
Konflik Palestina-Israel Pada Masa Intifada II dalam Perspektif Konstruktivisme dan Strategi Politik
Abstrak
Konflik Palestina-Israel telah terjadi sejak tahun 1948 dan terus berkepanjangan, sampai saat ini belum usai. Ada masa-masa ketika konflik tereskalasi, antara lain pada periode tahun 2000-2005 yang dikenal dikenal dengan nama Intifada II. Periode itu menjadi peristiwa bersejarah di abad 21 khususnya di wilayah Timur Tengah. Sebelum terjadinya Intifada II, telah terjadi Intifada I (1987-1993) yang menjadi simbol perlawanan terencana secara fisik yang pertama dilakukan oleh rakyat Palestina setelah banyak kali dilakukan upaya penyelesaian konflik secara diplomasi. Pasca Intifada I, dilakukan upaya penyelesaian konflik melalui Perjanjian Oslo namun tidak terealisasinya isi perjanian dan berlanjutnya pendudukan dan represi terhadap bangsa Palestina telah memicu konflik yang lebih besar hingga meletuslah Intifada II (2000-2005). Tujuan artikel ini adalah untuk memetakan variabel-variabel yang terlibat dalam konflik ini sehingga diketahui variabel mana saja yang berperan dalam mengeskalasi dan memperpanjang konflik. Hubungan antarvariabel itu dikonstruksi dengan berbasis systems thinking dan divisualisasikan dalam sebuah Causal Loop Diagram. Selanjutnya penulis menganalisis fenomena ini dengan konsep konstruktivisme dan konsep strategi politik dalam resolusi konflik. Temuan penelitian ini adalah bahwa aktor eksternal, yaitu Amerika Serikat telah melakukan bentuk strategi Gradualisme lewat manipulasi konflik sehingga konflik menjadi berkepanjangan.