{"title":"GEOLOGI SITUS GUA MARDUA, KABUPATEN KUTAI TIMUR, PROVINSI KALIMANTAN TIMUR","authors":"F. Intan","doi":"10.24832/SIDDHAYATRA.V25I2.189","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Kawasan Karst Mangkulirang menyimpan tinggalan budaya yang berasal dari masa mesolitik yang selama ini belum diperhatikan oleh peneliti lingkungan, khususnya geoarkeologi, salah satunya adalah Situs Gua Mardua. Hal inilah yang menjadi pokok permasalahan yang mencakup kondisi geologi secara umum. Adapun maksud penelitian ini adalah melakukan pemetaan geologi permukaan secara umum sebagai salah satu upaya menyajikan informasi geologi terkait dengan situs arkeologi. Tujuannya adalah untuk mengetahui aspek-aspek geomorfologi, stratigrafi, struktur geologi di situs-situs arkeologi. Metode penelitian diawali dengan kajian pustaka, survei lapangan, dan interpretasi data lapangan. Pengamatan lingkungan memberikan informasi tentang bentang alam daerah penelitian yang terdiri dari satuan morfologi dataran, dan satuan morfologi karst. Sungainya berpola aliran dendritik dan rektangular, berstadia Sungai Dewasa- Tua, Sungai Tua, Sungai Periodik/Permanen. Batuan penyusun Situs Gua Mardua adalah batugamping. Struktur geologi berupa kelurusan. Peninggalan arkeologis di Situs Gua Mardua berupa lukisan gua berwarna merah dan hitam berupa gambar telapak tangan, pohon, hewan, dan geometris. Selain itu, terdapat gambar perahu tradisional dan kapal uap. Pertanggalan Uranium/Thorium terhadap kalsit yang menutupi gambar telapak tangan adalah 9.800-10.400 tahun BP, sedangkan dating C-14 terhadap arang yang ada di sekitar gambar cadas yang merujuk 11.750 ± 50 – 5.160 ± 90 tahun yang lalu. Penggunaan hematit sebagai pewarna banyak dijumpai di sungai-sungai dan gunung sekitar situs, demikian pula untuk arang kayu yang tidak terlalu sulit didapatkan","PeriodicalId":286405,"journal":{"name":"Siddhayatra: Jurnal Arkeologi","volume":"33 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2020-11-02","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Siddhayatra: Jurnal Arkeologi","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.24832/SIDDHAYATRA.V25I2.189","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
GEOLOGI SITUS GUA MARDUA, KABUPATEN KUTAI TIMUR, PROVINSI KALIMANTAN TIMUR
Kawasan Karst Mangkulirang menyimpan tinggalan budaya yang berasal dari masa mesolitik yang selama ini belum diperhatikan oleh peneliti lingkungan, khususnya geoarkeologi, salah satunya adalah Situs Gua Mardua. Hal inilah yang menjadi pokok permasalahan yang mencakup kondisi geologi secara umum. Adapun maksud penelitian ini adalah melakukan pemetaan geologi permukaan secara umum sebagai salah satu upaya menyajikan informasi geologi terkait dengan situs arkeologi. Tujuannya adalah untuk mengetahui aspek-aspek geomorfologi, stratigrafi, struktur geologi di situs-situs arkeologi. Metode penelitian diawali dengan kajian pustaka, survei lapangan, dan interpretasi data lapangan. Pengamatan lingkungan memberikan informasi tentang bentang alam daerah penelitian yang terdiri dari satuan morfologi dataran, dan satuan morfologi karst. Sungainya berpola aliran dendritik dan rektangular, berstadia Sungai Dewasa- Tua, Sungai Tua, Sungai Periodik/Permanen. Batuan penyusun Situs Gua Mardua adalah batugamping. Struktur geologi berupa kelurusan. Peninggalan arkeologis di Situs Gua Mardua berupa lukisan gua berwarna merah dan hitam berupa gambar telapak tangan, pohon, hewan, dan geometris. Selain itu, terdapat gambar perahu tradisional dan kapal uap. Pertanggalan Uranium/Thorium terhadap kalsit yang menutupi gambar telapak tangan adalah 9.800-10.400 tahun BP, sedangkan dating C-14 terhadap arang yang ada di sekitar gambar cadas yang merujuk 11.750 ± 50 – 5.160 ± 90 tahun yang lalu. Penggunaan hematit sebagai pewarna banyak dijumpai di sungai-sungai dan gunung sekitar situs, demikian pula untuk arang kayu yang tidak terlalu sulit didapatkan